Mohon tunggu...
Amalia Ayu Fauziah
Amalia Ayu Fauziah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Public Administration Student

A Public Administration student with a passion for writing and listening to music. I am an introspective INFJ with a keen interest in government policies.

Selanjutnya

Tutup

Money

Implikasi Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

24 Juni 2023   14:25 Diperbarui: 24 Juni 2023   14:33 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Saat ini, Indonesia sudah siap untuk memasuki era green mobility. Era green mobility ini dialui dengan adanya pengembangan ekosistem kendaraan berlistrik yang merupakan kendaraan ramah lingkungan dengan didampingi oleh kemajuan teknologi.

Pengembangan kendaraan listrik ini dimulai pada saat pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-42 yang berlangsung pada tanggal 10-11 Mei 2023. 

Pada pertemuan tersebut, para pemimpin negara ASEAN menyepakati adanya kerja sama dan kolaborasi untuk pengembangan ekosistem kendaraan listrik dikarenakan kendaraan ramah lingkungan tersebut akan berdampak dalam mengurangi polusi udara dan menurunkan emisi gas rumah kaca yang merupakan salah satu komitmen Indonesia.

Selain manfaat dari ramah lingkungan, pemerintah dalam menekankan kendaraan listrik pun bertujuan untuk memperhitungakan standar keselamatan atau risiko kebakaran, mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) dan peningkatan efesiensi dan konservasi energi sektor transportasi.

Menurut Direktorat Jendral Ketenagalistrikan, bahwa mobil listrik jauh lebih efisien daripada mobil yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Penghematan biaya dari mobil listrik mencapai 50% sedangkan mobil listrik menempuh jarak 100KM membutuhkan daya 20 kWh atau setara Rp32.000 dan mobil BBM menempuh jarak 100KM membutuhkan 10 Liter atau setara Rp85.000.

Tantangan yang dihadapi dalam kendaraan listrik ditutupi oleh adanya kerja sama ini, diantaranya adalah peningkatan infrastruktur dan fasilitas pengisian ulang baterai; spesifikasi produk dan sumber daya; dan bagaimana mengatasi dan mengelola limbah dari baterai. 

Oleh karena itu, dengan adanya kerja sama ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan tantangan tersebut dan menjadikan negara-negara ASEAN sebagai pusat produksi global industri kendaraan listrik untuk mendukung ekonomi yang berkelanjutan.

Pengaruhnya Terhadap Ekonomi Indonesia

Presiden Indonesia, Joko Widodo, terus mendorong percepatan penggunaan kendaraan listrik melalui kebijakan Peraturan Presiden tentang percepatan pengembangan kendaraan bermotor listrik atau mobil listrik sebagai landasan bagi pelaku industri otomotif di Indonesia. 

Dengan adanya pengembangan kendaraan listrik ini sebenarnya dapat berpotensi terhadap pertumbuhan perekonomian di Indonesia, karena dapat dikatakan bahwa 60% komponen kendaraan listrik terbesar berada di baterai.

Bahan baku baterai berasal dari nikel. Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, dengan hal tersebut dapat diproduksi menjadi baterai yang akan digunakan untuk kendaraan listrik. Saat ini, banyak investor publik atau swasta dari luar negeri yang berinvestasi di pertambangan nikel Indonesia.

Investor yang datang ke Indonesia dan berinvestasi akan membawa keuntungan, seperti penambahan atau perbaikan infrastruktur, adanya pelatihan dan pendidikan dengan wawasan baru kepada pekerja tambang, kegiatan ekspor-impor terus berjalan dan pendapatan pajak terus menambah.

Dalam segi kapasitas nasional, hal ini juga dapat menjadikan Indonesia sebagai basis produksi dan ekspor kendaraan listrik. Dengan adanya nikel lalu diolah menjadi baterai, Indonesia dapat memproduksi kendaraan listrik dan akan diekspor kepada luar negeri dan menambah pasokan pajak dalam negeri.

Pengembangan ekosistem kendaraan listrik ini dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang baik dan positif. Hal ini diperkuat juga oleh hasil riset HSBC, yang mengatakan bahwa pada tahun 2028 dengan adanya pengembangan ekosistem kendaraan listrik dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,8%.

Riset HSBC juga mengatakan bahwa peluang tersebut bisa diraih dengan merinci tiga asumsi. Pertama, produksi feronikel yang diharapkan China telah memainkan peran penting dalam peningkatan ekspor logam olahan Indonesia. 

Jika Indonesia mendapatkan investasi sebesar US$30 miliar untuk tambahan kapasitas logam dan smelter, pertumbuhan ekonomi diproyeksi meningkat 0,15% poin.

Kedua, pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh 0,1% poin dengan asumsi pemerintah akan memperluas larangan ekspor bijih mineral, seperti bauksit dan tembaga. Ekspor bisa dilakukan jika bauksit dan tembaga telah diolah menjadi produk yang memiliki nilai tambah tinggi.

Ketiga, dengan asumsi peningkatan investasi untuk manufaktur kendaraan listrik, pertumbuhan ekonomi dalam negeri bisa bertambah 0,2% poin. Investasi ini meliputi pabrik baterai mobil listrik, pabrik baterai kimia, dan pabrik otomotif.

Dengan adanya kerja sama ini, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dan sebagai inovasi dalam industri otomotif anggota ASEAN. Selain itu, pemerintah diharapkan dapat menciptakan inovasi teknologi yang baik agar baterai berbasis nikel ini dapat lebih kompetitif agar dapat mewujudkan transportasi yang berkelanjutan dan rendah karbon melalui penggunaan kendaraan listrik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun