Mohon tunggu...
Amalia Nurusshifaa
Amalia Nurusshifaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah santri sekaligus mahasiswa di salah satu kampus dan pesantren di Temanggung.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wajib Belajar Dua Belas Tahun Prespektif Antropologi Pendidikan

6 Juli 2023   09:47 Diperbarui: 6 Juli 2023   09:55 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

WAJIB BELAJAR DUA BELAS TAHUN

PRESPEKTIF ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

Oleh : Amalia Nurusshifa (2121007) INISNU Temanggung

Antropologi pendidikan sebagai disiplin ilmu

 Ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, psikologi dan antropologi memiliki perspektif yang dapat mendeskripsikan, menjelaskan, menganalisis pendidikan ketika pendidikan dipandang sebagai fenomena, fenomena sosial. Antropologi pendidikan adalah studi akademik tentang sistem pendidikan dari perspektif budaya. Antropologi pendidikan adalah generalisasi tentang orang dan perilakunya menurut fakta pendidikan. Antropologi pendidikan adalah disiplin antropologi  termuda  dan dianggap  sebagai cabang independen dari disiplin antropologi dengan jangkar akademik. Antropologi pendidikan muncul sebagai disiplin di abad ke-20. Antropologi pendidikan berusaha menemukan pola-pola dalam budaya belajar suatu masyarakat yang dapat menciptakan perubahan sosial. Antropologi pendidikan menyajikan penerapan teori dan metode  untuk mempelajari perilaku persepsi masyarakat yang berkaitan dengan pendidikan. Oleh karena itu, antropologi pendidikan sendiri berusaha untuk memperluas pandangan tentang pendidikan  dari perspektif budaya. Ki Hajar Dewantara (Tiaar, 2002) menjelaskan dengan lima prinsip  wardhana bagaimana pendidikan terapan tidak lagi berorientasi pada penilaian hasil belajar, tetapi memiliki lima arah: pengembangan intelektual, pengembangan artistik emosional, pengembangan rasa cinta tanah air, pengembangan keterampilan atau keterampilan dan perkembangan fisik.

 Sebagai salah satu cabang ilmu sosial, antropologi memiliki ciri empiris deskriptif, artinya  berbicara sebagaimana adanya. Antropologi menggambarkan fenomena sosial dan perilaku manusia sebagai makhluk individu dan sosial dari kelompok etnis tertentu yang dapat dilihat (dipandang), diraba atau dilihat dengan mata. Antropologi adalah cabang ilmu sosial yang mempelajari budaya  masyarakat. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis dan sosial. Antropologi dan sosiologi sekilas hampir sama tetapi berbeda, antropologi berfokus pada populasi yang merupakan satu masyarakat  sedangkan sosiologi berfokus pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.

 Banyak orang menganggap pendidikan sebagai syarat kehidupan ekonomi karena berkaitan dengan kualitas kehidupan ekonomi mereka. Mereka berharap  pendidikan dapat meningkatkan kualitas ekonomi mereka. Tujuan antropologi pendidikan bukan untuk menghasilkan antropologi pendidikan, melainkan untuk meningkatkan visi pengetahuan  pendidikan melalui perspektif budaya. Selain itu, antropologi pendidikan merupakan alat yang digunakan untuk mempelajari praktik pendidikan pada komunitas tertentu atau masyarakat pada umumnya.

 Dua Belas Wajib Belajar sebagai Sistem Pendidikan di Indonesia Perspektif Antropologi Pendidikan

 Setelah tahun 2009, pemerintah memulai wajib belajar 9 tahun, pada Juni 2015, pemerintah memperkenalkan wajib belajar 12 tahun. Secara umum, sistem pendidikan nasional di Indonesia memiliki tiga jenjang  yang kemudian dikenal dengan wajib belajar 12 tahun. Memperluas hak atas pendidikan. Mengurangi perbedaan tingkat pendidikan  menengah antar kelompok masyarakat. Tujuan wajib belajar 12 tahun adalah untuk meningkatkan kualitas dan daya saing bangsa.

 Sebagaimana telah dijelaskan di atas, tujuan antropologi pendidikan bukanlah untuk menciptakan antropologi pendidikan, melainkan untuk memberikan gambaran tentang pengetahuan  pendidikan melalui perspektif budaya. Wajib belajar 12 tahun yang  diterapkan di Indonesia  ditinjau dari perspektif antropologi dan diteliti bahwa sistem ini telah menjadi sosial budaya  masyarakat Indonesia. Wajib belajar selama dua belas tahun ini mencegah orang Indonesia  putus sekolah atau tidak melanjutkan sekolah. Keberhasilan program tersebut didorong oleh berbagai fenomena pendidikan yang belum terselesaikan, antara lain: (1) masalah partisipasi/akses pendidikan, (2) masalah efektivitas pendidikan, (3) masalah efektivitas pendidikan, dan ( 4) masalah signifikansi pendidikan. Masalah partisipasi atau capaian pendidikan adalah hubungan atau perbandingan antara input pendidikan (raw input) atau jumlah orang yang tertampung dalam satuan pendidikan. Permasalahan tersebut terkait dengan kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan, kemampuan keuangan orang tua, kondisi fisik dan psikis calon siswa, keterbatasan kemampuan pendidikan dan keterjangkauan tempat belajar. Masalah efisiensi pendidikan mengacu pada proses dimana input produksi (input mentah) diubah atau diubah menjadi produk (output). Salah satu cara untuk menentukan kualitas perubahan pendidikan adalah dengan menghitung gesekan pendidikan, yaitu jumlah siswa yang putus sekolah, mengulang, atau putus sekolah lebih awal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun