Mohon tunggu...
Amanda Nasution
Amanda Nasution Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer bloger
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

https://www.linkedin.com/mwlite/me

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film "Hustlers"

18 Oktober 2019   09:59 Diperbarui: 18 Oktober 2019   10:39 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Gloria Sanchez Productions, Annapurna Pictures, Nuyorican Productions

Assalamu'alaikum, Readers

Menurut aku nih, Film Hustlers memiliki cerita yang harusnya keren sih ya. Melihat sisi lain kehidupan seorang sexy dance dari waktu ke waktu. Dan bagaimana seseorang bisa berubah karena kebutuhan, terutama uang. Dan bagaimana seseorang bisa menjadi begitu lembut saat disentuh dengan kasih sayang dan dipercaya.

Kebutuhan ekonomi, kebutuhan emosional dan merasa senasib mampu menyatukan orang-orang yang tadinya tidak saling kenal, menjadi merasa satu keluarga dan membagi semua cerita dan rasa. Seperti itulah yang digambarkan dalam film yang bergenre drama yang dibumbui aksi kriminal dari para pemeran utamanya.

Difilm ini pun aku melihat pengaruh kondisi ekonomi global pun berdampak pada dunia industri hiburan malam ini. Bagaimana tekanan yang harus diterima pelaku industri ini, belum lagi tuntutan kebutuhan sehari-hari dan susahnya keluar dari dunia yang dianggap gelap itu. Dan bagaiman pelakunya dengan gampang menjadi pelaku kriminal.

Begitulah garis besar isi dari film Hustlers.

Camera & Pictures

Ntah lah ya. Tapi buat aku terlalu banyak close up dan  big close up itu mengganggu visual dari film. Cameraman seperti kehabisan angel bagus  untuk memdarvisualkan isi film. Jadi lumayan monoton gambar-gambar yang disajikan. 

Padahal banyak banget varian picture yang bisa diambil dengan tambahan sedikit sentuhan tangan tim kreatif. Bahkan eksotis yang menjadi sebagian besar penampakan film ini bisa lebih terkesan artistik harusnya. Sekali lagi harusnya.

Film ini untuk 21 tahun keatas, sesuai rekomendasi dari Badan Sensor Film. Jelas peruntukannya, tapi kenapa masih harus ada bagian yang diblur? Itu sangat-sangat mengganggu, gaes. 

Mending ga usah dikeluarin izin edarnya untuk Indonesia kalau harus diblur kayak gitu. Seronok sih, tapi kan film ini memang menceritakan kehidupan para sexy dancer. Jadi gimana dong?

Pemain & Karakter

Yah... akting tiap pemain ga bisa dianggap remeh ya. Sekelas Jeniffer Lopez dan Countance Wu yang didaulat menjadi tokoh central. Setiap pemain memerankan satu tokoh dengan pas pada porsinya. 

Seakan mereka benaran loh sebagai sexy dancer, makanya jadi sayang banget ketika kamera tidak terlalu kreatif. Hanya bermain di close up dan big close up. 

Begitu juga seting tempat. Padahal seting tempat itu menjadi atmosfir yang membantu penonton masuk kedalam film dan menikmati setiap kejadian dalam film.

Cerita

Seperti yang aku bilang diawal, film ini sebenarnya memiliki cerita yang menarik. Tapi, seperti ada beberapa part yang hilang dan bikin beberapa bagian film jadi ga nyambung. Aku nontonnya, ya udahlah terima aja. Ntah disaat editing atau saat awal cerita dibuat.

Skor, menurut aku 5/10


sumber: dokpri
sumber: dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun