Pada tahun 2002 film Ca Bau Kan karya Nia Dinata didaftarkan ke Academy Awards. Namun beberapa bulan setelah itu Ca Bau Kan dicoret dari nominasi tanpa alasan yang jelas (setidaknya bagi publik yang awam tentang film). Padahal dalam Asia Pacific Film Festival 2002 film Ca Bau Kan memenangkan Penata Artistik Terbaik dan Sutradara Pendatang Baru Terbaik. Ca Bau Kan juga menjadi official selection dalam International Rotterdam Film Festival, Women in Cinema Film Festival, dan Sydney Film Festival 2003.
Keadaan serupa juga terjadi dua kali pada perfilman Bollywood. Masih ingat kan dengan film Devdas karya Sanjay Leela Bhansali yang sangat fenomenal? Film remake versi kedelapan inilah yang justru sanggup mengangkat gengsi Bollywood di mata dunia. Setelah film Devdas sukses besar Shah Rukh Khan (SRK) digemari bule-bule Amerika dan Eropa. Berkat film Devdas juga Aishwarya Rai berakting di film-film Hollywood bahkan jadi bintang tamu Oprah. Devdas berjaya di festival Cannes, British Academy Film & Television Awards (BAFTA), hingga MTV Asia Awards. Devdas didaftarkan ke nominasi Academy Awards. Namun pada penyisihan pertama juri mencorat Devdas dari nominasi. Alasannya baru sepuluh menit film dimulai sudah ada adegan lagu.
Pada akhir 2012 dikabarkan Barfi masuk nominasi Academy Awards. Barfi adalah kisah cinta segitiga antara pemuda bisu tuli (diperankan Ranbir Kapoor) dengan seorang gadis terpelajar (diperankan Ileana D' Cruz) dan gadis autis (diperankan Priyanka Chopra). Barfi didaftarkan pada Academy Awards. Namun Barfi ditolak pada penyisihan pertama karena ada beberapa scene yang mirip dengan serial-serial Barat.
[caption id="attachment_244983" align="aligncenter" width="150" caption="Bagi orang Asia, berakting sebagai difabel belum cukup untuk meraih Oscar"]
[/caption] Meski begitu, India juga meraih dua kali sukses di Academy Awards. Pertama, film Lagaan yang dibintangi Aamir Khan menjadi nominasi Academy Awards 2002. Kedua, Slumdog Millionaire yang mengguncang dunia pada tahun 2009 karenameraih delapan Oscar yang di antaranya
Best Picture,
Best Director, dan
Best Adapted Screenplay. Walau sebenarnya Slumdog Millionaire tidak terlalu dapat dikategorikan sebagai film Bollywood karena disutradarai oleh orang Inggris. Mari kita mundur ke tahun 2000. Saat itu Crouching Tiger Hidden Dragon (CTHD) adalah film Mandarin pertama yang merambah Academy Awards. Film yang disutradarai Ang Lee itu bersaing ketat dengan Gladiator dalam perolehan piala. CTHD menggondol 10 awards sedangkan Gladiator menggondol 11 awards. Hal ini disebabkan juri lebih memilih Gladiator ketimbang CTHD sebagai Best Picture.
[caption id="attachment_244986" align="aligncenter" width="150" caption="Film Mandarin pertama di Academy Awards"]
[/caption] Juri Academy Awards boleh saja mengajukan argumen-argumen teknis sebagai dasar menerima atau menolak film-film dari benua Asia. Namun dewasa ini saya (dan mungkin juga Anda) menilai terdapat alasan besar di balik diterima atau ditolaknya karya-karya insan Asia yaitu penggambaran sutradara tentang negara asal filmnya. Saya menemukan satu persamaan antara Ca Bau Kan, Devdas, dan Barfi. Ketiganya sama-sama menampilkan keindahan
setting kota yang mewakili keindahan negara yang bersangkutan. Kemenangan Iri Supit sebagai Penata Artistik film Ca Bau Kan membuktikan kota Batavia tergambar indah di layar lebar. Padahal kota yang digambarkan adalah Batavia yang masih seadanya dengan
hiburan yang kelas rakyat.
Setting film Devdas adalah bungalow dan rumah bordil mewah di Benggala. Devdas mencitrakan pada tahun 1917 di kota kecilnya India sudah ada penduduk yang tinggal di rumah yang luas, bertingkat, sarat dengan lampu kristal dan mosaik kaca. Ditambah lagi kostum tradisional aktor dan aktris dibubuhi bordir dan payet emas sehingga terkesan glamor. Sedangkan Barfi yang memang berlatar Kolkata (nama Calcutta saat ini) zaman modern menampilkan suasana alam yang asri seperti di Eropa. Bagaimanapun dunia Barat masih belum rela menerima Asia menjadi modern. Mereka menginginkan Batavia redup dan rakyatnya tidak berbakat seni tergambar dalam Ca Bau Kan. Mereka menginginkan potret India yang penduduknya miskin, kumuh, dan berpakaian lusuh tergambar dalam Devdas dan Barfi. Juri menganggap ketiga film ini abnormal, di luar kewajaran sehingga tidak layak mendapat Oscar. Rupanya keinginan juri mengenai gambaran-gambaran tersebut terkabul dalam film Slumdog Millionaire, Lagaan, dan Crouching Tiger Hidden Dragon. Film CTHD terkesan monoton karena melulu menampilkan hutan bambu, gurun, dan kegelapan malam. Film Lagaan berlatar penjajahan Inggris. Di sepanjang film kita menyaksikan desa di tengah gurun dengan rumah mirip rumah honai Papua. Saking miskinnya, pemuda-pemuda desa yang dipimpin Aamir Khan berjuang mengalahkan Inggris di pertandingan cricket agar bebas dari pajak hasil bumi. Kata slumdog dalam judul film tentu sudah membuat penonton terbayang visual apa yang ditontonnya. Selama menonton Slumdog Millionaire saya yang bukan orang India saja menilai itu adalah pendiskreditan pada India. Maka pantaslah jika sutradara senior Adoor Gopalakrishnan berpendapat film ini adalah penggambaran stereotip orang Barat tentang India yang semuanya bohong. Tetapi kenapa Slumdog Millionaire sukses di Oscar sedangkan Lagaan tidak? Karena ending film Lagaan menceritakan pemuda desa mampu mengalahkan penjajah Inggris dalam pertandingan cricket. Hal itu menyebabkan Inggris menyingkir dari seluruh desa di India. Dunia Barat tentu tidak bisa menerima orang Asia mengalahkan orang Barat sehingga Best Foreign Movie dianugerahkan pada film Bosnia. Karena orang Asia belum diridhoi untuk mengalahkan orang Barat, maka itu Gladiator yang dianugerahkan Best Picture. Kini film Life of Pi mewakili Asia pada Academy Awards 2013. Kita tahu bahwa Life of Pi berlatar Pondicherry yang kota kecil dan penduduknya miskin. Mari sama-sama kita saksikan berapa award yang diraih Life of Pi? Lalu apakah tahun ini orang Asia sudah diridhoi mengalahkan orang Barat dalam Best Picture?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Lyfe Selengkapnya