Mohon tunggu...
Putu Amanda Ayu Ramantari
Putu Amanda Ayu Ramantari Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Mahasiswa Aktif Universitas Pendidikan Ganesha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makna Hari Raya Galungan dan Kuningan

18 Juni 2022   20:39 Diperbarui: 18 Juni 2022   20:41 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Om Swastyastu semeton,

Rahajeng Nyanggra Rahina Galungan lan Kuningan

Sebagai umat Hindu di Bali setiap 6 bulan sekali atau 210 hari berdasarkan pawukon Buda Kliwon Dungulan merayakan hari raya suci Galungan dan Kuningan. Perhitungan perayaan Galungan dan Kuningan berdasarkan perhitungan kalender Bali, dalam setahun dirayakan sebanyak dua kali. Galungan diperingati setiap 210 hari sekali, kemudian berselang 10 hari dari Galungan diperingati Hari Raya Kuningan. Biasanya hari raya Galungan jatuh pada hari Rabu dan Kuningan jatuh pada hari Sabtu.

Hari Raya Galungan merupakan hari kemenangan Dharma melawan Adharma (sifat Mala atau kotor yang ada pada setiap diri manusia). Umat Hindu biasanya memasang Penjor sehari sebelum Galungan atau tepatnya pada hari Penampahan Galungan. Pemasangan penjor adalah wujud rasa bakti dan rasa terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala kemakmuran dan kesejahteraan yang telah diberikan.

Setelah hari Raya Galungan, umat Hindu merayakan Hari Raya Kuningan pada hari Saniscara Kliwon Kuningan. Saat Kuningan, manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan harus bisa berintropeksi dan berjanji untuk menjadikan diri lebih baik dan juga bisa mengalahkan sifat Adharma yang ada pada diri.

Meskipun berada dalam rangkaian yang sama, perayaan Galungan dan Kuningan punya sejumlah perbedaan. Galungan adalah hari para dewa dan leluhur turun ke bumi untuk menemui keturunannya. Sedangkan pada saat Kuningan merupakaan saat para dewa dan leluhur kembali ke surga setelah bertemu keturunannya.

Selain makna dan tujuan, tata cara pelaksanaan perayaan Galungan dan Kuningan juga berbeda. Hari Suci Galungan, persembahyangan bisa dilakukan pada pagi hingga sore hari di pura atau merajan (tempat suci). Sedangkan saat Kuningan, persembahyangan hanya bisa dilakukan saat pagi hari hingga siang pukul 12.00 waktu setempat, karena setelah pukul 12.00 siang, para dewa dan leluhur sudah kembali ke surga setelah bertemu dengan keturunannya di bumi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun