Mohon tunggu...
Lyfe Pilihan

Cita-cita yang Kebetulan

1 September 2015   09:18 Diperbarui: 1 September 2015   09:18 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Cita-cita merupakan kata yang sangat familiar dengan telinga kita semua, dan saya kira semua orang pernah mempunyai cita-cita walaupun pada kenyataannya tidak semua orang dapat  menggapai cita-citanya karena Allah akan memberikan hadiah sebuah masa depan yang tak terduga dibanding cita-citanya. Percayalah…

Palu termasuk kota terindah yang dimiliki oleh Indonesia, Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah ini memberikan kesan historical yang banyak pada diri saya pribadi. Teluk Palu salah satu sebutan dari kota ini karena memang posisi kota ini dikelilingi oleh gunung dan di hadapannya membentang laut Tamanria. Di kota ini lah awal dari cita-cita saya.

 Semenjak TK (Taman Kanak-kanak) saya sudah punya cita-cita, tepat saat perpisahan dan perayaan kelulusan kami ditugaskan untuk memakai pakaian adat atau pakaian yang akan menjadi profesi kami di masa depan. Alhasil, saya mendapat pakaian polisi, salah satu profesi yang sangat dijunjung dan dihormati dikalangan masyarakat dahulu. Semangat cita-cita saya hanya sampai Sekolah Dasar, enam tahun saya di Sekolah Dasar tak merubah apapun dalam hidup saya kecuali menjadi murid yang berprestasi sekaligus murid yang bandel. Masuk Sekolah Menengah Pertama bayangan akan masa depan masih belum terlihat, entah apa yang akan saya kerjakan di masa depan itu rahasia Ilahi, tugas saya hanya bermain dan belajar.

Tiba masa Sekolah Menengah Atas, sekolah saya tidak terlalu popular. Bahkan letak geografisnya juga berada tak jauh dari pesisir pantai. Hanya terdapat tiga jenis siswa menurut kepemilikan kendaraan pada saat itu, siswa yang tidak memiliki kendaraan akan nyangkut dikantin luar sekolah, siswa yang naik angkot biasanya tepat waktu, dan siswa yang memiliki kendaraan bermotor terkadang melewati sekolah hingga pantai alias bolos.

Tidak ada yang spesial saat SMA, urusan akademik maupun asmara sama saja seperti remaja pada umumnya. Hari demi hari saya lewati seperti biasanya. Hingga tiba masa kelulusan nilai rata-rata saya tidak bisa dikata bagus, karena mata pelajaran matematika saja nilai saya memenuhi syarat minimum lulus yaitu dengan nilai 4. Saya harap saya memiliki profesi yang tidak seperti orang biasanya. Menjadi pedangang saya sudah rasakan karena sejak kecil kedua orang tua saya berprofesi sebagai pedagang pakaian, secara otomatis saya pun selalu membantu mereka berjualan. Bisa dikata sejak kecil saya sudah terbiasa dengan aroma dan suasana pasar tradisional. Cita-cita saya ingin menjadi orang yang bermanfaat, itu saja sudah cukup bagi saya. Namun, definisi manusia yang bermanfaat itu masih belum bisa terdefinisikan oleh nalar saya.

Perantauan pertama Kota Makassar, Sulawesi Selatan, tujuan saya yaitu masuk Universitas Hasanuddin. Benar saja Perguruan Tinggi yang paling terkenal di wilayah Timur Indonesia ini menjadi salah satu batu loncatan bagi para siswa yang ingin menggantungkan cita-citanya setinggi langit. Pada saat memilih jurusan atau program studi, kami diberikan kesempatan untuk memilih dua program studi yang menjadi target kuliah kami. Saya memilih profesi kesehatan yaitu kedokteran dan farmasi.

Takdir telah berbicara dari sekian ribu pendaftar hanya sepersekian siswa yang terpilih menjadi mahasiswa di UNHAS. Alhamdulillah saya masuk di Fakulatas Farmasi. Pada saat ini kehidupan saya agak sedikit berwarna, entah kenapa apakah hormon kedewasaan telah meningkat dalam tubuh saya, atau situasi yang menantang inilah yang menjadi pemicu saya untuk selalu belajar. Menjadi seorang mahasiswa merupakan suatu kesempatan emas yang dimiliki oleh anak seperti saya. Prevalensinya sekitar satu banding seribu orang yang memiliki takdir seperti ini. Masa mahasiwa merupakan titik balik bagi cakrawala wawasan saya. Berbagai jenis ideology, teori, falsafah kehidupan, dan sosial manajemen saya dapatkan. Namun, satu saran saya “tetaplah berpedoman pada Al-quran dan Hadits, karena ribuan doktrin tak akan menggoyahkan kebenaran pedoman tersebut”.

Belajarlah dari apapun, dari buku, dari guru, dari dosen, dari temanmu, dari oramg-orang yang bahkan kamu tidak menganggap mereka penting seperti belajarlah dari Cleaning service sungguh kebersihan itu dicintai Allah, belajarlah dari tukang Becak, karena tukang becak memiliki semangat yang kuat untuk menafkahi keluarganya yang akan menjadi amalannya di dunia dan dinilai sebagai pahala. Belajarlah dari pengalaman, tak selamanya pengalaman yang buruk itu merugikan kita, karena bisa jadi dengan kesalahan itu kita bisa belajar untuk menjadi pribadi yang baik dan bisa sukses di masa depan.

Akhir perjuangan yang panjang dan melelahkan telah sampai pada puncaknya yaitu hari dimana kami diresmikan sebagai alumni dan disematkan dipundak kami sebuah title Sarjana. Langkah kaki saya tak hanya sampai sini saja, title ini mengandung arti bahwa kami adalah manusia pembelajar yang mempunyai tanggung jawab terhadap majunya bangsa Indonesia.

Saya melanjutkan kuliah profesi Apoteker di Unhas, jangka waktunya satu tahun dengan  kurikulum 1 semester materi dan 1 semesternya lagi Praktek Kerja. Waktu di dunia ini benar-benar singkat, praktek kerja di industri obat, apotek, dan rumah sakit telah selesai. Akhirnya saya mengalami wisuda untuk kedua kalinya dengan tambahan title Apt (Apoteker). Semakin panjanglah nama saya dan semakin beratlah tanggung jawab yang harus dihisab kelak dikemudian hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun