Mohon tunggu...
Amanda S
Amanda S Mohon Tunggu... Konsultan - A full time worker. A part-time student and dreamer. A singing and dancing enthusiast. A cat and book lover:) follow me on twitter @amandaind .

A full time worker. A part-time student and dreamer. A singing and dancing enthusiast. A cat and book lover:) follow me on twitter @amandaind .

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengurangi Bias Konfirmasi Tidak Sulit, Hanya Perlu Berlatih

9 Januari 2018   14:10 Diperbarui: 9 Januari 2018   19:29 2729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih bingung? Mari kita gunakan contoh. Misalnya ada dua kalimat berikut ini: Didi mencuri uang milik tetangga dan Didi orang baik. Mencuri uang itu fakta karena Didi memang melakukan itu. Tapi kalimat " Didi orang baik" itu adalah opini. Pembentukan opini harus berdasarkan pada fakta-fakta yang ada.

Misalnya, apa alasan Didi mencuri? Apakah Didi memiliki keluarga yang kelaparan dan sangat butuh makan? Apakah uang yang dicuri dipakai untuk kesenangan pribadi Didi atau untuk memberi makan keluarganya? Dan lain-lain. Dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini, setiap orang baru dapat menentukan opini berdasarkan pemikiran dan rasionalitas masing-masing. 

Sebagian orang mungkin tetap berpikir bahwa Didi orang jahat karena telah mencuri hak orang lain, tapi jika Didi mencuri untuk memberi makan keluarganya yang belum makan selama tiga hari, sebagian orang mungkin akan menganggap Didi orang baik. Perbedaan opini ini bukan sesuatu yang buruk selama opini tersebut dibentuk berdasarkan fakta-fakta yang terjamin kebenarannya (bukan hoax).

Berlatih untuk membuka pikiran. Belajar untuk memikirkan beberapa opini alternatif yang berlawanan dengan opini kita dan mencari bukti atau informasi lain yang bisa mendukung opini-opini alternatif tersebut.

Dalam metode penelitian dalam statistika, biasanya digunakan tingkat signifikansi sebesar 5% atau 10%, yang dapat diartikan juga sebagai tingkat kesalahan atau tingkat kekeliruan yang ditolerir oleh peneliti, yang diakibatkan oleh kemungkinan adanya kesalahan dalam pengambilan sampel.

Kesalahan pengambilan sampel ini bisa dianalogikan seperti kesalahan dalam menggunakan fakta yang digunakan untuk membentuk opini. Jadi jika kita memiliki suatu opini, janganlah berpikir bahwa opini kita adalah 100% benar dan opini orang lain yang berlawanan dari opini kita adalah 100% salah.

Berlatih mengenal orang-orang dari berbagai latar belakang.

Menurut psikolog, bias konfirmasi juga bisa timbul karena manusia cenderung bersifat lebih homogen, sehingga kita cenderung untuk berinteraksi lebih banyak dengan orang lain yang juga sependapat dengan kita.

Berkumpul dengan orang lain yang sepaham dengan kita memang lebih menyenangkan, tetapi terkadang cobalah untuk keluar dari zona nyaman tersebut dan berinteraksi lebih banyak dengan orang-orang dengan berbagai latar belakang. Misalnya saat kita melakukan traveling ataupun dalam membentuk lingkaran pertemanan di kuliah, tempat kerja dan lain-lain. Perbedaan latar belakang itu bisa menimbulkan beragam opini yang berbeda dengan opini kita, sehingga pikiran kita dapat lebih terbuka untuk menerima kemungkinan bahwa opini kita belum tentu seratus persen benar.

Berlatih mengakui kesalahan.

Jangan malu untuk mengakui kesalahan kita. Jangan merasa 'diserang' secara pribadi lalu menjadi defensif. Pahami bahwa selalu ada kemungkinan kita yang salah dalam membentuk opini. Melakukan kesalahan itu adalah sesuatu yang manusiawi. Perlu diingat juga bahwa dunia ini dinamis, bisa saja hal-hal yang dulu kita yakini benar sekarang sudah berubah kenyataannya. Segala kejutan bisa terjadi. Jika memang hal yang kita anggap sebagai fakta yang benar dan mempengaruhi kita dalam membentuk opini ternyata salah, jangan takut untuk mengubah opini kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun