Mohon tunggu...
Amanda Nasution
Amanda Nasution Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer bloger
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

https://www.linkedin.com/mwlite/me

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Daarul Miftha Mulia, Pondok Harapan bagi Mereka yang Hilang Ingatan

25 Maret 2019   18:33 Diperbarui: 4 Juli 2021   19:52 1391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

doc pri
doc pri
Pengobatan
Untuk mengobati pasien-pasiennya, Ustad Ruslan menggunakan 3 metode. Yaitu, Raja Syaraf, Rukhiyah dan Terapi, pendekatan secara personal, yang terakhir ini membuat pasien tidak kabur dan merasa nyaman. Penyebab gangguan jiwa yang dirawat disini pun beragam. Ada yang gangguan jiwa karena narkoba.

Pasien yang gangguan jiwa dikarenakan narkoba memerlukan obat pendamping untuk menenangkan. Ustad menekankan, khusus gangguan jiwa yang dikarenakan narkotika membutuhkan obat-obatan pembantu untuk menenangkan, dan membutuhkan proses yang lebih complex.

Baca juga : Strategi dan Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah dah Pesantren

pasien di daarul miftha mulia. doc pri
pasien di daarul miftha mulia. doc pri
Raja Syaraf dilakukan dengan cara melakukan kerokan di daerah paha. Untuk yang tidak normal di paha ada benjolan sebesar telur di paha, "benjolan itu yang harus di urai untuk meluruskan kembali syaraf pasien."

Pengobatan secara medis dibantu oleh puskesmas setempat dengan memberikan obat-obatan non syaraf, obat-obatan yang lebih ke P3K. Untuk obat-obatan syarafnya sendiri dibantu oleh orang puskemas, Pak Hari, yang mengajukan sejumlah obat yang harus ditebus seharga Rp 150 ribu. Dan ada dokter syaraf yang dibawakan Pak Hari untuk meninjau, dr Marzuki Mahdi.

"Sangat mau kalau ada dokter yang bisa membantu kemari, terutama untuk pengobatan yang non syaraf. Bukan menghindari obat-obatan medis untuk syarafnya, tapi kami kesulitan mengontrol memberikan obatnya. Begitu juga pengobatan untuk penyakit lainnya."

Operasional Pondok
Sampai saat ini pondok tidak memiliki donator tetap untuk membantu operasional sehari-harinya, untuk makan misalnya. Dari 50 pasien yang ada, hanya 3 orang yang keluarganya membayar, walau tidak rutin setiap bulannya.

Untuk makan sehari-hari ustad Ruslan mengandalkan apa saja yang ada disekitarnya, seperti tanah yang masih luas, yang ditanami pohon singkong. Kemudian dari tetangga sekitar yang berjualan sayur di pasar. "Alhamdulilah, belum pernah kelaparan. Paling telat sedikit." Begitu ucap Sang Ustad.

Harapan
Ustad Ruslan berharap adanya pembinaan bagi pasiennya yang sudah bisa berinteraksi dan membaik, agar memiliki keterampilan nantinya, dan bisa mandiri. Selain itu juga agar ada kegiatan yang bermanfaat agar tidak kosong.

Ada beberapa pasien yang sudah jauh lebih baik yang saat ini dipekerjakan menjadi buruh dibangunan, dan satu pasien saat ini diberi aktifitas merawat kambing. "Saya berharap ada kegiatan lainnya untuk pasien yang lain," ujarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun