Mohon tunggu...
Amanda Nabila A
Amanda Nabila A Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Akuntansi

Mahasiswa Akuntansi Angkatan 21

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Paradigma Qur'ani dalam Perkembangan IPTEKS

15 September 2021   15:10 Diperbarui: 15 September 2021   15:40 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) merupakan suatu hal yang terus dikembangkan oleh peradaban muslim. Hal ini terjadi karena penemuan-penemuan IPTEKS seperti transportasi, informasi, telekomunikasi, dan lain-lainnya memudahkan manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Namun jika dilihat dari sisi lain pengembangan IPTEKS tanpa memasukan agama didalamnya akan menciptakan manusia yang serakah dan tidak berakhlak mulia.

Oleh karena itu, di dalam perkembangan IPTEKS, Islam mengambil peran didalamnya, yaitu dengan Syariah Islam yang  harus dijadikan dasar dalam penggunaan IPTEKS. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) ini yang harus dijadikan tolak ukur manusia dalam penggunaan IPTEKS, sebagaimana ilmu yang dapat dipergunakan adalah yang halal menurut Syariah Islam. Sementara itu IPTEKS yang diharamkan oleh syariah Islam hendaknya tidak boleh dipergunakan oleh umat Islam.

Seorang muslim diharapkan untuk selalu menuntut ilmu agar dapat mengembangkan akal fikirannya. Dengan mengembangkan akal fikirannya tersebut manusia akan mencapai pada suatu pemahaman  yang menjadikan manusia sebagai orang yang berilmu. Orang berilmu mempunyai kedudukan yang mulia dan tinggi di hadapan Allah SWT dan manusia karena pemahamannnya.

Dalam beramal dan beribadah -yang salah satunya dengan mengembangkan IPTEKS- kepada Allah SWT , manusia tentunya harus berpedoman pada Al-Qur'an dan Al-Hadits. Karena dengan berpegang teguh pada pedoman Al-Qur'an dan Al-Hadits manusia tidak akan tersesat dalam kehidupannya dan menjadikan manusia sebagai pengguna IPTEKS yang bijak. Serta dengan Al-Qur'an Al-Hadist yang dijadikan  pedoman bagi manusia yang berilmu, kedudukan manusia tersebut menjadi mulia dan terhormat di hadapan Allah SWT.

Namun pada pengertian yang seluas-luasnya, Al-Qur'an dan Al-Hadist dijadikan sebagai sumber bagi sains Islam. Maksud lain dari prinsip ini adalah Al-Qur`an dan Al-Hadits hanyalah sebagai standar IPTEKS bukan menjadi sumber IPTEKS . Pemahaman ini menegaskan bahwa umat Islam diperbolehkan untuk mengambil IPTEKS dari sumber pengetahuan manapun termasuk dari umat selain Islam.

Misalnya saja Nabi Muhammad SAW pernah menerapkan penggalian parit di sekeliling Madinah dimana strategi militer itu diciptakan oleh kaum Persia yang menganut agama Majusi. Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga pernah mengutus dua sahabatnya untuk pergi ke Yaman untuk mempelajari teknik persenjataannya disana, padahal mayoritas penduduk Yaman pada saat itu merupakan ahli kitab (Kristen). Contoh lainnya adalah Umar bin Khatab pernah mengadopsi sistem administrasi dan pendataan pada Baitul Mal yang berasal dari Bangsa Romawi yang menganut agama Kristen. Dapat disimpulkan bahwa selama ilmu tersebut tidak bertentangan dengan aqidah dan syariah Islam, IPTEKS dapat dipelajari dari umat selain Islam.

 Manusia harus terus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan melaksanakankan pola berpikir, berdzikir dan menggunakan anugerah yang telah diberikan oleh Allah SWT. Sehingga biarkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk terus mengalami pembaharuan dan kemutakhiran. Manusia hanya mampu mengarahkan dan mengendalikan manusia yang lain sebagai produsen, distribusi, dan konsumen ilmu pengetahuan dan teknologi agar IPTEKS tidak dijalankan manusia dengan hanya mengikuti hawa nafsu, melainkan menempatkan IPTEKS ini menurut petunjuk Ilahi dan fitrah kemanusiaan.

Jika manusia dalam menghasilkan dan menerapkan IPTEKS mengikuti hawa nafsu saja, IPTEKS yang dihasilkan bukan hanya bermanfaat bagi manusia, namun juga dapat berakibat kerusakan pada diri sendiri. Dan berlaku sebaliknya jika manusia menghasilkan dan menerapkan IPTEKS senantiasa memperhatikan alam semesta dan hidayah Ilahi, sudah dipastikan ia menjadi orang yang berguna di muka bumi ini. Manusia harus berpedoman pada petunjuk Ilahi dalam menghasilkan dan menerapkan IPTEKS karena pengetahuan dan kemampuan otak manusia dalam menerima ilmu-ilmu Allah dan segala kemampuan manusia sangatlah terbatas .

Pada akhirnya manusia paham bahwa tujuan IPTEKS dalam perspektif Al-Qur'an adalah untuk menggapai kehidupan yang sejahtera, selamat dan bahagia di dunia maupun di akhirat . Dan tujuan lainnya adalah untuk dapat dipakai dalam rangka pemenuhan tugas manusia sebagai Abdullah dan kholifatullah yang berpedoman pada Al-Qur'an dan Al-Hadits. Serta untuk menghindari penggunaan IPTEKS yang tidak tepat dan dapat membuat kerusakan di segala aspek kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun