Mohon tunggu...
amaliyah nurul hidayah
amaliyah nurul hidayah Mohon Tunggu... Guru - ilmu alam dan sosial learner

pembelajar seumur hidup

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stunting di Jember

19 November 2022   17:34 Diperbarui: 19 November 2022   17:36 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stunting merupakan masalah yang mengkhawatirkan karena menyangkut generasi bangsa Indonesia. Angka prevalensi stunting nasional berdasarkan SSGI (2021) adalah 24,4%. Pemerintah Indonesia yaitu Wakil Presiden RI yang merupakan Ketua Pengarah Tim Percepatan Penurunan Stunting (TP2S) Pusat bertugas memberikan arahan terkait penetapan kebijakan penyelenggaraan percepatan penurunan stunting serta penyelesaian kendala dan hambatan penyelenggaraan percepatan penurunan stunting secara efektif, konvergen dan terintegrasi dengan melibatkan lintas sektor di tingkat pusat dan daerah. 

Pemerinya telah memasukkan penurunan stunting sebagai program prioritas sebagaimana termaktub dalam RPJMN 2020-2024 dengan target nasional pada tahun 2024 adalah prevalensi stunting turun hingga 14% (Kementerian Sekretariat Negara RI Sekretariat Wakil Presiden, 2022).

Stunting merupakan istilah yang menunjukkan masalah pertumbuhan pada anak akibat kurang gizi. Stunting adalah keadaan tubuh yang sangat pendek dibandingkan standar baku WHO-MGRS (multicentre growth reference study). Stunting bukanlah penyakit yang sebab utamanya adalah genetik, namun justru akibat dari kurang gizi kronis di 1000 hari pertama kehidupannya.

Stunting disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam jangka waktu cukup lama (kronis) sehingga berdampak terhadap gangguan pertumbuhan yang diindikasikan oleh lambatnya penambahan tinggi badan anak dibandingkan standar usianya. 

Stunting dapat dicegah dengan tiga cara yaitu perbaikan pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih. Namun berdasarkan Mantan Menteri Kesehatan RI, Nila Moeloek, kesehatan merupakan masalah di hilir yang disebabkan oleh masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan dan degradasi lingkungan (P2PTM Kemenkes RI, 2018).

Kabupaten Jember menempati zona kuning dengan kasus stunting mencapai 23%, sementara kasus stunting nasional pada angka 24,4%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa stunting di Kabupaten Jember pada taraf yang mengkhawatirkan sehingga perlu pencegahan agar supaya tidak bertambah jumlahnya.

Kepala BKKBN RI, dr. Hasto Wibowo, dalam kunjungannya ke Pemkab Jember menyampaikan bahwa Pemerintah Daerah Jember diharapkan dapat memberikan bantuan yang tepat sasaran langsung ke Ibu hamil, bayi dan keluarga. 

Tepat sasaran dapat diukur dari usia PUS (pasangan usia subur), sanitasi dan status gizi. Pendataan dan monitoring keluarga beresiko pun perlu dilaksanakan, yang dimaksud keluarga beresiko adalah pasangan usia subur berusia 36 tahun, pasangan berusia terlalu muda yaitu 16 tahun.

Status sanitasi seperti ketersediaan air bersih layak minum dan kebersihan rumah juga menjadi faktor resiko terjadi stunting. Keluarga yang merawat ibu hamil dan bayi harus mengetahui pentingnya gizi bagi pertumbuhan bayi, makanan seperti mie instan dan cilok mengandung gizi yang rendah dan lebih baik diganti telur yang sudah bisa dipastikan mengandung gizi yang baik (Pemkab Jember, 2022).

Bayi yang mengalami masalah kurang gizi atau malnutrisi selama 1000 hari pertama kehidupannya sehingga mengalami stunting merupakan indikator akan terjadinya penurunan produktivitas masyarakat di masa mendatang (Siti Helmyati dkk., 2018). 

Menurut WHO, stunting dapat terjadi akibat asupan nutrisi yang buruk, infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang tidak mencukupi (Saadah, N., 2020). Menurut Dr. dr. Diah Rumekti Hediati, Sp.OG, stunting pada anak dapat disebabkan oleh faktor genetik, asupan nutrisi yang kurang saat dalam kandungan dan setelah lahir, infeksi berulang dan tingkat pengetahuan orang tua yang rendah (Humas fku UGM, 2022).

Keluarga terutama Ibu yang mengandung dan merawat bayi menjadi tonggak utama untuk pencegahan stunting, ibu yang tidak atau kurang peduli terhadap pemenuhan gizi bayi di 1000 hari kehidupannya akan menanggung penurunan produktifitas kehidupan keluarga.

Berdasarkan penelitian Rahayu dkk. (2021) diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang stunting pada balita di Desa Kedawung Kabupaten Banjarnegara pada kategori sedang dengan sumber informasi paling dominan adalah elektronik. Penelitian Murti dkk. (2020) terhadap kelompok Ibu dengan balita yang mengalami stunting diketahui memiliki pengetahuan yang kurang berkaitan dengan hubungan antara gizi balita dan kejadian stunting.

Pencegahan stunting dimulai semenjak ayah dan ibu merencanakan kehamilan, yaitu pemenuhan gizi calon ibu hamil, ketika masa kehamilan, kelahiran hingga usia bayi 2 tahun. Supaya tumbuh kembang anak optimal maka ibu hamil harus dipastikan mengkonsumsi makronutrien seperti kabohidrat, protein dan lemak. 

Nutrisi lain yang juga sangat penting adalah konsumsi makanan dan minuman yang kaya vitamin dan mineral seperti zat besi, asam folat, kolin, magnesium, yodium, zinc, vitamin A, vitamin B dan vitamin D.  

Pemenuhan nutrisi penting dapat diperoleh dari makanan dan minuman seperti ikan, telur, daging, seafood, kacang, biji-bijian, susu, keju, yogurt, aneka buah dan sayuran. Langkah pencegahan stunting lainnya adalah rutin melakukan pemeriksaan kandungan yang bermanfaat untuk memantau tumbuh kembang janin dan mendeteksi apabila terdapat masalah pada kesehatan janin dan/atau ibu hamil (Humas fku UGM, 2022).

Daftar Pustaka

Humas fku UGM. 2022. Nutrisi Ibu Hamil sebagai Upaya Pencegahan Stunting. https://fkkmk.ugm.ac.id/nutrisi-ibu-hamil-sebagai-upaya-pencegahan-stunting/ diunduh pada tanggal 13 November 2022.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Ibu. Jakarta.

Kementerian Sekretariat Negara RI Sekretariat Wakil Presiden. 2022. Percepatan Penurunan Stunting. https://stunting.go.id/  diunduh tanggal 13 November 2022.

Murti, L.H., Budiani, N.N., Darmapatni, M.W.G. 2020. Hubungan pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan kejadian stunting anak umur 36-59 bulan di desa singakerta kabupaten gianyar. Jurnal Ilmiah Kebidanan : The Journal of Midwifery. 8.2.62-69.

Nurlailis Saadah. 2020. Modul Deteksi Dini Pencegahan dan Penanganan Stunting. Scopindo Media Pustaka. Surabaya.

Pemkab Jember. 2022. Gerak Bersama Turunkan Stunting di Jember. https://www.jemberkab.go.id/gerak-bersama-turunkan-stunting-di-jember/ diunduh tanggal 13 November 2022.

Rahayu, T.H.S., Suryani, R.L., Utami, T. 2021. Gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang stunting pada balita di desa kedawung kecamatan susukan kabupaten banjarnegara. Borneo Nursing Journal (BNJ). 4.1. 10-17.

Siti Helmyati, Dominikus Raditya Atmaka, Setyo Utami Wisnusanti, Maria Wigati. 2020. STUNTING : Permasalahan dan Penanganannya. UGM Press. Yogyakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun