Lewat pencapaian ini, Kalya ingin mengajak generasi muda Indonesia mencintai budaya dan terikat dengan akar budayanya sendiri. "Aku pun selalu berharap agar generasi muda selalu kenali potensi diri, tekuni bakat-bakatnya dan jangan takut bermimpi," ungkapnya.
Tak hanya berbincang dengan Kalya, saya juga ngobrol dengan Rania Lubis, siswi kelas XII SMA Al Izhar Pondok Labu, yang merupakan tim musik dalam misi budaya ini, mengaku baru belajar gamelan awal tahun 2024. "Saya dan 3 siswa lainnya belajar gamelan selama 6 bulan terakhir," ucapnya.
Rania sangat bersyukur dengan pencapaian ini. "Kemenangan ini untuk Indonesia dan sekolah Al Izhar, semoga bisa menginsiprasi teman-teman yang lain supaya mereka mau belajar indahnya tradisi budaya di Indonesia," ungkapnya.
Sementara itu, Nadya Devina dan Nanda selaku pelatih tari dari Gema Citra Nusantara, yang selama kurang lebih enam bulan, memberikan pelatihan intensif untuk para penari dan pemusik di SMP-SMA Al Izhar.
"Arti kemenangan bagi saya adalah kebanggaan. Karena melatih anak-anak dari tadinya gak bisa sampai bisa menari bagus dan enjoy. Juga bagaimana menyatukan rasa mereka, karena selain gerakan yang harus sama, tapi juga melatih kekompakan, itu lumayan menjadi tantangan bagi pelatih," kata Nadya.
Bagi Nanda, kemenangan yang diraih anak-anak didiknya memberi rasa haru, dan bangga. "Berharap dengan gelar sebagai Grand Champion di sini, mereka bisa terus berkarya melalui menari," tukas Nanda. "Bagi pelatih, ada kepuasaan tersendiri, ketika mereka bisa menari dengan baik dan bagus. Ketika menang, itu bonus yang berkali-kali lipat," sambungnya.
Nanda pun berharap agar adik-adik dari SMP - SMA Al Izhar, mereka tetap menari, bahkan mengajak orang-orang sekitarnya untuk menari. "Dengan menari, kita ikut melestarikan budaya Indonesia," tukasnya.
Devi Rosari, divisi pendidikan dari Perguruan Al Izhar yang juga turut serta menemani anak-anak didiknya berkompetisi di Georgia. Devi menjelaskan bahwa kemenangan yang diraih anak-anak didiknya memberi kebahagiaan. "Senang sekali, karena saya tau anak-anak ini melewati proses yang tidak mudah dan tidak singkat, dengan latihan 50 kali bahkan lebih. Apalagi mereka ini terdiri dari usia yang beragam, karena dari SMP dan SMA. Jadi bagaimana mereka saling berkolaborasi. Harus saling menyamakan visi, tujuan, sampai menghasilkan performance yang utuh. Jadi kemenangan ini karena mereka mampu memenangkan untuk diri sendiri. Mereka bisa mengesampingkan ego masing-masing dan bisa mencapai tujuan bersama," tutur Devi.
Salah satu nilai utama yang ditanamkan di Perguruan Al Izar adalah mencintai tanah air. Dalam hal ini dengan mencintai kebudayaan Indonesia. "Jadi bagaimana kami menanamkan kepada anak-anak, bukan hanya melalui pelajaran, tapi melalui kegiatan ekstrakurikuler, dalam hal ini tari tradisional dan gamelan," ucap Devi.
Dengan mampu meraih gelar Grand Champion, Devi berharap bisa memacu anak-anak menjadi teladan yang baik bagi teman-temannya, dengan mengutamakan nilai kemandirian, kerjasama, kedisplinan dan kepedulian bagi sesama.
Tak hanya para guru, Arnie Arifin, Ketua Yayasan Perguruan Islam Al Izhar Pondok Labu, sangat mengapresiasi kemenangan para siswi dari SMP - SMA Al Izhar ini. Misi budaya ini menunjukkan bahwa Perguruan Al Izhar sangat menekankan pentingnya akar budaya. "Salah satu misi Al Izhar adalah menjadikan para siswa/siswi sebagai warga dunia. "Melalui perjalanan misi budaya ini merupakan upaya membuka ruang perjumpaan. Para  murid dihadapkan pada berbagai latar budaya serta perjalanan bersama akan mengangkat dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama, "ungkap Arnie. "Semua nilai-nilai di atas tentu bisa terkuak dalam perjalanan yang membutuhkan kekompakan. Apalagi setiap murid diharapkan menjadi sosok teladan yang dilihat oleh rekan-rekannya dari berbagai bangsa," sambung Arnie.