Mohon tunggu...
Inovasi

Peringatan 30 Tahun Tragedi Chernobyl

28 April 2016   08:23 Diperbarui: 28 April 2016   08:32 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Jakarta- 26 April 2016. Dalam rangka memperingati 30 tahun tragedi chernobyl, BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) mengadakan seminar yang mengupas tentang kecelakaan Reaktor Chernobyl dan situasi kekinian di Republic Belarus sebagai negara yang berbatasan dengan kota chernobyl. Seminar ini dihadiri oleh Mr. Dennis Kovales dan Mr. Andrei Trusov sebagai pembicara mewakili kedutaan besar Republic Belarus. Selain itu, Pusat Desiminasi dan Kemitraan (PDK) – BATAN juga ikut andil dalam menyampaikan presentasi tentang dampak kecelakaan nuklir terhadap penerimaan teknologi nuklir untuk energi di Indonesia.

Chernobyl adalah salah satu nama kota yang letak geografisnya berada antara negara Republic Belarus, Rusia, dan Ukraina. Kebutuhan energi listrik yang sangat besar dengan sumber daya minyak atau pun batubara yang tidak memadai, membuat negara-negara Eropa umumnya membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Olehnya itu, dibangunlah Reaktor Nuklir di kota Chernobyl untuk memenuhi kebutuhan pasokan listrik di negara tersebut.

Ironisnya pada 26 April 1986 terjadi suatu kecelakaan level 7 pada reaktor nuklir chernobyl. Saya tidak akan membahas mengapa kecelakaan reaktor chernobyl bisa terjadi, tapi saya akan sedikit membahas dampak yang ditimbulkan dari bencana chernobyl.

Bisa dibayangkan sebuah reaktor nuklir dengan tingkat kemanan yang sudah disetting sedemikian rupa, dengan miliaran reaksi fisi yang terjadi, dengan segala macam radioaktif di dalamnya. Tiba-tiba tidak terkontrol dan menyebabkan kebakaran, ledakan dan pecahnya bejana reaktor nuklir. Tidak banyak yang mengetahui tentang Nuklir saat itu. Maka pengetahuan tentang nuklir pun juga harus di upgrade khusunya di Indonesia. karena kita memiliki 3 rekator eksperimental. Satu reaktor kartini di Yogyakarta, satu reaktor triga di Bandung, dan satu lagi di Serpong.

Kerugian yang disebabkan karena kecelakaan chernobyl bisa dibagi menjadi beberapa bagian:

  • Kematian dan gangguan kesehatan. Tingkat paparan yang tinggi, dan waktu paparan akan menyebabkan efek deterministik bagi manusia. Salah satunya kematian, bahkan dengan paparan yang rendah pun juga akan menyebabkan efek stokastik yang akan dirasakan pada jangka waktu yang lama. Dalam kecelakaan chernobyl dilaporkan ada 30 orang yang meninggal dunia. Dan masih banyak juga yang meninggal setelah beberapa hari, bulan, atau tahun setelah kejadian tersebut.
  • Dampak sosial - ekonomi, dengan adanya kecelakaan ini menyebabkan beberapa kota yang mengelilingi kota chernobyl di evakuasi selang beberapa jam setelah kecelakaan tersebut terjadi. Akibatnya semua penduduk yang tinggal dalam zona eksklusi (area yang paparannya tinggi radius 30 km dari reaktor) diungsikan tanpa membawa barang apapun hanya bermodal pakaian yang melekat dibadan. Sehingga sampai sekarang kota tersebut dikata sebagai kota mati, atau kota hantu.
  • Dampak psikologis, dinegara manapun kita berada jika terjadi bencana, pasti ada ketakutan atau pun fobia terhadap nuklir. Begitu pula penduduk Republic Belarus banyak yang trauma terhadap kecelakaan ini. Terlebih lagi jika tempat yang dihuni di kota atau pinggiran kota chernobyl merupakan tanah leluhur. Hingga saat ini masih ada beberapa orang yang enggang diungsikan keluar dari kota Pripyat (kota yang bersebelahan langsung dengan kota chernobyl).
  • Dampak Lingkungan. Tidak bisa dipungkiri limbah radioaktif yang berton-ton itu membuat lingkungan menjadi tercemar. Air, udara, tanah sekitar reaktor hingga radius puluhan kilometer juga tercemar. Kondisi tumbuhan dan hewan juga mengenaskan. Tapi setelah kejadian itu kota-kota yang ditinggalkan berubah kepemilikan menjadi milik hewan-hewan liar seperti serigala dan babi hutan. Untuk mewaspadai kontaminasi terhadap hewan ternak maka Republic Belarus membuat peraturan tentang pakan ternak yang berasal dari luar area dampak chernobyl. Agar hewan-hewan ternak tidak menyantap pakan yang terkontaminasi.

Selain duta dari kedutaan Republic Belarus, seminar ini dihadiri juga oleh Pak Dr. Ir. Sudi Aryanto, M.Eng. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan – BATAN, beliau menyampaikan beberapa hal terkait dampak kecelakaan nuklir dan bagaimana cara mengatasinya. Kecelakaan chernobyl bisa menjadi sebuah pelajaran yang berharga tentang sikap manusia terhadap sebuah teknologi. Kerugian yang dihasilkan memang sangat banyak dan masih memberikan bekas luka yang mendalam dan panjang.

Kepada masyarakat awam ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam mengahadapi radiasi.

  • Intensitas radiasi, jika kita punya alat surveimeter untuk mengukur radiasi maka kita akan mengetahui seberapa besar paparan yang kita dapatkan. Hal ini berkaitan dengan dosis deterministik tadi.
  • Jaga jarak anda dengan sumber radiasi. Rumusnya semakin jauh kita dari sumber semakin sedikit paparan yang kita dapatkan.
  • Atur waktu interaksi terhadap radiasi. Semakin singkat waktu kita berinteraksi dengan radiasi semakin sedikit paparan yang didapatkan.

Ada beberapa fakta yang disampaikan oleh kepala Pusdiklat-BATAN terkait efek kecelakaan chernobyl terhadap penduduk eropa bahkan didunia.

  • Tingkat penyembuhan kanker tiroid sekitar 98,8%. Hal ini membuktikan kanker tiroid yang terjadi tidak disebabkan radioaktif karena dapat pulih kembali.
  • Tidak ada bukti yang menyatakan adanya dampak kelainan keturunan akibat kecelakaan chernobyl di Ukraina (1986) atau pun akibat kecelakaan Fukushima di Jepang (2011).
  • Paparan radiasi akan berkurang seiring berjalannya waktu. Karena radioaktif memiliki waktu paruh terhadap dirinya. Tidak seperti senyawa kimia yang tidak bisa meluruh untuk menetralkan dirinya.

Dalam seminar tersebut juga dihadiri oleh beberapa jurnalis yang berasal dari perusahaan ternama. “Apakah Republic Belarus akan membangun PLTN, setelah merasakan pahitnya kecelakaan Reaktor Chernobyl?”. Tanya salah seorang jurnalis.

“Negara kami memang pernah merasakan dampak dari tragedi Chernobyl, tetapi kami tetap optimis untuk membangun PLTN. Karena hanya dengan PLTN kami bisa merdeka dalam hal energi. Terlebih lagi persaingan kebutuhan energi di Eropa juga semakin hari semakin besar”. Ungkap Mr. Andrei.

Salah satu fakta yang saya bisa petik dari seminar ini yaitu, negara Republic Belarus yang keberterimaan masyarakatnya hanya sekitar 50 – 60% dan juga telah merasakan dampak dari kecelakaan Chernobyl masih optimis untuk membangun PLTN. Dibanding dengan Indonesia yang tingkat keberterimaan masyarakatnya sekitar 70 – 75 % dengan pengalaman reaktor eksperimental yang hampir 30 tahun. Belum yakin terhadap teknologi nuklir khususnya PLTN.

Akankah kita melihat PLTN di Indonesia?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun