Assalamu'alaikum, Readers
Jadi, Readers, 12-13 Agustus kemaren itu ada pagelaran teater musikal di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat. Pertunjukan teater musikal ini merupakan karya dari Gema Citra Nusantara (GCN) dan Papatong Artspace yang berjudul 'Laskar Inong Balee'.
Laskar Inong Balee ini bercerita tentang kepahlawanan Keumalahayati, Readers. Dan ceritanya dimulai setelah suaminya, Laksamana Zainal Abidin, gugur dalam peperangan. Keumalahayati mengusulkan kepada Sultan Aceh untuk membentuk pasukan yang terdiri dari janda prajurit Aceh yang gugur dalam peperangan (Inong Balee). Permintaan itu dikabulkan dan ia diangkat sebagai pemimpin pasukan Inong Balee.
Jadi di pertunjukan ini di ceritakan tentang seorang pejuang perempuan yang berasal dari tanah Aceh bernama Keumalahayati yang memimpin lebih dari 2.000 orang pasukan Inong Balee berperang melawan Belanda sekaligus membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal.
Nah atas kepemimpinannya, Sultan Aceh Darussalam memberikan gelar Laksamana untuk keberaniannya sehingga kemudian Keumalahayati lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati. Sebenarnya nama Malahayati ini lah yang belakangan lebih dikenal orang-orang, Readers.
Kita kembali ke pertunjukan teater musikal ya, Readers.
Dijelaskan Mira Marina Arismunandar selaku Executive Produser teater musikal Keumalahayati:Laskar Inong Balee bahwa cerita tentang Keumalahayati merupakan kisah nyata. Keumalahayati adalah pahlawan nasional dan panglima perang perempuan pertama bukan hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Â "Drama musikal ini merupakan sarana sosialisasi dan edukasi atas kisah perjuangan Keumalahayati. Mudah-mudahan pementasan ini akan menjadi inspirasi kepada generasi milenial untuk meneladani ketokohan, kegigihan serta nasionalisme dalam mempertahankan Nusantara dari penjajahan melalui seni pertunjukan,"ungkap Mira.
"Hingga hari ini, banyak orang yang belum mengenal sosok Keumalahayati yang perjuangannya sudah diakui pemerintah sebagai Pahlawan Nasional di tahun 2017. Pementasan ini dalam rangka lebih mensosialiasikan sosok perempuan perkasa dari Tanah Aceh, yang pada jaman itu sudah diberi hak memimpin perang dari kesultanan. Ini sesuatu yang luar biasa," sambung Mira.
Teater Musikal Keumalahayati disutradarai Teuku Rifnu Wikana dan Krisna Aditya. Menampilkan pemain utama antara lain Haikal AFI 2, Teuku Rifnu Wikana, dan Karissa Soerjanatamihardja, di samping nama-nama lainnya, seperti seniman senior Aceh, Marzuki Hasan, Junio Ferandez, Yan Wibisono, Beyon Destiano, Fachrizal Mochsen, dan empat sahabat Keumalahayati yakni Nanda Dian Utami, Nadya Devina, Kartika Desma, Jeyhan Safiana.
Tim kreatif panggung terdiri dari nama-nama tenar, seperti Gema Sedatana (Penulis Naskah), Leodet (Music Composer), Jufrizal dan Asep Supriyatna (Penata Musik Tradisional), Wiwik HW (Koreografer), Helen Nanlohy (Vocal Coach), Endro Sukmono (Fighting Coach), Bulqini (Scenografer), Mamed Slasov (Lighting).