Mohon tunggu...
Amalia Putri Salsabila
Amalia Putri Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Belajar mengekspresikan apa yang sedang dirasakan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengguncang Terapi Leukemia Anak: Deregulasi Splicing Terkuak

23 Mei 2023   20:11 Diperbarui: 23 Mei 2023   20:25 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kanker telah menjadi penyakit yang dikenal begitu mengerikan. Kasus kanker kian meningkat seiring dengan beberapa faktor seperti perubahan gaya hidup maupun faktor lingkungan. Leukemia menjadi salah satu kasus kanker yang hampir sering ditemukan. Kasus penyakit ganas tersebut menyerang orang dewasa serta diprediksi akan semakin banyak ditemukan pula pada anak-anak. 

Berdasarkan data yang diperoleh dari Global Burden of Cancer pada tahun 2020 menunjukan bahwa diestimasikan terdapat 11.156 kasus baru kanker pada anak usia 0 hingga 19 tahun di Indonesia, dengan kasus terbanyak adalah leukemia sebanyak 35%. Leukemia memiliki dua jenis yaitu akut dan kronis. 

Pada leukemia akut, perkembangan akan berlangsung lebih cepat dan memburuk dalam jangka waktu yang lebih singkat. Salah satu jenis leukemia akut yaitu Leukemia Mieloid Akut (LMA). Leukemia mieloid akut menjadi tipe leukemia yang lebih sulit diobati karena melibatkan adanya mutasi pada sel-sel tubuh penderitanya.

Leukemia Mieloid Akut (LMA) pada anak merupakan penyakit kanker yang kompleks dan agresif. Upaya untuk memahami mekanisme penyakit ini dan mengembangkan strategi pengobatan yang efektif terus dilakukan oleh para peneliti. Seperti kebanyakan jenis kanker, kemoterapi menjadi pengobatan leukemia yang telah umum dilakukan. 

Namun, belakangan ini ditemukan teknik pengobatan terbaru untuk penyakit kanker melalui proses terapi menggunakan sel punca. Terapi ini mulai banyak dikembangkan dalam penelitian karena dalam penerapannya secara klinis memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan kemoterapi. 

Mekanisme pengobatan melalui terapi sel punca memanfaatkan potensi sel punca yang dapat meningkatkan regenerasi organ dan jaringan yang rusak akibat sel kanker. Berbeda dengan terapi sel punca, kemoterapi memanfaatkan obat-obatan sitotoksik untuk membunuh sel kanker namun disisi lain juga dapat berpotensi merusak sel-sel yang sehat yang terdapat didalam tubuh penderitanya.

Terapi sel punca menggunakan sel yang diperoleh dari pasien dengan leukemia mieloid akut (LMA) maupun melalui donor yang cocok. Dalam terapi leukemia, penggunaan sel punca hematopoietik dipilih karena mampu memproduksi berbagai jenis sel darah, termasuk sel darah putih yang, diproduksi dan dilepaskan ke dalam peredaran darah. Sel punca hematopoetik dapat diperoleh dari transplantasi sumsum tulang dan sel punca dari darah tali pusat. 

LMA melibatkan sejumlah perubahan genetik yang dapat mempengaruhi fungsi normal sel-sel darah. Salah satu aspek yang penting dalam LMA adalah deregulasi splicing, yaitu perubahan dalam proses pengaturan DNA selama transkripsi RNA. Deregulasi splicing dapat mempengaruhi produksi protein yang tepat dan berkontribusi pada perkembangan dan keganasan sel kanker. Penelitian terbaru mengungkapkan cara mengobati LMA pada anak yaitu dengan deregulasi splicing dalam sel punca LMA anak. 

Splicing adalah proses penting dalam sel yang menghasilkan molekul RNA matang dari molekul RNA prekursor. Deregulasi splicing dapat menyebabkan ekspresi gen yang tidak normal dan berkontribusi pada perkembangan dan progresi kanker. Dengan menggunakan teknik genomik modern, para peneliti berhasil mengidentifikasi kelainan splicing khusus yang hanya terjadi pada sel punca LMA anak yang tidak terjadi pada sel yang sehat. Kelainan ini mempengaruhi gen-gen penting yang terlibat dalam pertumbuhan, kelangsungan hidup, dan diferensiasi sel.

Penemuan deregulasi splicing pada sel punca LMA anak merupakan terobosan signifikan dalam pemahaman penyakit ini. Pengobatan LMA sebelumnya lebih difokuskan pada penargetan mutasi genetik spesifik, namun dengan adanya penemuan kelainan splicing, muncul peluang baru dalam intervensi terapeutik. Dengan menargetkan deregulasi splicing, diharapkan pertumbuhan sel punca LMA dapat terhambat dan memberikan pendekatan pengobatan yang lebih komprehensif.

Penargetan deregulasi splicing memiliki potensi besar dalam pengembangan terapi baru untuk LMA anak. Para peneliti sedang menjelajahi berbagai strategi untuk mengembalikan pola splicing yang normal dan secara selektif mengeliminasi sel punca LMA. Salah satu pendekatan yang sedang dikembangkan adalah menggunakan senyawa kecil yang disebut modulator splicing, yang dapat memperbaiki kelainan splicing dan mengembalikan ekspresi gen yang tepat. Studi pra-klinis awal telah menunjukkan hasil yang menjanjikan, dengan mengurangi pertumbuhan dan perbanyakan sel serta meningkatkan diferensiasi sel LMA setelah perlakuan dengan modulator splicing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun