Mohon tunggu...
Amandaputrifatihah
Amandaputrifatihah Mohon Tunggu... Mahasiswa - hi.

"Jika kamu tidak pernah mencoba, kamu tidak akan pernah tahu hasilnya! Ambil langkah pertama untuk mencoba, maka kamu dapat melihat hasilnya sendiri." -hrj.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Labelling terhadap Pelaku Kenakalan Remaja

28 Juni 2023   13:31 Diperbarui: 28 Juni 2023   13:33 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masa remaja adalah masa yang menyenangkan, dimana masa peralihan diantara anak-anak menuju usia dewasa. Pada masa ini, para remaja biasanya sedang mencari-cari jati diri maka sangat rentan karena ia akan membuat remaja mengikuti atau terbawa oleh arus pergaulan yang menyebabkan terjadinya kesalahan. Kesalahan inilah yang disebut sebagai kenakalan remaja. 

Kenakalan remaja adalah perilaku yang menyimpang norma, aturan, serta hukum yang dilakukan oleh para remaja dalam tindakan kenakalan bisa pula kejahatan. Dari perilaku nakal tersebut mampu menimbulkan berbagai tanggapan dari masyarakat sekitar sehingga memunculkan pe-labelan atau 'cap' terhadap remaja yang melakukan tindak kenakalan.

Menurut Edwin M. Lemert, seseorang berbuat hal yang menyimpang karena suatu proses pelabelan atau penggunaan nama julukan, cap, label, dan merek yang diberikan masyarakat kepada individu. Memberikan label kepada seseorang mampu memberikan sebab akibat atau dampak yang besar untuk menimbulkan tindakan penyimpangan. Masyarakat biasanya memperlakukan remaja sesuai dengan stigma yang ada pada mereka. Stigma pada remaja tersebut biasanya dilatarbelakangi oleh faktor keluarga yang tidak harmonis, pergaulan, maupun faktor lainnya. 

Sama seperti hal nya, seorang remaja di lingkungan sekitar saya, yang dimana ia merupakan anak yang orangtuanya bercerai kemudian diasuh oleh kakek-neneknya. Memang dasar perilaku remaja laki-laki tersebut nakal dilingkungan sebelumnya membawa sikap buruk tersebut pada lingkungan baru. Disekolahkan oleh kakek-nenek tidak membuat remaja tersebut bersikap lebih baik tetapi malah menjadi-jadi. Tamat SD tak melanjutkan lagi, lingkungan pertemanan yang buruk menambah kenakalan. Tawuran, merokok, minum-minuman keras, bahkan pernah tertahan di kantor polisi. 

Dari contoh kasus di atas, perilaku menyimpang tersebut sangat dipengaruhi oleh stigma yang diberikan masyarakat. Seperti halnya anak yang sudah dianggap sebagai anak "nakal" oleh masyarakat, maka akibat dari pelabelan tersebut yang membuat anak akan terus mengembangkan perilaku menyimpangnya itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun