Mohon tunggu...
Amanda Aprilia
Amanda Aprilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Malang

Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Adiluhung dalam Pedanyangan Masyarakat Desa Kidal

7 Maret 2023   22:40 Diperbarui: 7 Maret 2023   22:47 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Akulily, 2017

Dalam Pedesaan Jawa yang masih kental dengan tradisi lokal, banyak sekali contoh tradisi adiluhung didalamnya,setiap masyakarat pun pasti punya tradisi yang berbeda-beda. Ada yang tahu apa itu tradisi adiluhung? Jadi tradisi adiluhung itu adalah tradisi dimana setiap masyarakat memiliki seni budaya yang bernilai. Dan pada desa di wilayahku Tumpang tentu masih ada hingga saat ini yakni pada desa Kidal, Jawa Timur, pada Desa Kidal yang terkenal akan candinya juga masih terdapat tradisi-tradisi yang masih dipegang oleh masyarakat. 

Masih terdapat tradisi adiluhung yakni Nyadran yang dilakukan pada Punden atau yang biasanya masyarakat Kidal sebut Pedanyang. Mungkin juga sudah banyak masyarakat yang mengetahui apa itu  Nyadran, sama halnya dengan pengertian awam masyarakat tentang Nyadran itu apa.

Nyadran sendiri pada awal mulanya merupakan upacara adat untuk menyembah para leluhur yang dianut oleh masyarakat Hindu-Budha, dan dekat kaitannya dengan kepercayaan animisme dan dinamisme. Tetapi pada saat masuknya Islam ke Nusantara tradisi nyadran berubah loh teman-teman, dengan bertransformasi dan berakulturasi pada budaya Islam nih. 

Perubahan didalamnya yaitu, yang pada awalnya tradisi Nyadran diperuntukkan untuk memuja para leluhur saat ini menjadi sebuah ritual untuk menunjukkan pengabdian atau bakti seseorang kepada yang telah mendahuluinya (ahli kubur) atau juga bisa kepada seseorang yang telah membabat alas desa tersebut.

Kebudayaan Nyadran pada awalnya tujuannya untuk mendoakan arwah leluhur dengan menyiapkan berbagai masakan/sajian pada masa Kerajaan Majapahit. Namun ketika Islam datang dengan melalui Walisongo, tradisi ini tidak dihapuskan tetapi diadaptasi dengan memberikan makanan kepada orang miskin di sekitar mereka.

Tradisi Nyadran memiliki tujuan untuk mendoakan ruh nenek moyang dengan menyediakan berbagai aneka sajian pada masa Kerajaan Majapahit. Ketika Islam datang dengan perantara Walisongo, tradisi itu tidak dihilangkan tetapi diadaptasikan yaitu dengan cara menyediakan makanan untuk disedekahkan kepada orang miskin di sekitar mereka. Tetapi di desa Kidal makanan makanan tersebut dimakan bersama sama dan di diberikan kepada seluruh masyarakat yang menghadiri acara ini.

Tradisi ini pada masyarakat desa Kidal yang mayoritas penduduknya yaitu petani diselenggarakan dengan tujuan karena mereka percaya bahwa dengan pergi ke punden punden tersebut dan berdoa akan memberi kemakmuran pada desa ini. Kemakmuran yang dimaksud seperti apasih? Jadi kemakmuran yang dimaksud adalah sebagai doa agar hasil hasil panen masyakat gemah limpah dan  tidak berkekurangan dalam hasil bumi. Yang dilakukan pada bulan-bulan tertentu seperti pada bulan Muharram atau Syura, untuk yang gak tau Syura sendiri adalah bulan Jawa sedangkan Muharram adalah bulan Arab .

“Pada kegiatan ini dilakukan pada tempat-tempat tertentu di desa Kidal, seperti pada punden Buyut Sri Gati dan punden Mbah Kerto Raharjo dan pada punden dalam Candi Kidal, itu punden Anusopati” ujar pak Kusnanto selaku juru kunci Punden/sesepuh Kidal dalam wawancara bersama saya (pada Selasa Februari 2023). Persembahan pada tradisi Nyadran biasanya berupa banyak makanan serta Tumpeng dan beberapa makanan tradisional lainnya. Tetapi di Kidal sendiri para warga membawa Tumpeng dan ketan ke tempat yang masyarakat sebut sebagai pedanyang atau sang pembuka desa dan kuncennya yang bedah kerawang desa Kidal.

Sumber 

Lisan : melalui wawancara dengan salah satu masyarakat serta juru kunci punden / sesepuh Desa Kidal

Akulily,2017.  Mengenal Sejarah Indonesia Melalui Candi Kidal di Tumpang Kabupaten Malang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun