Written by Amalia Salwa, Oktober 2022
Pernahkah kalian mendengar tentang selogan "Diputar, dijilat, dicelupin"? Jelas kebanyakan dari kita akan langsung menjawab, itu iklan Oreo atau itu selogan dari promosi Oreo. Tanpa disadarai kata-kata itu terus berulang dan membuat kita langsung terkoneksi ke sesuatu objek atau hal tertentu. Inilah yang dipelajari dalam penelitian Pavlov, yakni tentang reflek yang diakibatkan oleh pembiasaan yang terus berulang.
Pada teori Pavlov, ia menggunakan anjing untuk penelitiannya. Mengutip dari doktersehat.com Pavlov menemukan bahwa, seiring waktu anjing mengeluarkan air liur tidak hanya ketika makanannya disajikan, tetapi saat orang yang memberinya makan tiba. Ini bisa diartikan bahwa bahwa kita dapat membentuk suatu respons dengan mengombinasikan dua stimulus, stimulus dalam penelitian Pavlov adalah makanan anjing dan lonceng (stimulus alami dan buatan). Di situasi normal, stimulus buatan ini tidak akan menghasilkan respons apapun. Namun, jika dikombinasikan dengan stimulus alami berulang kali maka, stimulus buatan ini akan menghasilkan respons yang sama dengan stimulus alami. Inti dari penelitian ini adalah membentuk suatu perilaku dari pembelajaran yang terjadi secara tidak sadar atau lebih dikenal dengan istilah classical conditioning.
Contoh dari teori yang dikemukakan Pavlov ini seperti: Ketika kamu menggunakan nada dering telfon yang sama dengan temanmu, maka bisa dipstiknan jika salah satu telfon kalian berbunyi maka kamu dan temanmu akan reflek memastikan apakah yang berpunyi itu telfonmu atau bukan. Contoh lainnya dapat kalian eksperimenkan sendiri bersama partner atau teman kalian. Caranya dengan menghitung mundur 3..2..1.. lalu cubit tangan partner ulangi hal ini sampai beberapa kali, setelah itu perhatikan ketika kamu menghitung mundur 3..2..1.. namun jangan mencubit tapi diam saja, perhatikan apa yang dilakukan temanmu, pasti reflek menghindar atau mengaduh. Itulah gambaran umum tentang teori yang dikemukakan oleh Pavlov.
Lalu sekarang bagaimana implikasinya dengan tingkah laku kita sehari-hari? Jika dilihat dari teori classical conditioning milik Pavlov, kebiasaan yang muncul pada diri kita itu berasal dari kegiatan yang terus berulang-ulang terjadi. Seperti halnya ketika kita mendengar alarm namun sudah terbiasa mengabaiannya, maka kita akan menjumpai waktu dimana sama sekali tidak mendengar alarm walau sudah bunyi berkali-kalipun. Dari sini kita akan membahas lebih lanjut bagamana sih pengaplikasian teori Pavlov dikehidupan sehari-hari agar kita mendapatkan impact yang positif.
Dari sini bersama kita pahami bahwa perilaku itu muncul karena kebiasaan yang diulang. Sekarang tugas kita adalah bagaimana membentuk kebiasaan-kebiasaan baik agar memiliki reflek yang positif. Berikut penulis kutip dari doktersehat.com mengenai tips-tips yang mungkin bisa membantu kamu dalam membangun kebiasaan yang positif:
- Ciptakan lingkungan yang baik dengan lingkungan yang tepat kita cenderung bisa mendapatkan ataupun mengeluarkan energi positif. Lingkungan yang memiliki sinergi baik dapat mengondisikan kamu untuk menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas.
- Ciptakan rutinitas positif sebelum tidur. Apapun jenis rutinitasnya selama itu positif dan tidak menggagu jam tidur maka buatlah terbiasa, agar kamu bisa mengondisikan tidur lebih awal. Kamu bisa melakukukannya dengan membaca buku, meredupkan lampu dan menjauhkan segala macam perangkat elektronik 30 menit sebelum tidur.
- Ajarkan perilaku yang baik kepada anak. Untuk orang tua yang sudah memiliki buah hati terapkanlah kebiasaan berbagi atau juga bisa dengan memberinya hadiah kecil sebagai reward atas perbuatannya. Hal ini dapat melatih tingkah laku buah hati agar tumbuh menjadi pribadi yang positif,
- Bagi kalian yang pecinta hewan peliharaan, maka tidak ada salahnya untuk memberikan pelatihan perilaku kepatuhan dasar atau trik khusus. Caranya dapat dengan memberinya tugas dan memberikan hadiah jika telah melakukan tugasnya dengan baik. Tujuannya adalah untuk membiasakan peliharaan agar tidak berperilaku agresif. Intinya kegiatan ini harus dilakukan secara continue atau berulang-ulang.
Jadi, untuk menutup tulisan ini penulis ingin memberikan sedikit kesimpulan tentang materi di atas. Refleks adalah suatu hasil dari kumpulan kebiasan-kebiasaan yang berulang. Respon atau reflek yang positif tak bisa lepas dari kebiasaan yang baik pula, maka dari itu tidak ada salahnya jika mulai sekarang kita memebiasakan diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik. sulit, susah move on, itu akan menjadi makanan sehari-hari ketika kita mulai membiasakan hal baik, tapi hasil melihat bagaimana kita tetap istiqomah terhadap proses.
Referensi
Salsabisa Silfia. 2022. Apakah Tingkah Laku Orangtua Berpengaruh pada Anak?, (Online), (https://www.kompasiana.com/silfiasalsabila0962/633ccf6d4addee63ba487b13/apakah-tingkah-laku-orang-tua-berpengaruh-pada-anak?page=all), diakses tanggal 5 Oktober 2022.
Haslinda. 2019. CLASSICAL CONDITIONING. Jurnal Network Media Vol: 2 No. 1, 2569 -- 6446, hal: 88, https://core.ac.uk/download/pdf/270308455.pdf.
Anis Herman. Teori belajar Pavlov, (Online), (https://hermananis.com/teori-belajar-pavlov/), diakses tanggal 6 Oktober 2022.
Septian Gerardus. 2021. Teori Pavlov dan Kaitannya dengan Pembentukan Perilaku, (Online), (https://doktersehat.com/psikologi/teori-pavlov-dan-kaitannya-dengan-pembentukan-perilaku/), diakses tanggal 7 Oktober 2022.
Maulana Robi. 2020. Teori Classical Conditioning -- Teori Belajar Pavlov, (Online), (https://www.psikologihore.com/teori-classical-conditioning/), diakses tanggal 7 Oktober 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H