Mohon tunggu...
Amanda Nasution
Amanda Nasution Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer bloger
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

https://www.linkedin.com/mwlite/me

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

MUI: Film sebagai Wahana Dakwah

18 Mei 2019   13:23 Diperbarui: 18 Mei 2019   13:28 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film merupakan salah satu Bahasa universal, selain musik. Merupakan media yang komplek dari sisi apa pun. Mulai dari sisi skill SDM yang terlibat, hingga sampe dampak yang diberikan sebuah ke masyarakat yang menontonnya. Tidak jarang apa yang menjadi bagian dari sebuah film menjadi influence baru ditengah-tengah masyarakat. Dan beberapa film mampu membuat penontonnya setia menunggu lanjutannya, mengkoleksi marchendisenya bahkan mengubah penampilan mereka seperti tokoh yang ada disebuah film.

Dari skill sumber daya manusianya sendiri, dunia film mampu menghimpun semua pelaku seni maupun bukan pelaku seni untuk ikut menjadi bagian dari projek sebuah film. Penulis sebagai penulis scenario, pemusik yang membuat music latar dan soundtrack film, misalnya. Kemampuan IT untuk teknologi alat shooting dan prangkat editing dan lainnya.

Kemampuan sebuah film untuk menginfluence tidak hanya bagi penontonya, tapi juga mempengaruhi pemain dan crew yang terlibat di dalam pembuatan sebuah film. Seperti yang diungkapkan Oki Setiana Dewi, Ustadzah yang mengawali karirnya dengan berperan sebagai Anna di film Ketika Cinta Bertasbih. Oki mengungkapkan betapa beberapa orang yang terlibat di film yang sempat booming itu, merubah penampilannya dan kehidupannya menjadi lebih religious.

Dokpri
Dokpri

Sejalan dengan itu, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH. Sodikun mengungkapkan, "Film mempunyai dampak yang dahsyat, yang mampu merubah sebuah nilai kultur masyarakat. Sementara film itu sendiri merupakan gambaran dari sebuah kultur," sehingga MUI melihat kalau film ini merupakan sarana dakwah yang sangat efektif. Karena akan mampu masuk ketatanan kehidupan masyarakat kebanyakan.

Dunia perfilman Indonesia saat ini berkembang dengan cepatnya saat ini. Baik dari sisi cerita, sinematografi dan penerapan teknologi. Sayangnya perkembangan perfilman ini disertai dengan dampak yang tidak terlalu menyenangkan dikalangan masyarakat. Adegan tauran, menghabur-hamburkan uang. Namun film tidak hanya memberikan dampak negative, tapi juga ada dampak positifnya, seperti yang tadi diungkapkan Oki.

Melihat efektifitas film yang mampu masuk dan mempengaruhi kehidupan masyarakat, dan adanya permintaan dari beberapa pihak, sehingga MUI akan membuat rumusan yang bisa dijadikan pedoman bagi insan film untuk memproduksi film yang baik. Yang baik itu "harus ada visi misi dengan kalimat-kalimat baik yang melekat di hati semua orang. Tidak cuma penonton, tapi juga crew yang terlibat. Itu yang terjadi produksi film Ketika Cinta Bertasbih." Ungkap Oki pada saat Fokus Diskusi Grup MUI yang membahas film Islam, Senin, 13 Mei 2019 di kantor pusat MUI, Jakarta Pusat.

Dokpri
Dokpri

Menilik sejarah perfilman di Indonesia yang kemudian dijadikan sarana menyampaikan kebaikan, KH Sodikun mengambil contoh walisongo yang menggunakan wayang sebagai sarana dakwah. Kita ketahui, wayang merupakan kearifan local Indonesia dan merupakan bagian dari seni pertunjukan. Begitu juga film yang merupakan bagian dari seni pertunjukan. Hanya perlu panduang dan bingkai, sehingga film itu layak dan memberikan dampak baik ditengah masyarakat.

"Film tanpa nilai-nilai atau bingkai tertentu itu bagus, tapi film dengan nilai dan bingkai tertentu dan bisa memiliki output sebagai tontonan yang menghibur dan mengedukasi akan jauh lebih bagus," ungkap salah satu pengurus Komisi Pemberdayaan Seni Budaya Islam MUI.

FGD yang dihadiri Ketua Umum MUI, KH Sodikun, Segenap Pengurus Komisi Pemberdayaan Seni Budaya Islam, dan sejumlah pekerja film Indonesia dan bloger ini, hasilnya akan dibawa ke RAKORNAS Majelis Ulama Indonesia. Dengan panduan tersebuh semoga tidak lagi ada produksi film yang prosesnya menjadi ajang pelecehan dan hasil akhirnya pun tidak membuat resah masyarakat.

Dokpri
Dokpri

"Nantinya akan ada sertifikasi Halal dari MUI untuk film-film yang sesuai dengan panduan yang akan dibahas RAKORNAS nanti," ungkap KH Sodikun.

Selain memberikan pedoman atau batasan dalam produksi dan hasil akhir  dari industri film, MUI juga akan melakukan hal yang sama terhadap karya Sastra, yang akan dibahas 20 Mei akan datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun