Perkembangan populasi yang terus meningkat tiap tahunnya melahirkan beberapa pembagian generasi, salah satunya adalah Generasi Z atau yang dikenal dengan Gen Z. Gen Z, generasi yang lahir sekitar tahun 1997-2012. Gen  Z menjadi  generasi  yang memiliki  peran penting dalam kemajuan zaman terutama era globalisasi. Generasi  ini memiliki karakteristik ingin selalu terkoneksi dengan internet setiap saat dan sangat aktif di media sosial.
Media sosial memang memberi keuntungan terutama membuat orang merasa terhubung, Salah satu dampak media sosial adalah membentuk fear of missing out pada diri individu (FoMO). FOMO ( Fear of Missing out) adalah istilah bagi seseorang yang berada dalam kondisi selalu merasa khawatir dan cemas akan ketertinggalan atas aktivitas, kegiatan, berita, atau barang- barang kekinian.
Seperti yang pernah diungkapkan oleh Abraham Maslow dalam teori Hierarki Kebutuhan bahwa manusia hidup termotivasi oleh pemenuhan kebutuhan mulai dari yang paling dasar, yakni kebutuhan fisiologis (Physiological Needs) sampai yang paling tinggi, yakni aktualisasi diri (self-actualization)
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi fomo adalah kurangnya kepuasan diri sendiri, kecenderungan untuk mengamati apa yang dilakukan oleh orang lain, dan kemudian rasa ingin sama dengan orang lain yang mereka lihat.
Menurut Ziller dkk (1969) mengatakan bahwa evaluasi diri sebagian besar terbentuk dalam kerangka sosial. Mereka menambahkan bahwa perubahan dalam lingkungan sosial seseorang akan berpengaruh terhadap self-esteemnya.
Sebagai manusia yang bijak tidak sepatutnya mengikuti tren kekinian, kecuali ada nilai kebermanfaatan di dalamnya untuk meningkatkan kualitas diri, dalam meningkatkan kualitas diri sendiri harus memiliki nilai-nilai berbudi luhur.
Adapun nilai-nilai budi luhur adalah kejujuran, saling menghargai, mampu mengendalikan emosi, bermoral, sopan santun, beretika, intelektual atau objektif, peduli, mawas diri, dewasa atau bijaksana, serta toleransi. Nilai-nilai yang bersifat universal ini dapat dengan mudah diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, meliputi segala aspek kehidupan dan usia. Nilai inilah yang menjadi pedoman kita sebagai mahkluk sosial dalam menjalani hidup di tengah masyarakat.
Banyak orang yang menganggap FOMO sebagai tren yang negatif. Namun, tidak semua FOMO bersifat negatif, ada juga jenis FOMO yang positif dan bermanfaat yang bisa kita ikuti. Diantaranya :
- FOMO yang mendorong untuk menjaga kesehatan, mengikuti tren seputar kesehatan, olahraga, Â dan tren diet
- FOMO yang menginspirasi untuk berbuat baik dan peduli, mengikuti tren berbagi, bersedekah, dan beramal
- FOMO yang membuat produktif dan berkreatifitas, mengikuti tren memasak, tren membuat kue, tren membuat kerajinan tangan
- FOMO terhadap kebiasaan dan pola pikir orang sukses, mengikuti kajian atau seminar yang sedang tren bertujuan membantu kita untuk mempeluas wawasan dan pengalaman, mengikuti tren berbisnis di platform media sosial
Dari pembahasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa Gen Z di harapkan dapat mengoptimalkan penggunaan social media untuk suatu hal yang positif. Â Untuk itu, perlu menyadari akan kemampuan diri sendiri, bertanggung jawab terhadap diri sendiri, bijaksana dalam menanggapi suatu hal yang terjadi sehingga fenomena FoMO dapat bermaanfaat dalam meningkatkan kualitas diri. Putuskan apa yang menjadi prioritas dan fokuslah pada hal yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H