Mohon tunggu...
Amanda Putri Dendi Azzahra
Amanda Putri Dendi Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Hobi, Pendidikan, Berita

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kisah Pilu Pak Taufan Hidup di Gubuk yang Hampir Ambruk

12 Januari 2024   10:23 Diperbarui: 12 Januari 2024   10:34 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bandung - Bertahun tahun, Pak Taufan bersama istrinya Siti tinggal di rumah yang apa adanya di samping sawah kecil Jalan Sindanglaya, Gg Cempaka Putih ll, Bandung. Kehidupan Pak Taufan dijalani dengan penuh keterbatasan.

Rumah sederhana yang dibangun menggunakan bilik itu sudah lama mereka tempati dengan keadaan yang semakin lama semakin buruk. Tidak disangka rupanya di kota yang padat pendudukpun masih ada orang-orang yang tinggal di rumah yang hampir ambruk.

Rumahnya sangat sederhana dan berukuran kecil, berbentuk persegi dan tidak memiliki banyak sekat.

Saat hujan turun, Pak Taufan mengaku tidak bisa tertidur pun dengan istrinya, pasalnya air hujan terkadang masuk melalui cela cela bilik yang terkadang menetes dimana saja. Terkadang sampai tergenang air dan Pak Taufan yang sudah paruh baya itupun hanya bisa mengandalkan ember ember kosong untuk menampung air tersebut.

Untungnya masih banyak pasokan air bersih untuk Pak Taufan dan Istrinya hidup, di daerah tersebut, air tidak susah didapatkan. "Yang penting ada air bersih, mandi nyuci tidak sulit, kalau gabisa beli galon bisa masak air" Katanya.

Dalam kehidupannya yang sederhana, Pak Taufan hanya tinggal bersama istrinya saja. Mereka saling membantu satu sama lain untuk menyambung kehidupannya.

Sawah yang terletak di depan rumahnya rupanya milik orang lain, ia bertugas menjaga sawah kecil itu dan akan diberikan upah Rp. 50.000/harinya. Selain itu, jikalau ada serabutan lainnya Pak Taufan pasti selalu mencoba membantu seadanya ditengah umurnya yang sudah semakin menua itu. Walau kadang orang lain tidak tega melihatnya, Pak Taufan selalu berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan secercah rezeki.

Pun dengan Bu Siti, terkadang membantu menyetrika baju tetangganya, dan turut membantu Pak Taufan untuk menjaga sawah.

Fauzi, salah satu warga mengungkapkan bagaimana menyedihkannya ketika melihat kehidupan Pak Taufan dan Bu Siti yang diusia tua nya masih harus berusaha untuk saling menghidupi.

"Padahal usia tua tuh seharusnya tinggal duduk, tiduran, dan makan. seharusnya sudah hidup enak, tapi nasib orang berbeda-beda rupanya. Masih harus ada yang berusaha menghidupi dirinya sendiri".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun