Judul Buku: Kerumunan Terakhir
Pengarang: Okky Madasari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2016
Harga: Rp80.000,-
Novel ini mengisahkan tentang seorang laki-laki yang bernama Jayanegara. Dalam kehidupan sehari-hari Jaya hidup sebagai manusia yang kalah dalam kehidupan. Ia berhenti kuliah, ayahnya yang hobi main perempuan, kemudian ibunya yang minggat dari rumah lantaran tidak sabar menghadapi ayahnya. Â
Hingga suatu hari yang tak direncanakan, Ia pergi ke Jakarta menemui Maera-pacarnya yang merantau di sana. Jaya kemudian memutuskan tinggal disana. Kemudian atas permintaan dari Maera. Jaya kemudian mulai mencari lowongan kerja di internet. Dari sinilah perlahan Jaya mulai mengenal internet, twitter, dan Facebook.
Berangkat sebagai orang yang gaptek, perkenelan Jaya dengan dunia internet memberikan panggung  bagi Jaya sebagai orang yang kalah dikehidupan nyata .  Ia kemudian lahir sebagai Matajaya di media sosial. Pengalaman bermedia sosial yang didapat Jaya. Membuat Jaya menjadi manusia yang haus perhatian.  Ia menjual kisah kehidupannya dan membual tentang kehidupannya demi mendapat perhatian dari orang lain. Namun akhirnya, seiring berjalannya waktu. Perbuatan Jaya tersebut membuat Jaya kena batunya. Ia dilaporkan ke polisi atas pencemaran nama baik ayahnya.
Selain itu, novel ini juga mengangkat permasalahan-permasalahan realistis yang hadir diantara kita. Seperti pencemaran nama baik, konflik keluarga, pelecehan, generasi muda yang apatis, serta dampak internet bagi kehidupan. Meskipun mengangkat permasalahan sosial yang disebabkan oleh internet. Novel ini sangat seru dibaca.
Dalam novel ini kita akan bertemu dengan kontradiksi-kontradiksi realitas anatara dunia nyata dan dunai semu, cara berpikir yang bertolak belakang antara Maera dan Jaya, karakter prof Sukendar-bapak Jaya yang hobi main wanita tapi masih menjadi ayah yang penyayang bagi anak-anaknya. Petualangan JayaÂ
Novel ini akan membuka mata kita, bahwasanya ketika bermedia seharusnya kita tidak mudah kagum dan percaya terhadap sesuatu, hanya karena banyak orang yang menyebarkan bukan berarti itu suatu hal yang benar. Kita akan menemukan pengaruh media sosial, bahwasanya betapa sebuah unggahan dapat menyebabkan manusia menjadi bersumbu pende, mudah terpancing emosi, dan mudah menghakimi orang-orang yang dianggap bersalah. Namun, perlu diingat sebaiknya novel ini dibaca oleh pembaca yang berusia 17+ tahun keatas. Meskipun novel ini tidak dikhususkan untuk pembaca tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H