SINOPSIS
Abah terpaksa membawa kembali keluarganya tinggal di kampung, di rumah warisan orang tua Abah, karena kebangkrutan yang dialami Abah. Perubahan kondisi ekonomi keluarga, dari yang serba berkecukupan menjadi harus hidup sederhana, tidak gampang diterima semua anggota keluarga, terutama Euis, si sulung. Tapi banyak hal positif yang di rasakan keluarga Abah di tengah keterbatasan. Seperti petikan di Soundtrack film ini: "harta yang paling berharga adalah keluarga."
FILM KELUARGA CEMARA
Kalau kita berharap akan menemukan sebuah keluarga sederhana yang hidup di tanah Sunda di film ini, seperti di sinetronnya, kita akan kecewa. Karena mememang Film Keluarga Cemara tidak melakukan duplikasi abis-abisan dari senitron yang tayang dan selalu di tunggu penonton di tahun 1980an lalu.
Tanpa mengurangi makna yang ingin disempaikan versi sinetronnya, Film Keluarga Cemara men-set cerita dan konflik yang disesuaikan dengan kondisi saat ini. Cerita yang sebenarnya merupakan gambar kehidupan sehari-hari dikemas dengan permainan emosi yang rapi dan intes. Bukan komedi ya, tapi humor ala sebuah keluarga.
Tidak nyangka dengan acting Euis dan Ara yang main natural. Penulis dan Sutradara berhasil membuat signature tersendiri film ini. Ditambah beberapa soundtrack yang apik dan diletakkan dengan pas pula.
YANG KHILAF
Percaya dan terbukti semua pemain bermain maksimal dan bagus. Hanya sebuah karakter di film tidak sekedar mengandalkan pemain yang jago acting, tapi juga cocok ga sebuah karakter di mainkan seseorang. Di film Keluarga Cemara tokoh Emak menjadi sebuah ke-ikhlafan pemilihan karakter Emak. Nirina sudah bermain dengan baik, tapi karakter Emak ga bisa masuk ke dalam Nirina, jadi agak dikit ganggu ya.
Kemudian. Film ini kan bukan identik dengan sinetronnya, jadi tidak masalah kalau panggilan Emak dan Abah di ganti dengan yang relevan dengan masa dan suasana awal film ini. Sehingga terasa lebih sinkron saja. Walau pun panggilan Emak dan Abah identik dengan Keluarga Cemara. Kecuali nuansa film ini di putar, dari kampung dulu baru ke kota.
Seperti sudah di pakai berjam-jam, padahal setnya itu adalah pagi mau berangkat kerja. Sementara scene di tempat kerja dengan baju yang sama, baju Abah terlihat masih rapi. Jadi fix awal scene di tempat kerja adalah scene yang lebih dulu di take ketimbang yang pamitan kerja. Kecil dan sepele, tapi ga enak diliatnya.
PESAN
Satu pesan yang sangat jelas disampaikan film ini, begitu berartinya dan pentingnya sebuah keluarga dalam semua sendi kehidupan. Dan setiap orang membutuhkan orang lain untuk berbagi "beban" yang dia rasakan.Â
Kemudian sebagai orang tua berbicara dan berdiskusilah dengan anggota keluarga, bahkan anak apa yang di inginkan. Sehingga kita salah mengambil langkah dan anak pun bisa mengerti apa yang terjadi dengan orang tuanya.
Jadi tidak hanya sebuah hiburan yang mendidik, tapi film ini menjadi cermin bagi kita dan belajar menjadi lebih arif dan bijaksana. Karakter Abah dan Euis banyak memberikan cermin pelajaran bagi kita.
Jadi, nonton yok
Directed            : Yandy Laurens
Script Writer        : Yandy Laurens/Ginatri S. Noer
Cast                : Nirina Zubir, Ringgo Agus Rahman, Adhisty Zara, Widuri Sasono, Yasmine Jasem, Maudy Koesnaedi, Andrew Trigg, Kafin    Â
                      Sulthan, Abdurrahman Arif, Gading Marten, Aryo Wahab.
Executive Prod     : Rahadian Agung/Pandu Birantoro/Andi Boediman
Producer           : Anggia Kharisma/Ginatri S.Noer
Music              : Rifat Syaugi Fachir
Cinematography   : Robie Taswin
Editing Film        : Hendra Adhi Susanto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H