written by Amalia Salwa- September, 2022
Kata mereka latihan, tugas, evalusi, ujian, dansebagainya bisa membuat kita tambah pintar dan mencapai cita-cita dengan mudah. Tapi mereka lupa apakah sebenarnya kita benar-benar butuh tugas atau ujian itu. Tidak peduli di sekolah, lingkungan perkuliahan, masyarakat maupun daily activity pasti kita didorong untuk mengerjakan tugas sepanjang hari. Bukannya makin rajin yang ada malah otak kita dipaksa jadi pegas dan emosi menjadi ngegas.
Inginnya produktif tapi malah jadi kerja rodi. Keluhan yang sering terlontar bagi mahasiswa yang baru memulai menata schedule di pagi hari. "kayaknya kemarin baru nugas, sekarang kok sudah ada deadline lagi sih" kira-kira seperti itu. Banyaknya tugas yang diberikan seiring kali memaksa seseorang untuk menjadi sibuk. Hal ini lah yang menghambat produktifitas setiap individu.
Orang dewasa seringnya mendapat tugas yang semakin hari semakin menumpuk dan memupuk yang akhirnya menjadi beban pikiran dan mental. Penat, lelah, stress, mager hingga burnout sudah menjadi konsumsi sehari-hari. Dibilang produktif juga tidak di katakan rajin juga ogah. Saking banyaknya tugas bisa menjadikan orang yang awalnya ingin produktif malah menjadi sibuk.
Bicara soal produktifitas banyak yang masih salah arti dalam menafsirkan kata ini. Sibuk itu bukan produktif. Kenapa bisa begitu? Karena, definisi sibuk dan produktif sendiri sudah berbeda. Ketika kamu sudah menemukan seperti apa produktif itu, kamu tidak akan merasa tercekik oleh deadline setiap harinya. Tapi coba lihat saat kita mengerjakan tugas yang terlalu banyak, pasti merasa tercekik, terburu-buru, sampai dimana kita malas untuk bersentuhan dengan tugas itu sendiri.
Sama halnya saat di sekolah atau bangku kuliah, mahasiswa pasti "can related" kalau bahasa gaulnya, ketika banyak tugas dari dosen atau guru yang deadline mepet. Memang benar jika kita melatih dan mengembangkan skill bisa lewat evaluasi atau tugas yang diberikan dosen, tapi terlalu banyak tugas juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan kita terutama mental dan pikiran. Impact yang seharusnya baik dan berkembangnya skill malah jadi tumpukan stres karena target yang terus bertambah.
Jadi, sekarang bagaimana cara kita agar tetap bisa belajar dan mengerjakan tugas itu dengan tidak mager dan terus produktif? Sebenarnya ada banyak ahli yang mengembangkan metode belajar yang menurut mereka efektif, salah satunya saya ambil teori pemikiran dari Edward Lee Thorndike, ia mengemukakan teori fungsionalistik. Contoh penerapan dari teori ini adalah Ketika zaman dahulu mengerjakan tugas biasa menggunakan kertas atau buku, namun sekarang sudah digantikan dalam bentuk file yang bisa dikumpulkan kapanpun dan dimanapun yang tentunya bisa lebih efisien.
Setelah ini kita bahas tips-tips agar terhindar dari meger belajar :
- Emosi yang terkendali. Pengendalian emosi sangat penting untuk dicapai. Berbeda dengan tokoh carton asal amerika Aang Namanya yang bisa mengendalikan berbagai macam elemen di bumi, kita juga harus bisa mengendalikan emosi. Salah satu caranya yaitu dengan mengatur waktu terlebih dahulu sebelum mengerjakan tugas. Jangan sampai kita terlalu memforsir diri untuk menyelesaikan target namun tidak peduli dengan emosi yang menumpuk dan berakhir menjadi bom waktu yang dapat meledak kapan saja.
- Berfikir jernih. Berfikir jernih atau berfikir positif sangat diperlukan bagi diri untuk mengendalikan keputusan yang kita ambil. Bukankah sering kita terlampau emosi karena pekerjaan yang menumpuk dan tak kunjung usai. Disini kita mencoba berfikir jernih adalah solusi yang tepat.
- To do list. Seperti yang saya tulis di atas, baik bagi kita untuk membuat list sebelum memulai mengerjakan tugas. Sekarang sudah banyak aplikasi yang bisa mempermudah kita untuk menulis schedule atau bisa dengan menggunakan sticky note berwarna agar lebih menarik. Dengan begitu kita bisa mengerjakan tugas yang sekiranya bersifat prioritas. Jangan melupakan hal paling penting dalam mengerjakan tugas, yakni konsisten!.
- Sepiritual yang matang. Kedekatan terhadap tuhan sangatlah dibutuhkan dalam proses kita menjalani kehidupan. Percaya atau tidak, spiritual yang mantap membuat kita jadi lebih tenang dalam mengambil langkah dan tidak mudah stres.
Jadi, bisa kita simpulkan kalau kita ingin cinta belajar maka harus dimulai dari manajemen diri terlebih dahulu. Kuncinya ada diefektifitas dan ke istiqomahan kita. Kalian bisa menerapkan metode belajar dari Thorndike untuk dapat merasakan efek efektif.
Sumber:
Maghfirotika Alin. 2022. Sekilah tentang Teori Fungsionalistik, (Online), (https://www.kompasiana.com/alinmaghfirotika1828/6334640bce8cab75da75a2d3/sekilas-tentang-teori-fungsionalistik), diakses tanggal 29 September 2022.
Artikel Psikologi Pendidikan, (Online), (https://www.katapendidikan.com/2022/03/artikel-psikologi-pendidikan.html), diakses tanggal 30 September 2022.
Bastian Oca. 2022. dakah Cara Nugas Abot tanpa Burnout ? Nomor 4 Wajib Kamu Lakukan..., (Online), (https://www.kompasiana.com/ocabastianariprasetia9105/62b03735c44f920e9d4c41c2/adakah-cara-nugas-abot-tanpa-burnout?page=3&page_images=1), diakses tanggal 30 September 2022.
Nandy. 2021. Pengertian Produktif dan Tips Tetap Produktif, (Online), (https://www.gramedia.com/best-seller/produktif/), diakses tanggal 30 September 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H