Mencari kerja salah satu hal yang sulit bagi para fresh graduate karena hampir semua lamaran pekerjaan mencantumkan syarat minimal pengalaman kerja 1 tahun. Sungguh sangat kecil peluang kami untuk bisa bersaing di dunia kerja yang dipenuhi dengan sarjana-sarjana, ahli madya, magister dan lain sebagainya. Tidak semua manusia yang mendapat title itu bernasib baik, bahkan manusia yang tidak sempat mengenyam bangku pendidikan bisa memiliki nasib yang luar biasa, bisa jadi konglomerat. Disanalah saya melihat suatu keadilan bagi seluruh umat manusia. Karena jika yang memiliki kesempatan bekerja dan menjadi sukses hanya orang-orag berpendidikan maka hanya sedikit saja orang yang sukses di Indonesia ini. Bagaimanapun data tahun 2015 menunjukkan bahwa pertambahan sekitar 300 ribu orang pengangguran lebih besar dibanding Tahun 2014 (Bisnis keuangan. Kompas edisi 31 agustus 2015).
Hal inilah yang membuat saya sedikit gentar menghadapi kehidupan nyata, kehidupan dimana seseorang harus survive dan memiliki pekerjaan yang jelas. Ingin menjadi wirausaha kesulitan mendapat modal salah satu kendalanya. Ingin bekerja di industri obat, pekerjaannya yang monoton bisa-bisa membuat saya stress sebelum bekerja. Ingin bekerja di Rumah Sakit tapi sejak kecil saya agak takut dengan tempat transisi antara kehidupan dan kematian. Terbesik dalam hati adakah pekerjaan yang sangat mulia seperti sebagai peneliti yang kerjanya hanya meneliti dan meneliti dengan penelitian itu saya berharap bisa menemukan suatu obat yang bisa mengubah perspektif dunia. “Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia menurunkan obatnya” HR Bukhari dan Muslim.
Tanpa sengaja saya buka web tentang penerimaan calon pegawai negeri sipil. Dengan sigap saya mencari semua informasi tentang penerimaan ini dan instansi apa saja yang membutuhkan formasi sarjana farmasi. BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) bagian Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka membutuhkan sarjana farmasi sebagai PRANATA NUKLIR. Tugas dari seorang pranata nuklir sendiri tidak berbeda jauh dengan tugas peneliti seperti bekerja di pusat penelitian dan pengembangan, membuat jurnal dan makalah, ikut serta dalam seminar nasional dan internasional, meningkatkan kemampuan diri dengan cara long live learning.
Tanpa pikir panjang saya langsung registrasi memilih jabatan tersebut dengan asumsi bahwa saya mempunyai pengelaman mengikuti tes CPNS tahun ini. Dugaan saya tak semudah kenyataannya tes CAT (Computer Assesment Test) BATAN saya lakukan di Kantor Badan Kepegawaian Negara Bandung. Sungguh bukan harga yang murah tiket dari Makasar ke Bandung. Niat Coba-coba menjadi suatu kesungguhan saya untuk mengadu nasib di Pulau Jawa.
Setelah itu berselang dua bulan pengumuman tes awal keluar. Alhamdulillah saya lulus dan sedikit lagi cita-cita saya akan tercapai. Tes selanjutnya yaitu tes wawancara dan TOEFL, bolak balik Jakarta - makasar cukup menguras waktu, tenaga dan biaya. Pengumuman yang tak kunjung datang, membuat hati saya sedikit ragu tentang cita-cita. Namun, seperti kata peribahasa berakit-rakit kehulu berenang-renang kemudian. Andai saja saya tidak mengambil kesempatan ini maka saya yakin, saya tidak akan menemukan jawaban atas cita-cita saya. Nasib baik masih berpihak kepada saya. Semua ini karena kehendak-Nya atas berkat do’a ibu saya, keluarga, dan teman-teman sekalian. Disinilah saya merasa takdir lah yang membawa saya menuju cita-cita yang sampai sekarang telah saya gapai.
Sekarang saya sedang berkutat di laboratorium Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka, Badan Tenaga Nuklir Nasional, PUSPIPTEK, Serpong. Dengan tujuan menjadi manusia yang bermanfaat di bidang riset dan teknologi kesehatan. Semoga cita-cita saya yang dahulu membimbing saya menjadi seorang yang selalu berorientasi terhadap kemaslahatan manusia dan lebih mensyukuri semua ketetapan yang Allah berikan. Sebagai manusia biasa alangkah naifnya saya jika cita-cita ini hanya berhenti di sini. Saya bertekad untuk terus meningkatkan kapabilitas diri saya menuju kanca internasional.
Kejarlah apa yang kau yakini benar, dan bercita-citalah yang banyak karena kita tidak tahu menahu cita-cita mana yang Allah akan kabulkan.