Selain itu, penelitian ini menyoroti potensi sinergi antara modulator splicing dan agen kemoterapi yang sudah ada. Dengan menggabungkan kedua pendekatan tersebut maka mungkin saja untuk dapat meningkatkan efektivitas pengobatan konvensional yang diiringi dengan minimalisasi efek samping yang merugikan. Pendekatan terapi yang dipersonalisasi dan terarah ini berpotensi mengubah lanskap pengobatan LMA anak.
Meskipun temuan penelitian ini sangat menjanjikan, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi sebelum modulator splicing dapat diimplementasikan secara luas dalam pengobatan LMA anak.Â
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami mekanisme yang mendasari deregulasi splicing dan dampaknya terhadap perkembangan penyakit. Selain itu, uji klinis dalam skala besar dengan melibatkan pasien LMA anak dari berbagai populasi diperlukan untuk menilai keamanan dan efektivitas modulator splicing dalam pengaturan dunia nyata.
Penelitian terkini tentang deteksi dan penargetan deregulasi splicing pada sel punca LMA anak telah memberikan wawasan berharga dan potensi target terapeutik baru.Â
Dengan mengidentifikasi kelainan splicing yang spesifik, para peneliti telah membuka jalan bagi strategi pengobatan yang baru. Penargetan deregulasi splicing menawarkan kemungkinan untuk menghambat pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel punca LMA. Penelitian dan uji klinis yang berkelanjutan akan menjadi kunci dalam menerjemahkan temuan ini menjadi terapi yang efektif, memberikan harapan untuk hasil yang lebih baik dan peningkatan kualitas hidup bagi anak-anak yang terkena LMA yang agresif ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H