Assalamu'alaikum, Readers.
Akhirnya, aku bisa membagi penilaian aku tentang sebuah film lagi dong. Penilain dari sudut pandang aku sih. Bisa dijadikan refrensi untuk nonton filmnya atau ga.
Kali ini aku mau me-review film sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, diawal-awal proklamasi. Film Kadet 1947.
Buat aku, film ini menjadi film tentang masa perjuangan Indonesia menghadapi tentara Belanda yang dikemas secara kekinian. Dalam arti kata, patriotisme yang tidak meninggalkan kodrat anak-anak muda yang waktu itu menjadi tokoh sejarah.
Selain itu, film ini tidak menempatkan pahlawan yang sudah terkenal sebagai tokoh sentralnya. Tapi menempatkan 7 orang anak muda yang namanya tidak ada dalam buku sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, tapi justru punya peran penting untuk mempertahankan kemerdekaan saat itu, menjadi tokoh sentral. Lengkap dengan identitas mereka sebagai anak muda. Emosi, berapi-api, semangat, nekad, ga ada takutnya, cendrung ceroboh, egocentrist dan semangat belajar yang luar biasa. Dan manisnya, film ini dibumbui kisah romance. Jadi ga cuma perang loh ya.
Mmmmm. Gimana kalo kita kenalan dengan para Kadet di film Kadet 1947 dulu, sebelum aku membahas isi dan cinematography film ini?
Sigit, Mul, Adji, Dul, Har, Kapoet, Tardjo pemuda berusia dua puluhan tahun yang bercita-cita jadi penerbang, dan sedang masa belajar sebagai Kadet di markas pasukan udara Indonesia di Maguwo.
Punya ambisi, semangat dan cinta tanah air yang luar biasa, namun menterjemahkannya dengan cara masing-masing. Seperti Adji yang ambisius, keras kepala. terus Har dan Mul yang selalu memandang positif dan berusaha mengerti teman-temannya. Dan seterusnya. Namun saat bicara menghadapi Belanda, bahkan Sigit pun lebih memilih membela negara dari pada kekasihnya.
Readers, menuliskan review ini pastinya aku sambil mengingat kembali adegan per adegan film ini, rasanya haru banget. Sekali-kalinya aku nangis mendengar para pemain di film ini menyanyikan lagu Padamu Negeri. Bukan bagus suara mereka, tapi penghayatan mereka sebagai pejuang terasa dalam banget.Â
Yang kedua, ada satu part yang aku bete banget: awalnya dah haru nih, liat jiwa patriotik, tau-tau ditimpa adegan Sigit dan pacar di scene, lokasi dan moment yang bersamaan. Eh, kok ada adegan konyol yang bikin bingung harus haru, baper apa ketawa. Padahal itu cuma mimik Tardjo yang keki liat Sigit ama pacarnya.
Film ini beneran layak ditonton, walau labelnya untuk semua umur, tapi karena ada darah dan adegan pacaran (walau ga 'seronok'), aku sih ini film buat 13thn ke atas harusnya.
Karena film ini berdasarkan cerita nyata, beberapa anak cucu tokoh hadir pada saat preskon, aku cukup kaget bagaimana tentara kita dulu melakukan pemboman dari atas pesawat dengan segala kekurangan yang ada. Bahkan pesawat yang dirakit, sebenarnya diambil dari pesawat yang jatuh.
Karakter dan Actor
Film Kadet 1947 bukan menghidupkan tokoh-tokohnya dengan wajah yang mirip atau dimiripin. Kecuali yang menjadi Presiden Sukarno, mirip sih tapi kok terlihat aneh. Yang ingin disampaikan adalah karakter para tokoh dan suasana 2 tahun setelah proklamasi. Kalau dari set dan properti sih tersampaikan, kalau dari karakter ga tau. Ga ada perbandingannya. Cuma, kalau dari penampakan fisik jauh berbeda, karena ada photo tokoh asli di akhir film.
Yang pasti, memainkan tokoh yang tidak populer jauh lebih aman. Kalo ada karakter yang ga terlalu pas,ga jadi masalah, pastinya dengan seizin keluarga si tokoh. Berbeda kalau memerankan tokoh seperti BJ Habibie, Reza Rahardian harus bisa menduplikasi, paling ga 75% kemiripan.
Terlepas mirip apa ga, yang pasti secara fisik, para actor memerankan karakternya pas sih. Sepertinya waktu readingnya cukup lama ya. Jadi cukup waktu mencari informasi tentang tokoh-tokohnya.
Sigit, Mul, Adji dan Har adalah tokoh utama yang muncul pada scene awal. Ke empatnya memiliki karakter sendiri-sendiri yang cukup kuat. Hanya Sigit jadi pusat perhatian karena memiliki cerita asmara dengan wanita di kampungnya. Lalu Adji yang ambisius, menggunakan cara apa pun untuk menggapi tujuanya. Adji seperti pengalih perhatian akan tokoh antagonis.
Camera dan Lighting
Ini adalah salah satu angel yang aku suka. Ga selalu hadap-hadapan, atau dari atas, atau nyamping banget, atau back shoulder. Ga juga setiap pemain sejajar dengan kamera.
Yang menambah kuat karakter film ini adalah properti yang digunakan. Dari barak, Â busana dll. Yang jadi pertanyaan, pada saat itu, kadet atau tentara harus selalu terkesan kotor?Â
ada 2 scene yang terasa jumping, ga tau karena kekurangan stock shoot jadi diambil aja atau ga engeh itu jumping. Ga banyak, cuma buat aku cukup ganggu.
By the way, over all film ini keren. Film perjuangan tidak harus kaku atau berisi manusia super hero yang ga pernah salah. Karena manusia berbuat kesalahan, itu normal. Agar belajar dari kesalahan.
Eh iya, dari film ini kita jadi tau yang dalam pelajaran sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia disebut serangan udara pertama tentara Indonesia ke markas tentara Belanda di lakukan oleh siapa saja, kenapa sampai tentara Indonesia melakukan penyerangan, siapa yang menyetujui, bagaimana para kadet mempersiapkannya, siapa yang mengatur strateginya dan bagaimana mereka melakukannya. Bahkan drama apa yang terjadi beberapa menit sebelum penyerangan dilakukan.Â
Aku sih ga ngebayang, bom dipangku buat dilempar ke markas Belanda, bahkan peta ilang karena ditiup angin.Â
Eh iya original soundtracknya juga bikin merinding loh.
Buat skor aku mo kasih 9,5/10
Kadet 1947
Sutradara
- Rahabi Mandra
- Aldo Swastia
Produser
- Celerina Judisari
- Tesadesrada Ryza
Penulis skenario
- Rahabi Mandra
- Aldo Swastia
Penata musik
Hariopati Rinanto
Sinematografer
Batara Goempar
Penyunting
Wawan I. Wibowo
Perusahaan
produksi
- Temata Studios
- Legacy Pictures
- Screenplay Films
Tanggal rilis
- 25 November 2021 (Indonesia)
- 29 November 2021 (JAFF)
Durasi
111 menit
Negara
 Indonesia
Bahasa
Indonesia
Pemeran
- Bisma Karisma sebagai Sigit (Sutardjo Sigit)
- Kevin Julio sebagai Mul (Mulyono)
- Omara Esteghlal sebagai Har (Suharnoko Harbani)
- Marthino Lio sebagai Adji (Bambang Saptoadji)
- Wafda Saifan sebagai Tardjo (Sutardjo)
- Fajar Nugra sebagai Kapoet
- Chicco Kurniawan sebagai Dul (Dulrachman)
- Andri Mashadi sebagai Tjip (Agustinus Adisoetjipto)
- Ario Bayu sebagai Soekarno
- Ibnu Jamil sebagai Halim Perdanakusuma
- Ramadhan Al Rasyid sebagai Karbol (Abdulrachman Saleh)
- Mike Lucock sebagai Soerjadi Soerjadarma
- Lutesha sebagai Nila Tuharea
- Indra Pacique sebagai Soedirman
- Hardi Fadhillah sebagai Kardi
- Ernest Samudra sebagai Basyir Surya
- Givina Lukita sebagai Asih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H