Mohon tunggu...
Amanatal Hayyi
Amanatal Hayyi Mohon Tunggu... Freelancer - manusia

setengah sadar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemuda sebagai Agent of Change dalam Upaya Mengatasi Kendala Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi Covid-19

7 November 2020   09:13 Diperbarui: 3 November 2021   00:06 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh Amanatal Hayyi 

Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta

Selama beberapa bulan terakhir wabah virus corona telah ditetapkan sebagai pandemi global. Masuk nya virus corona kasus pertama dengan ditemukannya kasus dua orang terinfeksi yang diumumkan langsung pada tanggal 2 Maret 2020. Pembatasan Sosial Berskala Besar pun telah diterapkan di Indonesia terhitung tak lama setelah diumumkan masuknya pandemi Covid-19 di Indonesia, khususnya beberapa daerah yang padat penduduk. Dalam upaya mengatasi dampak penyebaran Covid-19 kebijakan tersebut diumumkan pada 31 Maret 2020 lalu.

Pembatasan Sosial Berskala Besar meliputi setidaknya tiga kegiatan yaitu pembatasan kegiatan keagamaan, pembatasan kegiatan di tempat umum, serta peliburan tempat kerja dan sekolah. Sehingga akhirnya kebijakan tersebut membuat beberapa pihak seperti pekerja untuk menyesuaikan cara bekerja baru yaitu work form home.

Begitu juga dengan para peserta didik di Indonesia, karena adanya pandemi Covid-19 akhirnya memaksa aktivitas belajar mengajar tatap muka di sekolah dihentikan dan mengganti program belajar menjadi Pembelajaran Jarak Jauh atau PJJ. Guru, dosen, hingga tenaga pengajar lainnya pun mengupayakan metode pembelajaran yang efektif dalam penyampaian materi selama pembelajaran. Berbagai aplikasi dalam smartphone maupun laptop pun seperti zoom, google meet, jitsi meet menjadi media dalam menunjang pembelajaran. Baik siswa dan mahasiswa akhirnya memanfaatkan teknologi seperti smarphone, laptop, maupun jaringan internet untuk mendapatkan materi pembelajaran dari guru.

Namun adanya kendala dalam pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh seperti smartphone yang tidak cukup menunjang pembelajaran siswa, kuota internet yang tidak memadai, hingga jaringan internet yang terkendala. Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JJPI) Ubaid Matarji, konsep Pembelajaran Jarak Jauh dinilai masih sulit diterapkan di Indonesia untuk saat ini.

Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pun menyatakan dampak utama dari pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh yaitu penurunan capaian belajar, adanya resiko peningkatan kekerasan terhadap anak serta resiko psikososial, dan ancaman putus sekolah. Tidak hanya berdampak terhadap proses pembelajaran siswa, pandemi Covid-19 pun berdampak pada kondisi perekonomian keluarga.

Akhirnya sebagian anak terpaksa bekerja membantu keuangan keluarga di tengah krisis pandemi Covid-19 sehingga adanya ancaman putus sekolah. Jangankan untuk membeli perangkat smarphone yang memadai dan kuota untuk menunjang pembelajaran, di masa krisis pandemi seperti ini perekonomian masyarakat pun ikut terdampak. Khususnya bagi beberapa pekerjaan yang tidak dapat menyesuaikan dengan kebijakan work form home, seperti pedagang kantin yang terbiasa jualan di kantin sekolah, staff  kebersihan, supir, pekerja pabrik, petani, dan lain-lain. 

Kondisi perekonomian keluarga yang kian menyusut dinilai berpengaruh terhadap kurangnya media penunjang dalam Pembelajaran Jarak Jauh. Jika terus seperti ini akan semakin banyak anak yang putus sekolah. Terlebih lagi tidak dapat diprediksi kapan berakhirnya pandemi dan aktivitas bekerja dan pembelajaran kembali normal seperti sebelumnya. Dalam hal ini peran pemuda menjadi tantangan dalam terkendalanya Pembelajaran Jarak Jauh di masa pandemi Covid-19.

Pemuda merupakan salah satu subjek penting dalam sejarah hingga perkembangan dunia saat ini karena sosok generasi pemuda sebagai agent of change dalam masyarakat. Dalam sejarah sejak zama pra kemerdekaan para pemuda telah aktif dalam bidang pendidikan, salah satunya berdirinya organisasi Budi Utomo yang didirikan oleh beberapa mahasiswa kedokteran STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten) sejak 20 Mei 1908.

Budi Utomo yang pertama kali dikepalai oleh Soetomo beserta siswa lainnya yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji mengkampanyekan gagasan mengenai bantuan dana siswa (studiefons) bagi pelajar pribumi berprestasi namun terkendala biaya.

Seperti hal nya yang dilakukan Taufik Ivan Irwansyah Hidayatullah beserta rekan-rekan pemuda lainnya. Mereka yang merupakan pemuda pemudi dari Karang Taruna Kampung Cibiru Beet, Desa Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat mengupayakan kegiatan belajar mengajar di RW 15. Taufik Ivan Irwansyah Hidayatullah yang merupakan penggagas dari kegiatan belajar gratis ini menjelaskan, mayoritas orang tua anak-anak yang bekerja adalah di ladang baik sebagai petani maupun peternak. hal ini lah yang menjadi kegelisahan karena melihat anak-anak di kampungnya tersebut yang kurang mendapat perhatian untuk melakukan Pembelajaran Jarak Jauh. Dari situlah akhirnya Taufik mengajak mereka untuk datang ke masjid dan belajar bersama.

Taufik memilih masjid untuk menjadi tempat belajar karena tidak tahu lagi harus mengajar dimana sehingga Ia mencoba meyakinkan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) setempat untuk menjadikan masjid di RW nya dipakai untuk belajar bersama. Pada hari pertama mengajar pun Taufik tidak menyangka bahwa ternyata banyak anak-anak yang tertarik berdatangan untuk mengikuti pembelajaran bersama mulai dari kelas 1 hingga kelas 6. Karena banyaknya anak-anak yang tertarik dan berdatangan untuk belajar disana, akhirnya Taufik mengajak belasan pemuda pemudi Karang Taruna RW 15 untuk menjadi relawan mengajar disana.

Taufik pun membagi kelas menjadi beberapa kategori berdasarkan jenjang kelas yaitu Paud, Taman Kanak Kanak, dan Sekolah Dasar yang terdiri dari beberapa jenjang kelas. Dalam upaya proses belajar mengajar, para relawan ikut swadaya mengumpulkan peralatan tulis serta peralatan yang menunjang pembelajaran seperti papan tulis, spidol, dan alat tulis lainnya. Karena tujuan awal berdirinya tempat belajar tersebut adalah agar anak-anak tetap dapat belajar di tengah kesulitan Pembelajaran Jarak Jauh, maka para relawan pun tidak ingin membebankan para orang tua anak-anak tersebut dan mensiasati keterbatasan peralatan dengan membawa dari rumah hingga iuran antar sesama relawan. Taufik menuturkan hal ini dikarenakan bahwa para orang tua siswa berpenghasilan tidak cukup besar dan berkecukupan, sehingga sekolah gratis diharapkan menjadi jalan paling tepat agar anak-anak tetap dapat bersekolah di tengah pandemi Covid-19.

Kegiatan belajar mengajar tersebut sudah berlangsung sejak pertengahan Mei 2020, hingga saat ini kegiatan belajar mengajar pun pindah ke salah satu rumah warga yang memiliki lahan cukup luas untuk dijadikan tempat belajar. Kegiatan ini juga dipantau oleh apparat Desa dan Kecamatan dengan memastikan proses kegiatan belajar mengajar disini baik dan meminimalisis penyebaran virus Covid-19.

Dalam salah satu wawancara Ibu Reni yang merupakan salah satu orang tua murid merasa senang dengan adanya tempat belajar gratis tersebut. Ia menuturkan bahwa seharusnya anaknya yang berumur 5 tahun sudah masuk TK namun karena terkendala pandemi Ia tidak dapat menyekolahkan anaknya terlebih dulu. Ketika mendengar kabar digagasnya sekolah gratis oleh Karang Taruna, Ibu Reni langsung membawa anak nya untuk ikut belajar bersama dengan temannya yang lain. Ia senang dapat menitipkan anaknya belajar selama Ia bekerja di ladang.

Taufik berserta relawan pemuda pemudi Karang Taruna merupakan salah satu contoh kontribusi nyata pemuda dalam bidang pendidikan, khususnya dimasa krisis pandemi seperti ini, merupakan tantangan bagi pemuda agar dapat membawa perubahan di lingkungan sekitarnya. Pemuda sebagai agent of change dari suatu perubahan, jika ada sesuatu yang keliru dan dirasa salah dilingkungan sekitar, sebagai agen perubahan pemuda dituntut untuk memperbaiki dan ikut berkontribusi, khususnya mahasiswa yang dapat menggunakan disiplin ilmunya diharapkan dapat membantu pembangunan Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Selain itu melalui teknologi, pemuda juga dapat berperan dengan mengajak dan menghimbau masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan, mengkampanyekan pentingnya kreativitas dan pengembangan diri dimasa Pembelajaran Jarak Jauh. Menjadi relawan bagi lingkungan sekitar yang membutuhkan, seperti dukungan makanan, sembako, maupun obat-obatan. Mengakomodasi kebutuhan masyarakat dengan mengkampanyekan penyaluran sembako melalui dunia digital. Peran pemuda dengan menjadi media dalam masyarakat pun akhirnya dapat membawa perubahan bagi lingkungan masyarakat.

Referensi :

Kurniawati, Julia. 2020. Media Pembelajaran pada Pembelajaran Jarak Jauh.

Kristanto, Yosep Dwi. 2020. Covid-19, Merdeka Belajar, dan Pembelajaran Jarak Jauh.

Munir. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung

Prawiyogi, Anggy dan Andry Purwanugraha, dkk. 2020. Efektifitas Pembelajaran Jarak Jauh Terhadap Pembelajaran Siswa di SDIT Cendekia Purwakarta. Jurnal Pendidikan Dasar.

Widyanto, Aloysius Bram. 2010. Pemuda dalam Perubahan Sosial. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun