Mohon tunggu...
Amanda Vera Putri Wijayanti
Amanda Vera Putri Wijayanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Love myself

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Indahnya Negeri Ini

6 Desember 2020   10:44 Diperbarui: 6 Desember 2020   10:54 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Disinilah aku berpijak, di negeri tercinta. Terlahir di negeri yang kaya akan alamnya membuatku bersyukur kepada yang maha Esa. Yang telah menciptakan alam yang megah ini. Tanpa kita sadari kita telah diberi amanah untuk menjaga alam semesta dan seisinya. Tapi ada saja manusia yang tidak bisa menjaga amanah tersebut. Mereka terlalu serakah tanpa memikirkan akibat apa yang telah mereka lakukan. Air, tanah, tumbuhan, hewan, dan lain sebagainya menjadi saksi bisu perbuatan manusia.

Kita sebagai generasi muda menjadi tolak ukur untuk masa depan. Walaupun generasi muda saat ini dikenal dengan generasi micin, generasi gadget, dan lain sebagainya. Kita harus tunjukan kepada alam semesta ini bahwa kita bisa membawa negeri ini menuju masa depan yang gemilang. Kita buktikan dengan tindakan jangan hanya perkataan dan selalu berusaha jangan pantang menyerah. Lakukanlah kegiatan yang bermanfaat untuk keberlangsungan hidup kita semua. Seperti halnya dengan diriku dan teman-temanku yang sedang menanam 1000 pohon bakau  di pinggir pantai dan mengumpulkan sampah yang berserakan. " Vera." Terdengar suara memanggil namaku. Aku langsung membalikan badanku, terlihat seorang gadis mendekat ke arahku. Gadis yang memanggilku bernama Lia. " Iya ada apa Lia?." Tanyaku. " Bantuin aku mengumpulkan sampah di sebelah sana yuh." Jawab Lia sambil menunjuk daerah yang banyak sampahnya. Aku melihat ke arah yang ditunjukan oleh Lia, terlihat sampah berserakan di sana. " Ayo." Jawabku. Kami langsung berjalan ke daerah tersebut tapi sebelumnya mengambil trashbag untuk tempat sampah-sampah tersebut. Kami melakukan kegiatan seperti ini bersama dengan Komunitas Peduli Bersama. Kami berdua termasuk anggota Komunitas Peduli Bersama. Tujuan dibentuknya Komunitas Peduli Bersama yaitu membantu masyarakat dan menjaga lingkungan alam. Anggota di Komunitas Peduli Bersama sudah lebih dari 60 orang. Komunitas Peduli Bersama diketuai oleh Kak Erik, Kak Erik merupakan mahasiswa semester akhir.

Beberapa saat kemudian kegiatan mengumpulkan sampah yang dilakukan olehku dan Liapun selesai. " Ahh, akhirnya selesai juga." Ucap Lia. " Iya, capai juga yah." Kataku. Kami sedang duduk berdua untuk menghilangkan penat sambil memandang ombak. " Iya, banyak sekali sampahnya." Tambah Lia. " Laut kita sudah tercemar oleh sampah." Kataku. " Iya, banyak yang kurang peduli pada lingkungan sekitar, nanti tinggal susah sendiri." Ucap Lia. " Sudahlah tidak baik membicarakan keburukan orang lain, oh iya ngomong-ngomong kemana Lita dan Tina?" Tanyaku. "Tadi aku melihat mereka sedang menanam pohon disebelah sana, itu mereka." Kata Lia sambil menunjuk dua orang yang sedang berjalan ke arah kami. Mereka yaitu Lita dan Tina orang yang baru saja kami bicarakan. " Hai...." Kata Lita dan Tina serempak. " Hai Juga." Balasku dan Lia serempak. " Sudah selesai tugasnya?" Tanyaku kepada mereka berdua. " Tentu saja sudah, bagaimana dengan kalian?" Tanya Tina. " Tentu saja sudah." Jawabku. Tidak lama kemudian, terdengar suara Kak Erik memanggil anggota Komunitas Peduli Bersama untuk makan siang bersama. " Teman-teman mari kita sudahi kegiatan kita, sekarang waktunya makan siang." Kata Kak Erik. Kami pun langsung menuju ke sebuah restoran yang terletak tidak jauh dari pantai. Menu makan siang hari ini yaitu ikan gurame bakar, cumi bakar, dan udang saus tiram. Beberapa saat kemudian, hidangan sudah habis kami santap. " Teman-teman, terima kasih atas kerja samanya sehingga kegiatan kita bejalan dengan lancar, sebagai rasa terima kasih bagaimana kalau besok kita berlibur?" Kata Kak Erik. " Benarkah kak, kita akan berlibur kemana?" Tanya orang yang paling muda diantara kami dia bernama Bobi. " Bagaimana ke pegunungan?" Usul Kak Erik. " Setuju kak." Kata Lita. " Bagaimana apakah yang lain setuju?" Tanya Kak Erik. " Setujuu..." Jawab kami serempak. " Baiklah, karena besok kita akan berlibur kalian bisa pulang sekarang untuk mempersiapakan barang-barang yang akan dibawa besok. Terima kasih." Kata Kak Erik. Kami pun langsung bubar untuk kembali kerumah masing-masing. Sama halnya dengan diriku dan ketiga temanku. Kami berempat pulang bersama dengan menggunakan sepeda masing-masing, kebetulan arah rumah kami sama. Tapi sebelumnya kami menunaikan sholat Dzuhur terlebih dahulu di Masjid.

Beberapa saat kemudian kami berpisah di depan rumahku, karena rumahku yang lebih dahulu sampai. " Sampai bertemu besok." Kata Lia. " Oke." Jawabku. Akupun langsung masuk ke dalam rumah setelah memasukan sepedaku ke dalam garasi. " assalamualaikum." Salamku. " waalaikumsalam" Jawab mama sambil membuka pintu. Aku pun langsung mencium punggung tangan mamah. " Sudah selesai kegiatannya Ver?" Tanya mama. " Sudah mah." Jawabku. Mama langsung mempersilahkanku masuk. Aku pun langsung menuju ke kamar yang berada di lantai dua. Di dalam kamar aku pun langsung mandi. Setelah selesai mandi aku pun langsung turun ke bawah untuk menemui keluargaku. Setelah aku turun, aku melihat mama sedang diruang keluarga bersama dengan papaku. " Mama...Papa..." Panggilku. " Eh sayang sudah selesai, sini bergabung bersama kami." Ucap Mama. Aku pun langsung mendekat ke arah mereka dan duduk di antara mama dan papa. " Mah, Pah, Besok Komunitas akan berlibur ke pegunungan, apakan aku diizinkan ikut." Kataku. " Tentu saja sayang kamu boleh ikut dan bersenang-senanglah bersama teman-temanmu selagi masih libur kuliahnya." Kata Papa. Aku dan ketiga temanku memang sedang libur kuliahnya, Kami baru mau memasuki tahun kedua kuliah kami. " Iya sayang asalkan kamu tetap hati-hati yah disana." Ucap Mama. " Terima kasih mah, pah." Ucapku sambil memeluk kedua orang tuaku. " Iya sayang." Ucap Mama dan Papa serempak. " Baiklah, aku mau izin ke kamar untuk bersiap-siap." Ucapku. Mama dan Papa meganggukan kepala mereka. Aku pun langsung melesat pergi ke kamar. Di dalam kamar aku langsung menyiapkan barang yang akan dibawa besok seperti, kamera; dompet; dan lain sebagainya dimasukan ke dalam tas. Sesaat kemudian taspun sudah penuh dengan barang-barang. Setelah itu aku langsung menunaikan sholat Asar. Setelah sholat, aku turun ke ruang keluarga untuk menonton TV. Di ruang keluarga ternyata masih ada kedua orang tuaku. Aku menghampiri mereka dan duduk diantara mereka.

Beberapa saat kemudian adzan Magrib berkumandang. Aku langsung menunaikan sholat Magrib. Setelah sholat aku turun ke ruang makan untuk makan malam. Menu makan malam kali ini yaitu rendang, sayur lodeh, dan tempe goreng. Setelah makanan habis, kami menuju ke ruang keluarga. " Sayang kamu besok Papa antar ya." Kata Papa. " Benarkah Pah, apakah Papa tidak sibuk?" Jawabku. " Tentu tidak sayang, apa sih yang tidak untuk putri Papa yang cantik ini." Ucap Papa. " Terima kasih pah." Ucapku. " Iya sayang." Jawab Papa. " Oh iya sayang, tadi gimana kegiatannya?". Tanya Mama. " Seru koh Mah, Cuma pantainya banyak sampahnya Mah Pah." Jawabku. " Benarkah sayang." Kata Mama kaget. " Bagaimana bisa? Bukannya di sana sudah disediakan tempat sampah." Kata Papa. " Iya mah pah, di sana sudah ada tempat sampahnya tapi masih banyak orang yang  kurang kesadaran akan lingkungannya." Ucapku.  "Bagaimana kalian menanggapinya?" Tanya Mama. "Kami melakukan sosialisai bahwa menjaga lingkungan itu sangat penting, jangan sampai anak cucu kita yang menerima akibatnya." Jawabku. Kami pun mengobrol hingga terdengar adzan Isya. Aku pun langsung izin kepada kedua orang tuaku untuk kembali ke kamar untuk menunaikan sholat Isya dan lekas tidur. " Mah Pah ,  aku ke kamar dahulu mau sholat Isya lalu lekas tidur." Kataku. " Iya sayang istirahatlah, kamu pasti lelah hari ini dan besok pasti membutuhkan banyak tenaga." Ucap Mama. Aku pun langsung ke kamar untuk sholat Isya dan lekas tidur.

Keesokan harinya, aku sudah siap untuk pergi ke pegunungan. Saat ini aku sudah berada di mobil bersama papaku. Beberapa saat kemudian kami sudah sampai di markas Komunitas Peduli Bersama. Aku pun langsung berpamitan kepada Papaku. " Pah, aku berangkat dahulu ya..., assalamualaikum." Kataku kepada Papa sambil mencium punggung tangan beliau. " Iya sayang, hati-hati ya disana, wa'alaikumsalam." Kata Papa. Aku pun langsung turun dari mobil dan berjalan ke arah teman-temanku. Aku lihat sekelilingku ternyata sudah berkumpul semua anggota. Kami langsung naik ke dalam bus untuk perjalanan ke pegunungan. Di perjalanan kami bernyanyi bersama, tertawa bersama, berbagi makanan sehingga perjalanan kami menjadi tidak membosankan.

Beberapa jam perjalanan, Kami sudah sampai di pegunungan. Kami langsung menuju tempat makan karena sudah memasuki waktu makan siang. Menu makan siang kali ini yaitu sop iga sapi. Setelah makan kami menunaikan sholat Duhur berjamah. Setelah sholat, kami langsung berjalan-jalan menikmati pemandangan. Di pegunungan sangat sejuk dan tempatnya masih asri. Tidak ada asap kendaraan seperti di perkotaan. Mayoritas masyarakat disini yaitu berkebun. Banyak ditemukan sayur-sayuran maupun buah-buahan yang tumbuh dengan subur. Kami disini tidak hanya berlibur tetapi sambil belajar. Kami belajar bagaimana cara menanam buah strawberry maupun memetik strawberry. Kami melakukannya dengan senang hati. Tetapi ada satu orang yang sedang asik bermain handphone. " Lia, ayo bantuin aku petik strawberry." Kataku sambil memasukan strawberry kedalam keranjang. " Iya sebentar." Jawab Lia. Ternyata menanam dan memetik strawberry itu susah-susah gampang. Kami sesekali memakan strawberry, rasanya manis-manis asam. " Lia, ayo sini makan strawberry bersama." Ajakku kepada Lia. " Iya nanti aku menyusul." Jawab Lia. Kami berniat untuk membawa oleh-oleh strawberry untuk sanak saudara yang di rumah. " Lia, ayo sini bergabung bersama kami, jangan cuma main handphone saja." Kata Tina. " Iya sebentar lagi." Kata Lia. " Dari tadi kamu Cuma bilang sebentar lagi sebantar lagi tapi kamu tetap bermain handphone." Kata Tina. Lia hanya diam sambil tetap memainkan handphonenya. Sudah cukup kesabaranku. Aku langsung mengambil handphone Lia. Dan dibalas tatapan tajam oleh Lia. " Apa?!" Tanyaku dengan ketus. " Kembalikan Handphoneku." Kata Lia dengan tetap menatap tajam diriku. " Apakah lebih penting handphone dari pada kami." Tanyaku. " Kalau iya kenapa?" Jawab Lia. " Tapi  kenapa?" Tanyaku sekali lagi. " Karena sejak awal aku tidak suka kegiatan seperti ini dan kalian memaksa aku untuk ikut ke dalam komunitas." Kata Lia. Kami terkejut dengan perkataan Lia. " Tapi tidak begini caranya. Apa sih susahnya kamu melihat sebentar keindahan alam Indonesia dibandingkan dengan bermain handphone saja." Jawabku sedikit melembut. " Sudahlah, aku muak dengan kalian semua." Kata Lia langsung merampas Handphonenya yang berada ditanganku dan melangkah pergi. " Ini semua salahku, kalau dulu aku tidak memaksa Lia untuk ikut pasti ini tidak akan terjadi." Ucapku. " Sudahlah ini bukan salahmu, kami juga salah." Ucap Tina menghiburku. Aku hanya diam tak merespon perkataan Tina. Aku langsung pergi dari sana. " Hey Vera, kamu mau kemana?" Kata Tina sambil berniat untuk menyusulku namun ditahan oleh Lita. " Biarkan dia menenangkan diri dahulu." Kata Lita. Tina hanya mengangguk. Mereka berdua langsung melakukan pekerjaan mereka yang sempat tertunda.

Sementara ditempat lain, Lia melangkah tidak tentu arah. Lia hanya mengikuti langkah kakinya. Sampailah dia disebuah danau. Lia pun langsung duduk ditepi danau sambil memandang ke danau. Lia masih kepikiran dengan perkataan Vera tadi." Apakah aku terlalu egois tanpa memikirkan perasaan orang lain dan tidak mempedulikan alam sekitar" Batin Lia. Lia pun merenungkan atas perbuatannya. "Iya aku terlalu egois, seharusnya aku tidak terbutakan oleh handphone yang membuatku melupakan orang-orang di sekitarku dan indahnya negeriku." Gumam Lia . Lia beranjak dari duduknya dan mengambil sebuah batu kemudian melemparnya ke danau sambil berkata " Bodohnya diriku yang terlena oleh handphone tanpa mempedulikan dan melihat eloknya tanah airku.". Cairan bening luruh dari mata Lia. Dia menangis, menyesali perbuatannya.

Hari semakin sore, tetapi Lia belum mau kembali. Sementara itu, ditempat lain Tina, Lita, dan aku sedang bingung dimana Lia berada. Berhubung hari semakin sore dan langit tampak gelap serta suhu udara sedikit dingin. Aku semakin gelisah. " Seharusnya aku tidak memarahi Lia tadi, ini semua salahku." Ucapku lirih. " Ini bukan salah kamu, ini juga salah kita yang terlalu memaksa Lia." Kata Tina. Tidak lama kemudian gerimis sudah mulai turun ke bumi. Aku langsung pergi meninggalkan Tina dan Lita. Hanya Lia yang ada dipikiranku, "Aku harus menemukan Lia" Batinku. Sementara itu, ditempat lain, Lia sedang berusaha menghangatkan tubuhnya. Saat ini Lia sedang meneduh di sebuah gubuk yang berada tak jauh dari danau. Tubuhnya sudah menggigil, Lia sudah tidak kuat lagi hingga ada seseorang yang mendatanginya. " Lia, kamu tidak apa-apa?" Tanyaku. Lia tersenyum kemudian menganggukan kepalanya seolah mengatakan dia baik-baik saja. " Lia aku minta maaf seharusnya aku lebih bisa mengontrol emosiku dan tidak egois." Ucapku. " Tidak apa-apa Vera, aku juga salah seharusnya aku tidak bermain handphone dan mendengarkan perkataanmu." Ucapnya lirih. Lia langsung memelukku dan pelukan tersebut dibalas olehku. " Apakah kamu akan melanjutkan atau berhenti?" Tanyaku. " Aku akan melanjutkannya, aku akan berbakti kepada negeri tercinta ini dan memajukan negeri tercinta ini." Ucap Lia. Aku tersenyum mendengar ucapan Lia. " Terima kasih." Ucapku lirih. Mereka menangis haru dengan disambut hujan yang semakin deras. Sama-samar aku mendengar Lia memanggil namaku. " Vera..." Kata Lia panik yang melihatku  pingsan dipelukannya. Lia pun langsung merangkulku dan membawanya kembali tanpa memperdulikan hujan.

Lia berjalan kembali dengan Vera yang berada didekapannya. " Vera..." Ucap Tina dan Lita panik saat melihat Lia sambil merangkul Vera yang tidak sadarkan diri. " Apa yang terjadi?" Tanya Tina dan Lita. " Nanti aku jelaskan sekarang yang penting keselamatan Vera, kita harus membawanya kerumah sakit terdekat. Mereka langsung membawa Vera ke rumah sakit menggunakan ambulan yang sebelumnya sudah dihubungi oleh Lita.

Sesampainya di rumah sakit, Vera langsung dinaikan ke atas brangka dan dibawa masuk ke dalam UGD. Lita, Tina, dan Lita menunggu di depan UGD. "  Apa yang terjadi?" Tanya Tina kepada Lia. " Tadi Vera menemukanku saat aku tersesat dan tiba-tiba Vera pingsan." Kata Lia. ." Ucap Lita. Tiba-tiba pintu UGD terbuka dan keluarlah dokter yang tadi menangani Vera. " Pasien sudah sadarkan diri dan sudah bisa di jenguk." Kata dokter dan melangkah pergi. Mereka bertiga langsung memasuki ruang UGD. " Vera bagaimana keadaan kamu?" Tanya Lita. " Aku sudah tidak apa-apa." Ucapku. " Teman-teman aku minta maaf seharusnya aku mendengarkan nasihat kalian." Kata Lia sambil menundukan kepalanya. " Sudahlah, lupakan masalah itu sekarang kita buka lembaran baru." Ucap Lita sambil menghampiri Lia. " Terima kasih teman-teman, aku berjanji akan lebih melihat negeriku ini, Indonesia." Ucap Lia. Kami pun berpelukan. 

Hari ini aku dapat pelajaran baru bahwa kita jangan bersikap egois dan walaupun kita hidup di zaman berteknologi tinggi kita jangan melupakan dunia sekitar kita yang begitu megah ini. Kita boleh saja menyukai dan mencintai berbagai teknologi yang canggih tetapi kita jangan sampai melupakan kecintaan kita terhadap negeri ini yaitu Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun