Simbol: "Adit adalah siswa pindahan dari SMA yang sangat terkenal di ibu kota." SMA terkenal adalah simbol prestise yang dikaitkan dengan kualitas pendidikan tinggi di ibu kota.
3. Cerpen "Pengemis Kecil Itu" karya Aprilia Dwi Iriani
Ikon: "Rumahnya hanya sepetak ruangan yang terbuat dari susunan kardus-kardus bekas dengan dedaunan kering yang ditumpuk-tumpuk sebagai atapnya." Deskripsi ini adalah ikon dari kemiskinan, menunjukkan kehidupan yang penuh keterbatasan.
Indeks: "Ibu udah nggak punya uang lagi. Semua persediaan makanan juga sudah habis." Kekurangan uang dan makanan menjadi indeks kemiskinan yang mendorong tokoh untuk mengemis.
Simbol: "Aku berjalan sambil menahan rasa lapar. Aku berharap ibu telah selesai memasak." Rumah menjadi simbol harapan dan stabilitas bagi tokoh utama.
4. Cerpen "Saat Imanku Diuji" karya Erna Nurfadilah Abdul Rahim
Ikon: "Semakin tinggi sebuah pohon, semakin kencang angin berhembus." Pohon tinggi menjadi ikon dari seseorang yang sukses, sementara angin kencang melambangkan tantangan.
Indeks: "Kulihat seorang wanita tua renta sedang mengembalikan belanjaannya satu per satu." Wanita tua menjadi indeks keterbatasan ekonomi yang memengaruhi tindakannya.
Simbol: "Kullu nafsin dzaaiqatul maut" (setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati). Frasa ini adalah simbol universal dari kefanaan, dipahami melalui konteks agama.
5. Cerpen "Menanti Pagi, Menanti Harapan Indah" karya Pratiwi Wijayanti
Ikon: "Nadia terus menggigil menahan sakit yang ia rasakan di sekujur tubuhnya. Ia terus mendekap tubuhnya sendiri." Kondisi fisik Nadia menggigil menjadi ikon langsung dari rasa sakit yang dialaminya.