Mohon tunggu...
Amanda Vera Putri Wijayanti
Amanda Vera Putri Wijayanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Love myself

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Artikel Menerapkan Moderasi Beragama di Era Disrupsi Digital

25 Desember 2020   22:51 Diperbarui: 25 Desember 2020   23:04 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era disrupsi digital seperti sekarang ini manusia tidak dapat terlepas dari teknologi. Dari anak-anak, para remaja, orang dewasa, sampai orang tuapun tidak dapat terlepas dari teknologi. Bahkan saat ini seseorang yang tidak mengikuti perkembangan zaman akan terkena seleksi alam. Walaupun begitu, teknologi membawa dampak positif bagi manusia. 

Dengan adanya teknologi dapat membantu manusia dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Misalnya dengan adanya internet sekarang menjadi lebih mudah dalam melakukan suatu hal. Dengan adanya internet semua dapat dilakukan dengan mudah. Mulai dari sarana pendidikan, sarana hiburan, hingga sarana keagamaan dapat dilakukan dengan internet. Internet sudah menjadi bagian dari hidup manusia. Bahkan saat ini tanpa disadari, manusia sudah ketergantungan dengan internet.

Meskipun era disrupsi digital membawa banyak dampak positif, namun dampak negatif yang ditimbulkan juga banyak. Misalnya banyak tersebarnya berita bohong (hoaks) oleh para oknum tidak bertanggungjawab. Sehingga masyarakat harus lebih selektif dalam mendapatkan suatu informasi, seharunya harus mencari kebenarannya terlebih dahulu. Untuk itu diperlukan sikap kritis dalam menanggapi informasi yang didapatkan.

Tidak hanya itu, saat ini di era disrupsi digital telah mengubah perilaku masyarakat. Karena di era disrupsi digital saat ini telah membuat segala sesuatu menjadi mudah. Masyarakat saat ini lebih menyukasi sesuatu yang instan. Misalnya saat ini mengaji tidak harus bertemu dengan kiyai atau ustadz, hanya dengan Handphone sudah bisa mengaji dengan membaca artikel-artikel tentang keagamaan ataupun dengan melihat konten-konten pengajian.

Tetapi hal tersebut dapat berdampak negatif karena banyak artikel-artikel atau konten-konten yang berisikan ujaran kebencian (hate speech) yang mengakibatkan masyarakat menjadi intoleran terdapat sesamanya yang tidak sesuai dengan pemahamannnya. 

Dan menggunakan agama sebagai dalil pembenaran atas sebuah tindakan yang mereka lakukan, ini termasuk ke dalam tindakan radikal. Tindakan tersebut termasuk ke dalam tindakan ekstrem terhadap agama. Seseorang yang sudah bertindak ekstrem akan melakukan segala cara dengan pemahamannya secara berlebihan.

Untuk menyikapi akibat dari disrupsi digital tersebut harus kita sikapi dengan menerapkan moderasi beragama. Karena dengan moderasi menjadikan seseorang yang moderat selalu bersikap seimbang dalam kehidupannya. Sikap seimbang yang dapat diartikan sikap yang selalu berada di tengah atau adil dan tidak ekstrem. Adil artinya menjadi pihak netral, pihak yang tidak memihak siapapun. 

Dengan demikian dapat diterapkan dalam toleransi, toleransi merupakan sikap yang menghargai perbedaan yang ada sehingga terciptanya perdamaian. Tidak ekstrem disini artinya tidak melakukan kegiatan secara berlebihan khususnya dalam beragama. Tetapi seseorang yang sudah bertindak ekstrem maka akan mengakibatkan tindakan radikalisme. 

Radikalisme merupakan suatu faham yang menggunakan kekerasan dalam menyebarkan keyakinan mereka. Seseorang yang bertindak radikal akan intoleran kepada siapapun yang tidak sesuai dengan pemahamannya. 

Hal tersebut dapat mengakibatkan kekacauan, karena dapat memunculkan aksi-aksi terorisme. Aksi-aksi terorisme akan menggunakan kekerasan dalam bertindak bagi siapa saja yang tidak sesuai dengan pemahamannya. Untuk mencegah tindakan-tindakan tersebut, maka masyarakat harus memiliki sikap moderat.

Seseorang yang moderat harus lebih selektif dan berfikir kritis dalam menanggapi informasi keagamaan yang tersebar di internet. Sehingga dapat terhindar dari pengaruh sikap radikal. Selain itu, seseorang yang moderat menjadi lebih toleran menghadapi perbedaan-perbedaan yang ada, sehingga menciptakan perdamaian dan terhindar dari radikalisme. Karena tindakan radikalisme sangat berbahaya, sehingga sebagai seseorang yang moderat harus dapat menghindari tindakan radikalisme.

Masyarakat menjadi kunci untuk menghindari radikalisme dengan menerapkan sikap moderat dalam kehidupan sehari-hari khususnya di era disrupsi digital saat ini. Untuk itu masyarakat harus menerapkan sikap moderasi dalam ruang lingkup yang kecil terlebih dahulu. 

Contohnya seperti menghargai perbedaan yang ada di tengah masyarakat dan tidak menyebarkan informasi yang belum terbukti kebenarannya. Serta menerapkan sikap moderat sejak dini sehingga seorang anak ketika dewasa sudah mengerti apa yang harus dilakukan untuk menghadapi kehidupan di era disrupsi digital di masa mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun