Mohon tunggu...
Amanda Nasution
Amanda Nasution Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer bloger
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

https://www.linkedin.com/mwlite/me

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Generasi 90-an: Melankolia" (Review)

17 Desember 2020   11:47 Diperbarui: 17 Desember 2020   12:53 1616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Assalamu'alaikum, Readers

Lama banget ga bikin review film. Dan pastinya lama banget aku ga nonton dibioskop. Gimana pun juga lebih enak nonton dilayar lebar lah, ya ga?

Setelah sekian lama, aku mo me-review film generasi 90-an, Melankonia yang diproduksi oleh Visinema Pictures. Sepanjang yang aku tau, Visinema Pictures selalu memproduksi film dengan cerita yang menarik, alur yang berkesan dan unsur-unsur film yang cukup memuaskan. Meskipun film produksi mereka bukan film box office.

Mukadimanya kepanjangan, aku mo kupas satu-satu film ini. Semoga ga terlalu panjang, biar ga bosan yang baca. 

C E R I T A

dok by: visinema pictures
dok by: visinema pictures

Melankolia bercerita tentang kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Dan peristiwa kehilangan itu terjadi begitu mendadak, tanpa tanda-tanda, tanpa isyarat dan meninggalkan kesedihan dan rasa bersalah bagi yang ditinggalkan. Dan kemudian bagaimana meneruskan perjalanan setelah kehilangan tersebut, karena hidup tetap terus bergulir.

Menceritakan sebuah keluarga yang terbilang harmonis dengan sepasang anak yang beranjak dewasa. Keharmonisan yang terlihat, bukan kejujuran dalam berinteraksi dalam keluarga. Aku sendiri belajar dari film ini kalau keluarga tidak sekedar terlihat harmonis. Tapi harmonis dalam keluarga itu harusnya tumbuh berdasarkan kejujuran dan keterbukaan komunikasi dalam keluarga. Saling menerima apa adanya.

(Nulisnya rada ati-ati. takut spoiler)

S E T T I N G

dok by: visinema pictures
dok by: visinema pictures
Nah...setting nih. Aku kayaknya bakal cerewet nih.

Di judul ada kata "generasi 90-an", dan terwakili dari based warna yang digunakan serta set dan properti yang mewakili tahun 90-a. Cumaaa, kesan tahun 90-an itu jadi rancu ketika satu scene yang disetting lebih ke tahun 70 atau 80an gitu. Jadi ingat kayak film-film Amerika dengan tempat-tempat makannya, yang menggunakan kursi-kursi pelanggan kayak di gerbong kereta gitu. Dan mobil yang digunakan disalah satu scene, bukan mobil keluaran tahun 90-an. Kurang ditail sih, terekesan galau. Mau dibawa ke suasana 90-an atau mau kekinian sebenarnya?

Yang cukup menyita perhatian aku scene dibandara. Sebenarnya buat mengurangi kesalahan setting, bisa di skip atau pake satu ruangan tunggu saja. Ga perlu memperlihatkan logo pesawat, kedatangan atau keberangkatan kayak di bandara umumnya. Dan set jumping saat diwarung setelah dari bandara. Aku lebih suka bilang itu jumping dan keterlaluan.

CAMERA & GAMBAR

dok by: visinema pictures
dok by: visinema pictures
Aku suka banget sih dengan penataan cahaya dan gambar-gambarnya, tidak sekedar menghadirkan nuansa lampau tapi juga artistik. Menjatuhkan cahaya pada titik tertentu pada objek, untuk memberikan efek sesuai dengan adegan yang sedang bermain.

Buat kamera sendiri sih, aku apresiasi beberapa angel cantik yang diambil. Tapi juga cukup banyak ambil angel close up dan big close up. Maksudnya sih mempertegas mimik emosi saat itu, tap sayangnya, menurut aku ga nyaman diliat sih.

Kerjasama apik antara bung kameramen sama lighing man.

P E M A I N

dok by: visinema pictures
dok by: visinema pictures
Ntah kenapa aku ga berhasil menemukan benang merah antar pemain, padahal aku yakin mereka sudah beracting dengan benar dan sesuai porsi. Mungkin kurang reading untuk pendalaman karakter tokoh yang dimainkan dan tokoh yang akan menjadi lawan main kali ya.

Aku juga ga dapat feel pribadi masing-masing tokoh. Emosinya ga nyampe ke aku sebagai penonton, bahkan disaat klimaks dan anti klimaks film ini. Aku tau itu klimaks karena ada teriakan, sedih dan terpukulnya, sayangnya itu semua terkesan sekedar acting aja. Terutama pada peran Abby yang menjadi tokoh fokus difilm ini. 

Banyak blank emosi difilm ini, jadi sekedar bermain dan menyampaikan dialog. Sayang sih, karena cerita, setting dan lightingnya udah keren banget. Begitu juga scene diwarung sate, aku tadi bilang jumping parah. Dan ga model orang Indonesia, terutama di Kota Jakarta, yang mengerubungi TV karena ada berita bencana.

Aku gagal fokus sama soundtracknya, Sephia-na Shaila On7 yang di arrangement ulang jadi keren. Cuma jadi maksa di film ini, apa lagi salah satu karakter di film ini bernama Sephia, jadi kayak memvisualkan single yang pernah hits di tahun 90-an ini.

Buat rating, aku mau kasih 6/10


Sutradara            M. Irfan Ramly

Produser              Angga Dwimas Sasongko

Skenario              M. Irfan Ramly

Berdasarkan      Generasi 90an karya 

Marchella FP

Musik                    Gascaro Ramondo

Sinematografi   Abdul Gerry Habir 

Penyunting         Greg Araya

Produksi               Visinema Pictures

Pemain :

Ari Irham sebagai Abby

Aghniny Haque sebagai Indah

Taskya Namya sebagai Sephia

Jennifer Coppen sebagai Kirana

Wafda Saifan sebagai Bayu

Karina Salim

Gunawan

Marcella Zalianty

Amara

Frans Mohede

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun