Mohon tunggu...
Healthy

Mengenal Radiofarmaka

17 Juni 2015   11:23 Diperbarui: 13 September 2016   10:15 2525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber gambar, http://www.ife.no/en/ife/ife_images/ntf/isotop/radiofarmaka

Teknologi nuklir telah terbukti memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, salah satu diantaranya yaitu di bidang kesehatan. Tenuklir telah dimanfaatkan dalam berbagai bentuk seperti radioisotop dan radiofarmaka untuk tujuan diagnosis dan terapi. Radiofarmaka telah dimanfaatkan secara luas untuk penanganan berbagai macam penyakit seperti penyakit tidak menular akibat penurunan kinerja organ tubuh jantung atau ginjal. Selain itu, aplikasi dari Radioisotop dan Radiofarmaka yang paling banyak digunakan yaitu diagnosis dan terapi kanker. Di Indonesia, beberapa rumah sakit telah menggunakan radiofarmaka untuk berbagai tujuan. Dengan kemajuan pembangunan, maka diprediksi bahwa kebutuhan pelayanan kesehatan menggunakan radioisotop dan radiofarmaka akan semakin meningkat.

Radiofarmaka adalah sediaan farmaka yang di dalamnya telah diikatkan satu atau beberapa radioisotop. Secara umum, radiofarmaka tersusun dari komponen radioisotop dan komponen kimia atau biomolekul yang menentukan biodinamika senyawa tersebut dalam tubuh. Kedua komponen tersebut harus terikat secara kuat sehingga tidak mudah terurai. Sebagian besar radiofarmaka akan tersirkulasi dalam tubuh sesuai dengan karakteristik kimia serta interaksinya dengan sel, jaringan, serta organ tubuh. Sebagian besar radiofarmaka bekerja berdasarkan interaksi pada tingkat molekul dan beberapa interaksi tersebut bersifat spesifik. Radiofarmaka digunakan dalam jumlah yang kecil sehingga efek farmakologi senyawa tersebut dapat diabaikan dan efek toksiknya pun kecil.

Radiofarmaka diagnosis memiliki radionuklida yang memancarkan energy (λ) gamma murni rendah dan tidak memancarkan partikel bermuatan serta memiliki waktu paruh yang relatif pendek. Sedang pada radiofarmaka terapi digunakan radionuklida berenergi (α) alpha (β) beta yang memiliki efek bagi tubuh seperti efek mematikan sel kanker, dengan spesifikasi waktu paruh yang cukup panjang untuk memberikan dosis radiasi sesuai yang diharapkan.

Ada beberapa cara pembagian radiofarmaka. Pembagian menurut jenis radionuklidanya, berdasarkan kegunaan, dan berdasarkan kategori lainnya.

1. Radiofarmaka berdasarkan jenis radionuklida

a. Radiofarmaka berbasis Tc-99m

Radiofarmaka berbasis Tc-99m (teknesium-99m) adalah radiofarmaka yang didalamnya terikat radionuklida teknesium-99m. Teknesium-99m merupakan radionuklida pemancar gamma murni, dengan waktu paruh pendek sekitar 6 jam. Sehingga Tc-99m ini sangat bermanfaat sebagai radiofarmaka diagnosis. Contohnya, Tc-99m MIBI. Sediaan 2-methoxy-isobutyl-isonitrile (MIBI) telah diketahui sebagai preparat penatah perfusi miokardial (otot jantung) yang telah ditandai dengan 99mTc (widyastuti, BATAN, 1999)

b. Radiofarmaka berbasis F-18

Radionuklida F-18 memiliki waktu paruh yang pendek, yaitu 110 menit. Saat ini F-18 utamanya digunakan dalam bentuk 18F-FDG. 18F-Flourodeoxyglucose (18F-FDG) Positron Emission Tomography (PET) sebagai modalitas imaging penatalaksanaan kanker tiroid (I Putu Ary W. RSUP Sanglah Denpasar)

c. Radiofarmaka berbasis Lu-177

Lutesium-177 merupakan salah satu radionuklida dari jenis lantanida. Radionuklida ini merupakan radionuklida terapi dan saat ini banyak dikembangkan dalam radiofarmaka berbasis antibod dan radiofarmaka berbasis peptida. Lu-177 diikatkan dengan antibod atau peptida dengan perantara bifunctional chelating agent (BFCA). Contohnya 177Lu-DOTA-TATE sebagai salah satu pilihan pengobatan untuk neuroendocrine tumors (NET) dengan radio reseptor peptide.

d. Radiofarmaka berbasis Iodium-131

Radiofarmaka Iodium-131 (I-131) dapat digunakan dalam bentuk senyawa sederhana yaitu dalam bentuk Na-131I dan dapat pula dalam bentuk 131I-MIBG (methaiodobenzylguanidine), dan 131I-Hippuran. Radiofarmaka Na-131I dapat diberikan secara oral untuk penderita kanker tiroid. Sedang 131I-hippuran diberikan dalam bentuk intravena kepada pasien untuk diagnosis ginjal. Sementara 131I-MIBG dapat digunakan untuk diagnosis atau terapi kanker neuroblastoma.

e. Radiofarmaka berbasis Samarium-153

Samarium-153 (Sm-153) merupakan radionuklida terapi dengan waktu paruh 46,3 jam. Radionuklida Sm-153 dapat berikatan melalui ikatan koordinasi dengan beberapa ligan, diantaranya adalah EDTMP (ethylene diamine tetramethylene phosphanate). Senyawa kompleks 153Sm-EDTMP dapat dimanfaatkan untuk terapi paliatif kanker tulang, baik kanker primer maupun kanker sekunder yang merupakan akibat dari penyebaran kanker dari organ atau bagian tubuh lain.

 

2. Radiofarmaka berdasarkan kegunaan

Berdasarkan kegunaannya radiofarmaka dpat dibagi menjadi radiofarmaka diagnosis jantung, radiofarmaka onkologi (kanker), radiofarmaka diagnosis ginjal, radiofarmaka infeksi dan inflamasi serta radiofarmaka untuk tujuan-tujuan lainnya.

Sebagian besar materi ini saya ambil dari materi prinsip-prinsip dasar radiofarmaka yang dibawakan oleh Dr. Rohadi Awaludin Kepala Bagian Radiofarmaka, Pusat Teknologi Radioisotop Radiofarmaka, Badan Tenaga Nuklir Nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun