Wilayah Sungai Ciliwung di Bogor, Indonesia, adalah salah satu daerah yang menghadapi berbagai tantangan lingkungan, termasuk pencemaran air, kerusakan habitat, dan masalah sampah. Di tengah kompleksitas masalah lingkungan ini, peran masyarakat dalam menjaga keberlanjutan Sungai Ciliwung menjadi semakin penting. Masyarakat, dengan pengetahuan, keterampilan, dan energi mereka, memiliki potensi besar untuk berkontribusi secara positif dalam upaya pelestarian dan rehabilitasi sungai serta lingkungan sekitarnya. Salah satu cara yang efektif untuk melakukannya adalah melalui kerja sama dengan Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) kota Bogor.
Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) Kota Bogor merupakan komunitas yang berfokus pada pelestarian lingkungan, terutama sungai Ciliwung di Kota Bogor, Jawa Barat. Program atau kegiatan yang pernah dilakukan oleh Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) Bogor meliputi pembersihan sungai, penanaman pohon, program pendidikan lingkungan, dan penyediaan layanan pengobatan gratis kepada warga bantaran sungai. KPC memiliki visi untuk mewujudkan Sungai Ciliwung yang bersih, bening, dan asri. Dengan fokus pada keterlibatan masyarakat lokal, KPC telah mengembangkan berbagai inisiatif dan program untuk membersihkan sungai, mengelola sampah, dan meningkatkan kesadaran lingkungan di wilayah tersebut. Kegiatan "mulung" sampah secara rutin setiap minggu menjadi langkah awal mereka, yang juga mengajak warga Bogor serta pemerintah untuk lebih peduli dan menjaga Sungai Ciliwung. Ini semua merupakan upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan, memperbaiki ekosistem sungai, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) dan Satgas Naturalisasi hadir sebagai respons terhadap masalah lingkungan ini. KPC adalah gerakan masyarakat yang didedikasikan untuk melindungi dan melestarikan Sungai Ciliwung melalui aksi nyata, seperti pembersihan sungai dan edukasi lingkungan. Satgas Naturalisasi adalah satuan tugas yang fokus pada upaya restorasi ekosistem alami dengan menanam vegetasi asli dan memperbaiki kualitas air.
Di Indonesia, upaya pelestarian lingkungan diatur oleh sejumlah undang-undang dan peraturan daerah (Perda) yang bertujuan untuk melindungi dan mengelola sumber daya alam, termasuk air dan lingkungan hidup secara umum. Salah satu undang-undang utama adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang ini mengatur tentang kewajiban dan tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup, termasuk pencegahan pencemaran dan rehabilitasi lingkungan yang tercemar. Dalam konteks Sungai Ciliwung, undang-undang ini menjadi landasan hukum untuk tindakan perlindungan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.
Selain itu, setiap daerah di Indonesia memiliki peraturan daerah (Perda) yang mengatur tentang pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan kondisi lokal. Di Bogor, misalnya, Perda Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah menjadi landasan hukum untuk pengelolaan limbah dan upaya pembersihan sungai dari sampah. Perda ini menetapkan kewajiban bagi pemerintah daerah dan masyarakat dalam mengelola sampah dengan baik untuk menjaga kebersihan sungai dan lingkungan sekitarnya.
KPC Kota Bogor berkerja sama dengan Satgas Naturalisasi Sungai Ciliwung, secara aktif mengadakan kegiatan sosialisasi dan penyadaran masyarakat agar peduli terhadap lingkungan, serta melakukan pembersihan sampah secara berkesinambungan untuk menjaga Sungai Ciliwung tetap bersih. Sebagai komunitas relawan lingkungan, mereka sangat peduli terhadap kelestarian Sungai Ciliwung dan lingkungan sekitarnya. Mereka juga memperhatikan isu-isu sungai baik secara nasional maupun global. Dengan anggota yang berasal dari berbagai latar belakang dan menjalin kerja sama dengan pemerintah, dunia usaha, akademisi, komunitas, dan media massa, KPC memperkuat gerakan mereka untuk mengembalikan fungsi Sungai Ciliwung dan melindungi lingkungan. Salah satunya dengan membuat program Satgas Naturalisasi Ciliwung Kota Bogor pada tahun 2018.
Peran satgas naturalisasi ciliwung kota Bogor sendiri pada awalnya hanya di perairan saja yaitu membersihkan sampah yang berada di aliran sungai ciliwung Bogor, namun setelah melihat secara jelas bahwa permasalahan awalnya datang pada masyarakat yang berada dan tinggal di pinggiran sungai ciliwung Kota Bogor  maka pindahlah peran mereka kedaratan juga. Berawal dengan hanya turun ke sungai Ciliwung untuk membersihkan sampah secara langsung berlanjut menjadi sebuah kegiatan rutin edukasi kepada masyarakat sekitar wilayah bantaran sungai ciliwung hingga saat ini. Satuan Tugas Naturalisasi Ciliwung Kota Bogor ini terdiri dari 6 tim yang tersebar di 13 kelurahan yang mengapit sungai Ciliwung kota Bogor, diantaranya ialah kelurahan Katulampa, Sindangrasa, Tajur, Sukasari, Baranangsiang, Babakan Pasar, Sempur, Bantarjati, Tanah Sareal, Kedungbadak, Cibuluh, Sukaresmi dan Kedunghalang.
Bersosialisasi serta mengenalkan masyarakat sekitar sungai ciliwung kota Bogor mengenai masalah sampah dan cara mengolahnya terbukti tidaklah mudah, kesabaran adalah kunci kesuksesan benar adanya jika anda adalah seorang satgas. Dengan bayaran di bawah UMR Kota Bogor, yaitu sekitar Rp2.500.000,- satgas dituntut untuk memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, mampu memecahkan masalah, respons yang cepat, dan tetap ramah. Bukan hanya itu, mereka juga menghadapi kekurangan sumber daya manusia (SDM), yang terlihat dari pembagian 6 wilayah kegiatan dengan 6 tim. Setiap tim bertanggung jawab atas 2-3 kelurahan, dan masing-masing tim terdiri dari 5-6 orang. Satu orang biasanya bertugas untuk 1 RT, di mana setiap RT dapat mencakup hingga 100 rumah. Terbayang bukan bagaimana perbandingan pekerjaan mereka dengan upah yang diberikan, padahal mereka dibawah pemerintahan.
Wilayah Sungai Ciliwung di Bogor menghadapi masalah lingkungan yang kompleks, mulai dari pencemaran air hingga pengelolaan sampah yang kurang optimal. Dalam situasi ini, muncul berbagai inisiatif lokal yang berupaya mengatasi tantangan tersebut. Salah satu yang menonjol adalah kerja keras komunitas seperti Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) dan Satgas Naturalisasi Sungai Ciliwung. Namun, keberhasilan mereka tidak hanya tergantung pada semangat relawan, tetapi juga pada dukungan aktif dari masyarakat dan pemerintah. Khususnya masyrakat sekitar bantaran sungai Ciliwung Bogor, mereka memiliki beragam respon tentunya namun tak sedikit pula dari mereka yang antusias untuk mengikuti program pemilahan sampah ini dan merasa akan pentingnya program tersebut kepada lingkungan sekitar rumah mereka.
Peran Satgas Naturalisasi Sungai Ciliwung menjadi menarik karena mereka tidak hanya terfokus pada pembersihan fisik sungai, tetapi juga mengharapkan perubahan perilaku masyarakat. Edukasi tentang pengelolaan sampah seperti organik atau an-organik dan pentingnya menjaga lingkungan menjadi inti dari pendekatan mereka. Meski terlihat simple, perubahan ini menuntut konsistensi dalam menyampaikan pesan dan kesabaran tingkat tinggi untuk menghadapi penolakan di awal dari masyarakat sekiatar yang cenderung mempertahankan kebiasaan lama mereka untuk 'Tidak Peduli'.
Keterlibatan masyarakat adalah kunci keberhasilan upaya pelestarian Sungai Ciliwung. Sosialisasi yang dilakukan Satgas menunjukkan bahwa pendekatan kepada warga yang dilakukan secara intensif dengan gaya yang humoris dan memposisiskan diri sebagai mereka, menjadi cara yang efektif untuk membangun kesadaran di masyarakat. Ketika masyarakat dilibatkan langsung dalam kegiatan seperti bersih-bersih sungai atau pelatihan pengelolaan sampah, mereka lebih mudah merasa memiliki tanggung jawab terhadap lingkungannya. Walau tak sedikit kadang dari mereka yang memang tertarik untuk memilah sampah karena ada upah yang akan diberikan.
Salah satu tantangan utama juga dalam menjadi seorang Stagas Naturalisasi Ciliwung Kota Bogor adalah minimnya jumlah anggota Satgas yang aktif dibandingkan dengan luasnya wilayah kerja mereka. Seperti yang sudah dikatakan, setiap anggota harus mengelola area yang mencakup ratusan rumah tangga. Keterbatasan ini mengharuskan Satgas bekerja secara strategis, dengan memprioritaskan wilayah yang memiliki tingkat pencemaran tinggi atau kurangnya kesadaran masyarakat. Meski begitu, solusi jangka panjang tetap harus melibatkan peningkatan jumlah personel dan dukungan sumber daya khususnya dari pemerintah.
Dukungan dari sektor swasta juga berpotensi besar membantu mengatasi masalah ini. Melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), perusahaan-perusahaan lokal dapat berkontribusi dengan memberikan bantuan material, pelatihan, atau bahkan pendanaan untuk memperluas dampak program yang sudah berjalan. Kolaborasi seperti ini akan memperkuat hubungan antara sektor bisnis dan masyarakat dalam menghadapi tantangan lingkungan. Salah satu kolaborasi yang sudah atau tengah dan masih dilanjutkan adalah kerja sama bersama dengan World Wide Fund (WWF) for Nature yang dimana mereka membantu dalam segi barang logistik layaknya tempat sampah serta tempat penampungan sementara untuk sampah yang sudah dipilah warga. Adapun Dinas Lingkungan Hidup atau biasa di singkat DLH sering juga mendapat bantuan dari satgas dalam pengambilan data atau volume sampah di wilayah kegiatan mereka.
Di sisi lain, tantangan berupa peraturan atau sanksi juga menjadi faktor yang harus diatasi. Meski sudah ada Perda tentang pengelolaan sampah, penggunaannya masih sering terkendala oleh kurangnya pengawasan dan penegakan hukum. Pemerintah daerah perlu lebih serius dalam memastikan bahwa kebijakan yang ada berjalan efektif di lapangan. Selain itu, kampanye kesadaran lingkungan harus lebih sering dilakukan dengan pendekatan yang kreatif untuk menarik perhatian masyarakat. Ini terbukti dari wawancara kami dengan salah satu ketua tim satgas yaitu pak Subandi sebagai leader team 5, ia menyampaikan kadang dibeberapa kasus khusus untuk warga atau masyarakat yang masih bebal-layaknya membuang sampah di sungai ataupun membakar sampah sembarangan, mereka mendapat sanksi yang telah disepakati dengan lurah atau RT setempat, biasanyan berupa pemotongan bansos atau lainnya.
Keberhasilan upaya pelestarian Sungai Ciliwung tidak hanya diukur dari berkurangnya sampah di sungai saja, tetapi juga dari meningkatnya kualitas hidup masyarakat di sekitarnya. Sungai yang bersih dan ekosistem yang sehat dapat memberikan manfaat langsung, seperti mengurangi risiko banjir dan meningkatkan kualitas air untuk kebutuhan sehari-hari. Selain itu, masyarakat juga dapat menikmati manfaat jangka panjang berupa peningkatan kesejahteraan ekologis yang berarti air sungai bersih dari polusi, tanah subur dan bebas dari pencemaran, serta udara yang tetap segar dan sehat untuk dihirup.
Untuk mengatasi tantangan lingkungan yang ada di Sungai Ciliwung, perlu ada serangkaian solusi yang melibatkan berbagai pihak. Salah satu langkah utama adalah peningkatan kesadaran masyarakat. Sosialisasi tentang pentingnya menjaga kebersihan sungai dan lingkungan sekitar dapat dilakukan melalui program edukasi yang intensif. Masyarakat harus diberi pemahaman mengenai dampak negatif pencemaran sungai bagi kesehatan dan ekosistem, serta pentingnya partisipasi aktif mereka dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Pemberdayaan masyarakat sekitar bantaran sungai merupakan solusi yang efektif. Melibatkan masyarakat lokal dalam upaya pelestarian lingkungan tidak hanya meningkatkan kesadaran mereka, tetapi juga memberikan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar. Keterlibatan mereka dapat meliputi kegiatan pembersihan sungai, pemilahan sampah, dan penanaman pohon di sepanjang aliran sungai.
Pengelolaan sampah juga menjadi faktor penting dalam menjaga kebersihan Sungai Ciliwung. Pemerintah perlu menyediakan lebih banyak tempat sampah dan fasilitas pemilahan sampah di kawasan bantaran sungai. Hal ini akan memudahkan masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya dan mencegah sampah terbawa arus sungai. Selain itu, fasilitas untuk pengelolaan sampah yang lebih terorganisir akan mempercepat proses daur ulang dan mengurangi volume sampah yang mencemari sungai.
Pengawasan dan penegakan hukum yang lebih tegas sangat diperlukan untuk memastikan keberhasilan pengelolaan sampah. Pemerintah daerah perlu memperkuat pengawasan terhadap implementasi aturan-aturan yang ada. Penerapan sanksi tegas terhadap individu atau kelompok yang membuang sampah sembarangan atau yang terlibat dalam aktivitas yang merusak lingkungan dapat memberikan efek jera. Sanksi ini dapat berupa denda atau sanksi sosial yang melibatkan komunitas setempat.
Penting untuk meningkatkan koordinasi antara pemerintah, komunitas, dan sektor swasta dalam mengatasi masalah lingkungan ini. Sektor swasta dapat berperan dengan menyediakan dana atau bantuan material untuk mendukung program pelestarian lingkungan. Â Selain itu, pemerintah daerah perlu meningkatkan fasilitas infrastruktur untuk mendukung program pelestarian sungai. Pembenahan dan perbaikan fasilitas pengelolaan sampah di tingkat kelurahan dan desa dapat mempercepat proses pengelolaan sampah yang lebih baik. Fasilitas ini harus mudah dijangkau oleh masyarakat, sehingga mereka dapat membuang sampah dengan lebih tepat dan efisien.
Restorasi ekosistem sungai juga menjadi langkah jangka panjang yang harus dilaksanakan. Penanaman vegetasi asli di sepanjang aliran Sungai Ciliwung dapat membantu mengurangi erosi dan meningkatkan kualitas air sungai. Tanaman-tanaman ini berfungsi sebagai penahan tanah dan penyerap polutan yang ada di air. Upaya ini akan membantu mengembalikan fungsi alami sungai yang telah terganggu akibat pencemaran.
Perbaikan kualitas air sungai juga merupakan langkah penting dalam pelestarian Sungai Ciliwung. Pemerintah, bersama dengan masyarakat, harus mengupayakan pengolahan air limbah yang lebih baik untuk mencegah kontaminasi air sungai. Pengelolaan air limbah di kawasan pemukiman dan industri sekitar sungai harus diawasi secara ketat agar tidak ada limbah berbahaya yang mencemari sungai. Selain itu, penting untuk terus mengembangkan program pendidikan dan pelatihan yang dapat meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mengelola lingkungan mereka. Program pelatihan pengelolaan sampah dan pemeliharaan ekosistem dapat melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk anak-anak, pemuda, dan ibu-ibu rumah tangga. Dengan memberikan pengetahuan yang lebih luas, masyarakat akan lebih mudah untuk beradaptasi dengan gaya hidup ramah lingkungan.
Penggunaan teknologi juga dapat mempercepat pengelolaan lingkungan di Sungai Ciliwung Kota Bogor. Misalnya, penggunaan aplikasi untuk melaporkan sampah yang mengendap atau pemantauan kualitas air sungai secara real-time dapat membantu mempercepat respon dan perbaikan. Teknologi ini memungkinkan pemantauan yang lebih efektif, terutama di daerah-daerah yang sulit dijangkau atau memiliki akses terbatas.
Satu aspek yang tidak kalah penting adalah penguatan jaringan kerja antara berbagai pihak yang terlibat dalam pelestarian lingkungan. Koordinasi yang baik antara Komunitas Peduli Ciliwung (KPC), Satgas Naturalisasi, pemerintah, dan sektor swasta akan menghasilkan dampak yang lebih besar dalam menjaga kebersihan dan kelestarian sungai. Setiap pihak memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih untuk generasi mendatang.
Peran media massa juga sangat penting dalam menyebarkan informasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan sungai. Kampanye melalui media sosial, televisi, dan radio dapat memperluas jangkauan pesan yang ingin disampaikan. Media massa juga dapat membantu dalam menyebarluaskan keberhasilan yang telah dicapai oleh komunitas-komunitas lokal dan mendorong lebih banyak orang untuk terlibat.
Tantangan dalam pelestarian Sungai Ciliwung memang tidak sedikit, namun dengan kerja sama yang solid antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, solusi untuk masalah lingkungan ini sangat mungkin tercapai. Keberhasilan program pelestarian lingkungan dapat dilihat dari peningkatan kualitas hidup masyarakat, pengurangan pencemaran sungai, dan tercapainya kesejahteraan ekologis yang lebih baik. Semua pihak perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa Sungai Ciliwung tetap menjadi sumber daya alam yang bermanfaat bagi kehidupan.
Sebagai penutup, peran Satgas Naturalisasi Sungai Ciliwung Kota Bogor sangat krusial dalam upaya menjaga kebersihan dan kelestarian Sungai Ciliwung. Meskipun tantangan yang dihadapi sangat besar, terutama terkait dengan keterbatasan sumber daya manusia dan perubahan perilaku masyarakat, kerja keras Satgas yang konsisten dalam melakukan pembersihan, edukasi, serta penyadaran terhadap pentingnya menjaga lingkungan dapat memberikan dampak yang signifikan. Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat setempat, Satgas Naturalisasi diharapkan dapat terus memperkuat gerakan pelestarian lingkungan ini. Dengan dukungan yang tepat, tidak hanya kualitas air yang akan membaik, tetapi juga ekosistem Sungai Ciliwung yang sehat akan memberikan manfaat jangka panjang bagi seluruh masyarakat di sekitarnya, khususnya yang berada di kota Bogor.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI