Mohon tunggu...
Amanda Chayranni Lukito
Amanda Chayranni Lukito Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Psikologi, Universitas Syiah Kuala

-

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Fenomena Baby Blues Syndrome pada Ibu Postpartum

9 Maret 2024   14:50 Diperbarui: 9 Maret 2024   14:53 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Gangguan psikologis bisa terjadi pada siapa saja, bahkan pada ibu postpartum sekalipun. Gangguan psikologis pasca melahirkan dapat memicu perilaku yang dapat membahayakan bayi atau bahkan ibu itu sendiri. Sebagaimana yang kita ketahui, postpartum adalah dimulai dari lepasnya plasenta dan diakhiri dengan normalisasi rahim, sebelum hamil (Marliandiani, & Ningrum, 2015). Periode postpartum berlangsung dari kelahiran bayi sampai 6 minggu atau 42 hari (Yulistianingsih & Susanti, 2021). Pada fase ini, terjadi perubahan hormon dan sebagian ibu postpartum mungkin juga mengalami gejala depresi ringan. Kondisi ini disebut dengan baby blues syndrome. Baby blues bukanlah aib, melainkan perubahan suasana hati yang wajar terjadi. Yuk, kenali baby blues lebih dalam untuk memahami perasaan ibu dan membantu mereka melewatinya!

Beberapa ahli menduga baby blues syndrome terjadi karena tubuh ibu mengalami perubahan fisik dan perubahan besar pada hormon tubuh, serta kelelahan yang dialami saat melahirkan sehingga membuat ibu stres dan cemas (Dewi, 2018).

Baby blues syndrome merupakan kondisi emosional yang terjadi pada ibu setelah persalinan. Gejala dari baby blues syndrome ini biasanya adalah gangguan mood seperti mudah marah, mudah tersinggung, dan menangis tanpa sebab (Sulistia, dkk, 2024). Gejala baby blues biasanya berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa minggu setelah melahirkan. Gejala dari baby blues dapat hilang dengan sendirinya jika ibu dapat melakukan penyesuaian diri karena peran barunya yaitu sebagai seorang ibu dengan baik, tetapi gejala ini juga dapat berlangsung lama dan berdampak cukup serius (Wulan, dkk, 2023).

Menurut World Health Organization (2018), Indonesia merupakan negara dengan prevalensi baby blues tertinggi keempat di ASEAN. Antara 50-70% wanita mengalami baby blues. Ibu dengan sindrom baby blues mempunyai angka kelahiran 1-2 per 1.000 kelahiran (Kemenkes, 2020).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan baby blues syndrome, yaitu usia, pekerjaan, sosial ekonomi, pendidikan, jenis kelamin, pengetahuan, sikap, jenis persalinan, kurangnya dukungan suami dan keluarga, faktor hormonal (Sulistia, dkk, 2024). Penyebab lainnya yaitu kelelahan saat mengasuh bayi, kelelahan saat persalinan, rasa cemas berlebihan dan khawatir tidak dapat merawat sang bayi (Qiftiyah, 2018).

Baby blues syndrome mempunyai dampak jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendek yaitu dari perilaku ibu yang pasif dan mengabaikan bayinya sehingga mengalami kurang perhatian dan sentuhan dari ibu, selain itu juga aktifitas ibu akan terganggu dan bayi akan menjadi rewel. Dampak jangka panjang yaitu menyebabkan gangguan pada perkembangan kognitif anak. Anak juga mengalami kesulitan sosial dalam membangun hubungan dengan orang lain (Girsang, dkk, 2015).

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mencegah baby blues syndrome, seperti mencari informasi terkait kelahiran saat hamil, istirahat yang cukup, menjaga pola makan sehat, melakukan aktivitas fisik seperti yoga, latihan aerobik dan latihan berkelompok dengan instruktur (Annisa, dkk, 2022). Dan yang terpenting ialah mendapat dukungan dari orang sekitar dan perawatan diri yang baik, karena dengan hal ini ibu dapat melewati masa ini dan dapat melewati peran baru mereka sebagai ibu.

Referensi:

Annisa, A., Saputra, M. I. R., Agnesfadia, S., & Gumelar, P. Y. (2022, August). Pengaruh Olahraga terhadap Fenomena Baby Blues Syndrome (Postpartum Blues) pada Ibu Nifas (Postpartum). In Prosiding Seminar Nasional Spencer.

Dewi, N. W. (2018). Penyembuhan Baby Blues Syndrome Dan Post-Partum Depression Melalui Chandra Namaskara Dan Brahmari Pranayama. Yoga dan Kesehatan Volume 1, No.1, Maret 2018, 1-14. https://doi.org/10.25078/jyk.v1i1.1537

Girsang, B.M., Novalina, M & Jaji. (2015). Pengaruh Psikoedukasi terhadap Tingkat Postpartum Blues Ibu Primipara Berusia Remaja. Jurnal Keperawatan Soedirman Vol. 10, No. 2.

Marliandiani,Y, & Ningrum, N.P. ( 2015). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Masa nifas dan Menyusui. Jakarta: Salemba Medika

Sulistia, C. R., Halifah, E., & Fitri, A. (2023). PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG BABY BLUES SYNDROME. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keperawatan, 7(2).

WHO. (2018). Maternal Mortality. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/maternal-mortality

Wulan, N., Mawati, I. P., & Sutandi, A. (2023). Analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian baby blues syndrome pada ibu postpartum. Journal of Nursing Practice and Education, 4(1), 194-201. https://doi.org/10.34305/jnpe.v4i1.952

Qiftiyah, M. (2018). Gambaran Faktor-Faktor (Dukungan Keluarga, Pengetahuan, Status Kehamilan Dan Jenis Persalinan) Yang Melatarbelakangi Kejadian Post Partum Blues Pada Ibu Nifas Hari Ke-7 (Di Polindes Doa Ibu Gesikharjo dan Polindes Teratai Kradenan Palang). Jurnal Midpro, 10(2), 9-19. https://doi.org/10.30736/midpro.v10i2.75

Yulistianingsih, D., & Susanti, D. (2021). HUBUNGAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES. JURNAL KESEHATAN SAMODRA ILMU, 12(1), 26-34. https://doi.org/10.55426/jksi.v12i1.146

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun