Mohon tunggu...
Amalina Haidah
Amalina Haidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Semarang

Pengagum bangunan bersejarah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kongres Pemuda II: Momen Berkumandangnya Lagu Indonesia Raya Pertama Kali

3 Mei 2023   15:52 Diperbarui: 3 Mei 2023   16:13 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Biola W. R. Soepratman di Museum Sumpah Pemuda (Sumber: Dokumentasi Pribadi, diambil pada 28 Februari 2023)

“Saya toh sudah beramal, berjuang dengan caraku, dengan biolaku. Saya yakin Indonesia pasti merdeka” – W. R. Soepratman.

Lahirnya Kongres Pemuda II dilatarbelakangi oleh kegagalan dalam menciptakan persatuan antar pemuda pada Kongres Pemuda I tahun 1926. Selain itu, faktor lain yang mendorong diselenggarakannya Kongres Pemuda II adalah masih belum disetujuinya bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. Sehingga, pada tanggal 2 Mei 1928 para pemuda melakukan sebuah pertemuan dan bersepakat untuk mengadakan Kongres Pemuda II di Gedung Indonesische Clubgebouw, Weltevreden (Batavia) yang sekarang beralamat di Jalan Kramat Raya No. 106, Kwitang, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat.

Panitia Kongres Pemuda II terdiri dari:

Ketua              :   Soegondo Djojopuspito

Wakil              :   Djoko Marsaid

Sekretaris     :   Moh. Yamin

Bendahara    :   Amir Syarifuddin

Panitia Kongres Pemuda II lainnya yaitu Johan Machmoed Tjaja (pembantu I), R. Katjasungkana (pembantu II), R. C. L. Sendoek (pembantu III), Dr. Johannes Leimena (pembantu IV), dan Mohammad Rochjani Soe’oed (pembantu V). Selain itu, Kongres Pemuda II ini juga dihadiri oleh seorang komisaris polisi Belanda yang bertugas mengawasi jalannya kongres agar tidak membahayakan pihak kolonial Hindia Belanda.

Salah satu hal yang menarik dari Kongres Pemuda II yaitu dilaksanakan selama dua hari dalam tiga tempat rapat dan ditiga gedung yang berbeda. Rapat pertama dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 1928 di Gedung Ikatan Pemuda Katolik (saat ini kondisi bangunan sudah rata dengan tanah). Rapat kedua dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1928 di Gedung Oost Java Bioscoop (sekarang bangunan sudah tidak ada dan diganti menjadi gedung Mahkamah Agung). Kemudian, rapat ketiga juga dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1928 di Gedung Indonesische Clubgebouw yang sekarang menjadi Museum Sumpah Pemuda. Kongres Pemuda II tersebut menghasilkan tiga putusan yaitu satu tanah, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia yang dikenal dengan ikrar Sumpah Pemuda.

Kongres Pemuda II yang dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1928 di Indonesische Clubgebouw, Kramat No. 106 juga menjadi momentum diperdengarkannya lagu Indonesia Raya untuk pertama kali. Pada saat itu, W. R. Soepratman selaku pencipta lagu Indonesia Raya tampil seorang diri dengan iringan instrumen biolanya. Soepratman menciptakan lagu Indonesia Raya atas dorongan sepotong artikel yang dimuat dalam surat kabar Persatoean Indonesia tanggal 1 September 1928. Surat kabar ini dikelola oleh Partai Nasional Indonesia (PNI) pimpinan Soekarno.

Brosur yang Dirilis oleh W. R. Soepratman dengan Judul Indonesia Raja (Sumber: Dokumentasi Pribadi, diambil pada 28 Februari 2023)
Brosur yang Dirilis oleh W. R. Soepratman dengan Judul Indonesia Raja (Sumber: Dokumentasi Pribadi, diambil pada 28 Februari 2023)

Setelah Kongres Pemuda II, W.R. Soepratman merilis partitur dan syair Indonesia Raya dalam surat kabar Sin po edisi 10 November 1928. W.R. Soepratman mendapatkan dukungan dari sahabatnya di bagian redaksi, yaitu Kwee Kek Beng dan Ang Yan Goan. Seiring dengan berjalannya waktu, lagu Indonesia Raya semakin dikenal oleh masyarakat luas dan kerap dinyanyikan sambil berdiri di setiap rapat perkumpulan. 

Hingga saat ini hal tersebut menjadi etika ketika menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Namun, Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang bernama De Graeff melarang lagu Indonesia Raya diperdengarkan dan dinyanyikan di setiap kegiatan yang melibatkan banyak orang dengan alasan ketertiban dan keamanan pada tahun 1929. Pemerintah kolonial Hindia Belanda beranggapan bahwa lagu Indonesia Raya adalah lagu organisasi bukan lagu kebangsaan.

W.R. Soepratman merilis kembali lagu Indonesia Raya dalam sebuah brosur dengan judul “Indonesia Raja (Lagoe Kebangsaan Indonesia)” seharga 20 sen. Kemudian pada tahun 1930 W.R. Soepratman dan Yo Kim Tjan merilis rekaman Indonesia Raya versi Keroncong di studio Populair, Pasar Baru, Weltevreden.

Diorama W. R Soepratman di Museum Sumpah Pemuda  (Sumber: Dokumentasi Pribadi, diambil pada 28 Februari 2023)
Diorama W. R Soepratman di Museum Sumpah Pemuda  (Sumber: Dokumentasi Pribadi, diambil pada 28 Februari 2023)

Apakah kalian tahu siapa itu W. R. Soepratman? Wage Rudolf Soepratman lahir pada tanggal 19 Maret 1903 di Dusun Trembelang, Desa Somongari, Kecamatan Kali Gesing, Purworejo, Jawa Tengah. Kemudian, pada tahun 1925 W. R. Soepratman pindah ke Bandung. Di Bandung ia bekerja sebagai wartawan surat kabar Kaoem Moeda dan Kaoem Kita. Soepratman juga terlibat aktif dalam pekerjaan nasional. Untuk menghormati jasa-jasanya, maka pada tanggal 17 Agustus 1960 pemerintah Republik Indonesia memberikan anugerah Bintang Mahaputera Anumerta III kepada W. R. Soepratman.

Jadi seperti itulah beberapa fakta unik di balik peristiwa Kongres Pemuda II. Nah, apakah kalian masih mengira bahwa lagu Indonesia Raya pertama kali diperdengarkan pada saat peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945?

Tim Penulis : Amalina Haidah dan Tiara Rohadatul Mahabbah

Tim Editor : Setiawati Ningsih dan Dwi Trisnawati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun