Mohon tunggu...
Amanda Nasution
Amanda Nasution Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer bloger
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

https://www.linkedin.com/mwlite/me

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Ulasan Film "Keluarga Cemara"

6 Januari 2019   18:36 Diperbarui: 6 Januari 2019   19:14 1995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. official keluarga cemara

SINOPSIS

Abah terpaksa membawa kembali keluarganya tinggal di kampung, di rumah warisan orang tua Abah, karena kebangkrutan yang dialami Abah. Perubahan kondisi ekonomi keluarga, dari yang serba berkecukupan menjadi harus hidup sederhana, tidak gampang diterima semua anggota keluarga, terutama Euis, si sulung. Tapi banyak hal positif yang di rasakan keluarga Abah di tengah keterbatasan. Seperti petikan di Soundtrack film ini: "harta yang paling berharga adalah keluarga."

FILM KELUARGA CEMARA

Kalau kita berharap akan menemukan sebuah keluarga sederhana yang hidup di tanah Sunda di film ini, seperti di sinetronnya, kita akan kecewa. Karena mememang Film Keluarga Cemara tidak melakukan duplikasi abis-abisan dari senitron yang tayang dan selalu di tunggu penonton di tahun 1980an lalu.

Tanpa mengurangi makna yang ingin disempaikan versi sinetronnya, Film Keluarga Cemara men-set cerita dan konflik yang disesuaikan dengan kondisi saat ini. Cerita yang sebenarnya merupakan gambar kehidupan sehari-hari dikemas dengan permainan emosi yang rapi dan intes. Bukan komedi ya, tapi humor ala sebuah keluarga.

Photo by Kaskus
Photo by Kaskus
Semua pesan dan emosi sampai dengan utuh ke penonton. Sehingga rasa suka dan sedih pemain bisa dirasakan penonton. Sejumlah pemain lama dan pemain baru bermain dengan cantik dan terasa natural. Ketawa, air mata, amarah dan kekecewaan. Di gambarkan sehingga mampu nularin ke penonton.

Tidak nyangka dengan acting Euis dan Ara yang main natural. Penulis dan Sutradara berhasil membuat signature tersendiri film ini. Ditambah beberapa soundtrack yang apik dan diletakkan dengan pas pula.

YANG KHILAF

Percaya dan terbukti semua pemain bermain maksimal dan bagus. Hanya sebuah karakter di film tidak sekedar mengandalkan pemain yang jago acting, tapi juga cocok ga sebuah karakter di mainkan seseorang. Di film Keluarga Cemara tokoh Emak menjadi sebuah ke-ikhlafan pemilihan karakter Emak. Nirina sudah bermain dengan baik, tapi karakter Emak ga bisa masuk ke dalam Nirina, jadi agak dikit ganggu ya.

Kemudian. Film ini kan bukan identik dengan sinetronnya, jadi tidak masalah kalau panggilan Emak dan Abah di ganti dengan yang relevan dengan masa dan suasana awal film ini. Sehingga terasa lebih sinkron saja. Walau pun panggilan Emak dan Abah identik dengan Keluarga Cemara. Kecuali nuansa film ini di putar, dari kampung dulu baru ke kota.

photo by official Medcom.id
photo by official Medcom.id
Satu hal lagi. Sebuah ketidak telitian dari team properti kali ya, sehingga kita tau scene mana yang duluan di take dan mana yang berikutnya. Daari baju yang di pakai Abah di awal film saat pamitan berangkat kerja, terlihat lecek. 

Seperti sudah di pakai berjam-jam, padahal setnya itu adalah pagi mau berangkat kerja. Sementara scene di tempat kerja dengan baju yang sama, baju Abah terlihat masih rapi. Jadi fix awal scene di tempat kerja adalah scene yang lebih dulu di take ketimbang yang pamitan kerja. Kecil dan sepele, tapi ga enak diliatnya.

PESAN

Satu pesan yang sangat jelas disampaikan film ini, begitu berartinya dan pentingnya sebuah keluarga dalam semua sendi kehidupan. Dan setiap orang membutuhkan orang lain untuk berbagi "beban" yang dia rasakan. 

Kemudian sebagai orang tua berbicara dan berdiskusilah dengan anggota keluarga, bahkan anak apa yang di inginkan. Sehingga kita salah mengambil langkah dan anak pun bisa mengerti apa yang terjadi dengan orang tuanya.

Jadi tidak hanya sebuah hiburan yang mendidik, tapi film ini menjadi cermin bagi kita dan belajar menjadi lebih arif dan bijaksana. Karakter Abah dan Euis banyak memberikan cermin pelajaran bagi kita.

Jadi, nonton yok


Directed                       : Yandy Laurens

Script Writer               : Yandy Laurens/Ginatri S. Noer

Cast                               : Nirina Zubir, Ringgo Agus Rahman, Adhisty Zara, Widuri Sasono, Yasmine Jasem, Maudy Koesnaedi, Andrew Trigg, Kafin       

                                           Sulthan, Abdurrahman Arif, Gading Marten, Aryo Wahab.

Executive Prod         : Rahadian Agung/Pandu Birantoro/Andi Boediman

Producer                     : Anggia Kharisma/Ginatri S.Noer

Music                           : Rifat Syaugi Fachir

Cinematography     : Robie Taswin

Editing Film              : Hendra Adhi Susanto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun