Tren jurnalisme warga semakin membangkitkan hasrat masyarakat untuk turut berparsipasi aktif dalam memberitakan sebuah berita. Orang berlomba-lomba menjadi yang pertama untuk memajang sebuah berita, menjadi yang pertama yang memberitakan kepada dunia. Apakah hal ini merupakan pertanda baik dalam kemajuan jurnalistik ataukah sebuah hal yang patut untuk dicermati lebih dalam lagi?
Jurnalisme warga didasari oleh gagasan bahwa masyarakat yang tidak mengalami pelatihan maupun pendidikan jurnalisme profesional dapat memanfaatkan peralatan teknologi modern dan internet global untuk berkreasi, melengkapi maupun memeriksa fakta-fakta yang diberitakan dalam media (Gani, 2016). Orang awam memiliki pemikiran bahwa dengan berbekal peralatan canggih serta koneksi internet, mereka dapat membuat sebuah berita dan menerbitkannya pada internet. dengan melakukan kegiatan seperti itu masyarakat berpikir mereka sudah layak untuk disebut sebagai jurnalis.
Padahal pada dasarnya seseorang baik jurnalis maupun orang awam haruslah mengerti beberapa hal mengenai berita agar karya mereka dapat disebut layak. untuk menerbitkan sebuah berita setidaknya seorang harus menguasai ilmu jurnalistik dasar ini (penulisan berita), meliputi,
- Pengertian berita
- Nilai berita (news values)
- Unsur-Unsur Berita (5W+1H)
- Struktur naskah berita
- Bahasa Jurnalistik/Bahasa Media
- Etika penulisan berita (kode etik jurnalistik).
Tetapi partisipasi jurnalisme warga tidak hanya berhenti pada menulis berita namun menurut Lasica Jurnalisme warga dapat diklasifikasikan kedalam beberapa tipe. Tipe yang pertama adalah pertisipasi pemirsa, partisipasi yang dimaksud adalah berkomentar pada kolom yang sudah disediakan dalam sebuah berita online, atau situs, blog pribadi.Â
Disini mungkin saja warga dapat memberikan klarifikasi mengenai sebuah berita yang belum tentu benar namun sudah diterbitkan, atau menambahkan informasi yang diketahuinya agar semakin memperlengkap berita. Tipe yang kedua adalah berita dan informasi situs-situs independen, tipe ini biasanya memiliki 'lapak' atau situs tersendiri yang digunakan untuk menerbitkan berita mereka,seperti blog,akun sosial media.Â
Dimana mereka bebas menginfokan berbagai kejadian dalam postingan mereka tersebut. Tipe ke tiga adalah berita dengan partisipasi penuh, contohnya adalah ohmynews tipe ini biasanya memiliki 'lapak' atau situs tersendiri yang menyediakan berita yang netral. Biasanya yang mengasuh situs ini adalah gabungan dari profesional dan amatir, sehingga seperti berita pada umunya sebelum diterbitkan juga melalui proses gate keeping.Â
Intinya jurnalisme warga atau publik atau jurnalisme partisipatif adalah partisipasi aktif warga negara dalam mengoleksi, melaporkan, menganalisis dan menyebarluaskan berita dan informasi. Jurnalisme warga adalah bentuk khusus dari media warga yang informasinya berasal dari warga itu sendiri.
Tren ini kemudian menjadi kontroversi karena beberapa menilai bahwa warga dalam memberitakan sebuah berita tidak mementingkan unsur kemanusiaan pada korban dan juga dampak yang dapat ditimbulkan oleh berita yang mereka tuliskan tersebut. Tetapi disisi lain beberapa profesional jurnalis optimis bahwa melalui jurnalisme warga ini dapat mendongkrak jurnalisme yang bersifat tradisional. Sehingga setiap orang berhak memberitakan sebuah kebenaran tanpa adanya sikap ekslusif yang selama ini terjadi.Â
Keuntungan Jurnalisme Warga
Keuntungan beragam dapat diraih dengan adanya citizen journalism. Keuntungan yang pertama adalah beragamnya bentuk pilihan dari tema berita, sudut pandang penulisan berita, sehingga masyarakat memiliki berbagai alternatif untuk sebuah informasi yang ingin didapatkannya. Masyarakat yang awalnya terpaku pada isu-isu yang terkadang tidak memiliki nilai proxymity dengan mereka harus rela menelan bulat-bulat info tersebut karena tidak memiliki pilihan. Tetapi beda hal dengan yang terjadi saat ini, melalui blog dan adanya jurnalisme warga seseorang dapat memilih informasi apa yang cocok untuk diakses oleh dirinya.
keuntungan lainnya datang dari segi kekuasaan, dahulu siapa pun yang memegang kendali atas media juga berarti memegang kendali penuh atas pembentukkan opini pada masyarakat. Dapat mempengaruhi opini publik berarti ia memiliki kekuatan (power) yang besar. Jurnalisme warga kemudian hadir untuk membantah hal terseut, ia dapat menjadi pengawas atas kekuatan tersebut dan juga dapat sebagai bagian dari lembaga maupun pribadi.Â