Mohon tunggu...
Amalia Nurusshifaa
Amalia Nurusshifaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah santri sekaligus mahasiswa di salah satu kampus dan pesantren di Temanggung.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akhlak Terpuji dalam Budaya Antre bagi Santri

23 Juni 2022   13:54 Diperbarui: 23 Juni 2022   14:10 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Antre dan mengantre. 

Setelah mendengar kata itu biasannya kita akan langsung teringat dengan santri. Karena santri biasanya tidak lepas dengan budaya antre. Bahkan kebanyakan orang mengartikan singkatan dari kata santri adalah "sabar mengantre". 

Di kehidupan pesantren antre merupakan hal yang sudah menjadi pemandangan sehari-hari, karena banyaknya jumlah santri di dalam suatu pesantren, maka segala kegiatan harus dilakukan secara bergantian dan dengan tertib. Dari kegiatan mengambil jatah makan, mandi, wudhu, bahkan berjalan menuju tempat mengaji pun harus mengantri, dan masih banyak kegiatan lain yang harus dilakukan dengan mengantre.

Dengan demikian, mengantre telah menjadi budaya santri dalam kehidupan di pesantren. Seperti di Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Pondok pesantren Darul Muttaqien adalah salah satu pesantren salaf yang berada di wilayah kabupaten Temanggung yang didirikan oleh kyai kharismatik yaitu Almaghfurlah KH. Cholil Asy'ari pada tahun 1965, yang lokasi di dusun Bolong, desa Ngaditirto, kecamatan Selopampang, kabupaten Temanggung, provinsi Jawa Tengah. Meskipun berlokasi di pegunungan, Darul Muttaqien memiliki banyak santri. Saat ini jumlah santri mencapai 1500 yang terdiri dari santri putra dan santri putri dengan 55 ustadz dan ustadzah. Santri di pesantren tersebut berasal dari berbagai daerah seperti Temanggung, Magelang, Kendal, Semarang, Pekalongan, Jakarta dan ada beberapa yang berasal dari luar jawa seperti Jambi, Palembang, Riau, dan Kalimantan.

Ribuan santri di Pondok Pesantren Darul Muttaqien tersebut terbagi menjadi 2 komplek. yaitu komplek santri putra yang bernama Abdurrahman dan komplek santri putri yang bernama Assiyatul Karimah. 

Banyaknya santri membuat semua kegiatan di komplek ini menjadi serba antre dalam hal apapun. Hal ini tidaklah menjadi sebuah masalah, karena antre dan mengantre merupakan budaya yang sudah melekat pada diri santri. 

Untuk itu, apakah budaya antri di pondok pesantren Darul Muttaqien memiliki nilai positif bagi santri? Atau mengandung nilai negatif? Seperti yang kita sering dengar, di Indonesia sudah banyak sekali berita mengenai korban  akibat mengantre bantuan dari pemerintah untuk penduduk tidak mampu. 

Mereka bahkan mendorong orang-orang  didepannya agar segera mendapatkan jatahnya lebih dahulu. Namun, berita itu sangatlah bertolak belakang dengan kehidupan di pesantren. Budaya antre di pesantren sangatlah memiliki nilai-nilai positif seperti penanaman karakter dan akhlak terpuji bagi santri. Antre, mengantre, dan hasil mengantre merupakan sebuah kenikmatan yang sungguh luar biasa bagi para santri. 

 Diantara beberapa Akhlak Terpuji yang bisa didapatkan dari budaya antre dan mengantre bagi santri adalah:

1. Menanamkan nilai-nilai sabar di diri santri

2. Menanamkan sikap tertib

3. Menanamkan sikap tawakkal

4. Menanamkan sikap bersyukur

5. Mempererat tali persaudaraan, dan masih banyak lagi nilai-nilai positif lainnya. 

  Maka dari itu, santri harus selalu bersyukur atas semua hal apapun yang terjadi. Karena semua yang terjadi pasti ada hikmah dan pelajaran untuk kehidupan dunia sampai akhirat. Aamiin. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun