Mohon tunggu...
Amanda S
Amanda S Mohon Tunggu... Konsultan - A full time worker. A part-time student and dreamer. A singing and dancing enthusiast. A cat and book lover:) follow me on twitter @amandaind .

A full time worker. A part-time student and dreamer. A singing and dancing enthusiast. A cat and book lover:) follow me on twitter @amandaind .

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Akrasia, Suka Menunda, dan Emosi Negatif

4 Februari 2020   11:12 Diperbarui: 4 Februari 2020   14:12 4239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Photo by NordWood Themes on Unsplash (unsplash.com/@nordwood)

AKRASIA. Bukan, ini bukan nama kofisyop kekinian yang muncul bertebaran. Akrasia adalah istilah yang diciptakan oleh filsuf Socrates dan Aristotle yang secara erat bisa dikaitkan dengan 'penyakit' klasik manusia dari zaman dahulu kala: Procrastination alias suka menunda.  

Akrasia is the state of acting against your better judgement. Iya, manusia (baca: kita) lebih suka menunda sesuatu dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat daripada melakukan hal positif yang seharusnya dilakukan. 

Contohnya, scrolling linimasa di medsos dan keasyikan membaca komentar netizen, browsing banyak artikel sampai akhirnya malah lupa apa informasi yang awalnya mau dicari (salahkan si hyperlink hehe) rajin 'berjalan' di youtube/blog orang lain padahal jumlah langkah kaki kita setiap hari cuma 5 ribuan (yang disarankan minimal 10 ribu langkah lho), dan lain-lain. 

Source: Unfold
Source: Unfold
Segala perencanaan, target, to-do-list yang sudah disusun akhirnya hanya sebatas coretan di agenda. Padahal, setiap malam sebelum tidur biasanya kita sudah semangat banget tuh besok mau melakukan A-Z, tapi begitu bangun tidur di pagi hari, langsung deh meraih HP dan memainkan jemari di layar smartphone masih dengan muka bantal. Pantas akrasia itu sering diterjemahkan bebas menjadi hilangnya kontrol diri. 

Mengapa begitu? salah satu alasannya adalah manusia cenderung menyukai yang serba instan. Kita sulit untuk membayangkan diri kita suatu saat di masa mendatang bisa jadi jauh lebih baik kalau kita fokus di masa kini untuk melakukan hal-hal yang seharusnya demi mencapai target. 

Hmm, lucu sih... di kasus ini kita seakan sulit untuk membayangkan diri kita lebih sukses di masa mendatang kalau kita bisa sukses menghilangkan kebiasaan buruk suka menunda ini. 

Tapi di kasus penyakit zaman kekinian yaitu overthinking & cemas berlebihan, kita justru gampang banget terlalu fokus memikirkan apa yang bakal terjadi di masa mendatang, padahal seharusnya kita bisa lebih mindful & be in present moment, yaitu tidak terjebak oleh kekhawatiran di masa depan dan lebih menikmati masa kini (present moment). 'Hadir di sini, kini,' kalau kata psikolog dan praktisi meditasi favorit saya.  

Kalau manusia zaman dahulu saja juga suka menunda, apalagi kita yang sekarang kebanyakan udah 'diperbudak' oleh  layar berukuran 4-6 inci itu yah? Saya sempat berpikir seperti itu untuk mencari pembenaran.

Tapi masa iya sih kontrol diri kita selemah itu? sudah tahu menunda itu buruk kok masiiih aja dilakukan? Nah ternyata menunda itu bukan disebabkan karena kita tidak pintar mengatur waktu, tapi karena, mudahnya, disebabkan oleh Bad Mood. 

Akhirnya ya, ada penjelasan yang lebih ilmiah kenapa kita tuh susah banget kontrol diri sendiri sementara kadang ngatur orang lain lebih mudah hihi...Jadi, menurut   Dr. Tim Pychyl, seorang profesor psikologi & anggota kelompok Procrastination Research di Carleton University, Ottawa,   "Procrastination is an emotion regulation problem, not a time management problem,".

Tada... pernyataan ini kurang lebih menjawab penasaran saya, kenapa kalau emosi sedang terkontrol (mood bagus), saya mampu jadi rajin dan produktif sekali dan sebaliknya kalau mood dari pagi udah hancur, banyak hal di to-do-list yang terabaikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun