Assalamu'alaikum, Readers
Banyak cara yang dilakukan para pelaku bisnis untuk menaikan angka penjualan. Dari mulai melakukan berbagai bentuk promo, inovasi produk, hingga melakukan rebranding.
Rebranding tidak hanya sebagai strategi marketing loh, Readers. Tapi juga bisa merupakan sebuah proses merubah citra perusahaan atau produk, yang pada akhirnya bisa membuka peluang pasar baru.
Readers, rebranding dilakukan karena produk atau perusahaan melihat peluang yang lebih besar, dan image yang sekarang digunakan sudah tidak relevan dengan perkembangan yang terjadi.
Seperti yang dilakukan oleh salah satu brand busana kerja The Executive yang baru-baru ini berubah menjadi Executive.
Rebranding dilakukan oleh brand yang akrab dengan para profesional muda ini bertujuan mengekspresikan gaya hidup yang lebih dinamis dan masa kini. Lahir dengan gagasan yang terinspirasi dari adanya interaksi antara brand, komunitas, serta adanya kolaborasi dalam bidang fashion, EXECUTIVE mengusung sebuah perspektif baru dalam setiap karyanya.
Readers,
Brand General Manager EXECUTIVE, Caroline Parengkuan, mengungkapkan bahwa "Adanya rebranding nama merupakan cara baru EXECUTIVE untuk mengekspresikan gaya hidup. Dan sebagaimana yang kita ketahui bersama, hidup selalu dinamis. Perubahan terus terjadi, terutama di masa kini."
Sementara itu Johannes L. Paat (Ludy), General Manager Marketing Communications PT Delamibrands Kharisma Busana, menambahkan bahwa perubahan identitas nama menjadi EXECUTIVE adalah cara brand mengkomunikasikan pesan khusus kepada target audiensnya. “Perubahan ini adalah cara kami untuk mengomunikasikan EXECUTIVE bukan lagi sebatas brand officewear. Namun, menjadi brand workwear yang dapat dikenakan para professional muda yang dinamis, yang tidak lagi hanya bekerja di kantor, melainkan di mana pun. Kami juga memberikan hashtag baru dalam rangka mengenalkan identitas baru ini, yaitu #HeritageMeetsModern #FashionMeetsTheWayOfLife”.
Rebranding perlu dilakukan ketika :
1. Nama sudah tidak lagi sesuai dengan visi dan misi perusahaan,
2. Terjadi perubahan nama karena masalah merek, merek yang sudah ada memiliki konotasi yang negatif di mata masyarakat, nama membuat menimbulkan persepsi yang salah.
3. Revitalisasi merek. Perusahaan ingin mereposisi atau memperbarui merek global, merek yang ingin global, Kurangnya pengetahuan konsumen terkait dengan merek tersebut,
4. Revitalisasi identitas merek.
5. Menciptakan sistem terintegrasi, dan terakhir perusahaan yang melakukan marger.
Nah, Readers
Kalau yang rebranding yang dilakukan Executive adalah merubah image karena adanya inovasi produk dan target pengembangan konsumen yang berubah, terutama setelah pasca pandemi. Executive yang tadinya lebih mengusung disain-disain kantoran yang meski kasual, namun tetap terlihat formal, dengan rebranding ini Executive menghadirkan koleksinya yang jauh lebih terlihat santai, namun masih memberi kesan profesional.
Ini sesuai dengan kondisi para profesional muda yang bekerja dengan istilah SERSAN, Serius Tapi Santai.
So Readeres, sebelum melakukan Rebranding jangan lupa lakukan analisa dulu ya. Apakah brand yang Readers punya sangat perlu rebranding? Atau cukup dengan mengeluarkan varian baru? Agar Rebranding yang dilakukan tidak sia-sia. Karena Rebranding mau tidak mau mengeluarkan budged extra untuk sosialisa dan publikasi. Belom lagi menciptakan image baru, sementara sudah ada pelanggan setia yang bisa jadi akan mereview ulang produk yang kita tawarkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H