Mohon tunggu...
Andi Rohani Amalia
Andi Rohani Amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

Need nothing more, want nothing else.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kerja Sama antara UMKM dan Pemerintah dalam Menghadapi Resesi Ekonomi 2023

23 Desember 2022   23:32 Diperbarui: 24 Desember 2022   00:30 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Resesi ekonomi 2023 sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat, khususnya masyarakat di Indonesia. Menjelang penghujung tahun 2022, Indonesia dikejutkan dengan Sri Mulyani yang memproyeksikan bahwa dunia akan masuk ke dalam jurang resesi ekonomi di 2023. Badan Kebijakan Fiskal dari Kementerian keuangan menjelaskan bahwa tanda-tanda resesi ekonomi di 2023 semakin terlihat jelas. 

Rahadian Zulfadin, selaku Analisis Kebijakan Ahli Madya Pusat Kebijakan Ekonomi Makro BKF Kementerian Keuangan menjabarkan beberapa kejadian yang menguatkan tanda dari resesi 2023 tersebut:

1.Perang Rusia-Ukraiana yang tak kunjung berakhir yang mengakibatkan terganggunya keamanan pangan dan rantai pasok kemudian pada akhirnya akan berujung ke kenaikan harga
2.Akibat kenaikan harga, maka inflasi tidak akan bisa dihindari apalagi di Eropa dan Inggris. Inflasi ini tentu akan mempengaruhi suku bunga. Jika suku bunga meningkat, maka ekonomi akan melemah
3.Banyak negara yang juga menaikkan suku bunganya sebagai respon dari inflasi, sepertinya contohnya di Brazil
4.Tren PMI manufaktur yang kian menurun
5.Berdasarkan dari data IMF pada Oktober 2022, perekonomian dunia pada 2023 diproyeksikan akan mengalami penurunan 2.7% dibanding proyeksi awal 2.9%

Lantas bagaimana kesiapan Indonesia menghadapi resesi 2023 ini? Di tengah ketidakpastian yang terjadi di perekonomian global, Indonesia masih dinilai memiliki performa yang impresif. Hal ini tidak luput dari pemerintah Indonesia yang masih mengutamakan people first policy yang sudah diterapkan semenjak pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional (PEN). Pertumbuhan ekonomi di Indonesia, dilansir dari Ekonom INDEF, Ariyo DP Irhamna, masih akan mendapatkan tren positif sebesar 5% di tengah pertumbuhan ekonomi global yang akan mengalami perlambatan akibat naiknya harga energi dan komoditas pangan. 

Menurutnya, hal ini di dukung dari kegiatan ekspor dan impor Indonesia yang tidak terlalu berkaitan erat dengan ekonomi global yang pada akhirnya resesi ekomomi 2023 tidak akan memberikan dampak yang besar bagi Indonesia. Walaupun harga komoditas sudah dipastikan akan terkena imbas resesi.

Namun neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2022 masih mengalami capaian positif dimana neraca perdagangan mengalami surplus selama 30 bulan berturut-turut semenjak Mei 2020 dan semua ini berkat peningkatan harga komoditas terhadap barang eskpor di Indonesia. Di November 2022, PMI Indonesia masih di angka aman yaitu 50.4, begitupun dengan jumlah pengangguran yang mengalami penurunan menjadi 5.68% semenjak Agustus 2022.

Berdasarkan penjelasan tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa UMKM lagi-lagi terbukti mampu menjadi garda terdepan yang bisa dijadikan sebagai solusi. UMKM Indonesia terbukti bisa menjadi basis dari ekonomi nasional yang kuat disaat Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1998 dan pada saat pandemi Covid-19. UMKM yang jumlahnya banyak dan memiliki daya serap tenaga kerja besar secara tidak langsung membantu Indonesia untuk menambah PDB di Indonesia dan mengurangi angka pengangguran. Lalu apakah UMKM mampu sekali lagi diandalkan untuk tetap menyokong perekonomian Indonesia di tengah guncangan resesi ekonomi di tahun 2023?

Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Republik Indonesia, Sandiaga Uno, UMKM merupakan pasar potensi untuk industri jasa keuangan, UMKM pun terbukti mampu secara cepat mencari potensi pasar ekspor, dan UMKM merupakan penyerapan kredit terbesar. Sekilas mengenai UMKM, jika ditarik dari sejarahnya, pada zaman orde baru, posisi UMKM sangat dikesampingkan. 

Hanya usaha-usaha besar yang akan diberikan akses dan keleluasan untuk berjalan. Namun, seiring berjalannya waktu, UMKM mampu tetap bertahan dan menjadi aset berharga bagi Indonesia. UMKM di Indonesia yang pada awalnya banyak berpusat di daerah pedesaan dimana kelompok usaha ini menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi pedesaan, semakin berjalannya waktu, mampu meningkatkan UMKM mereka dari tingkat daerah, ke nasional, bahkan tak sedikit yang menembus pasar global.

ASEAN Investment Report mengabarkan bahwa per September 2022, Indonesia memiliki UMKM dengan jumlah terbanyak di kawasan ASEAN. Pada tahun 2021, UMKM di Indonesia diperkirakan mencapai 65,46 juta unit. Di tahun 2021, tercatat bahwa UMKM Indonesia memiliki 97% kemampuan untuk menyerap tenaga kerja, memberi sumhangsih sebesar 60.3%  terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), dan berkontribusi 14.4% terhadap kegiatan ekspor nasional.

Melihat laporan diatas dan seberapa besar peluang sukses yang ditimbulkan ketika menjadi pelaku UMKM, pertanyaan mengenai apa yang membuat UMKM mampu menjadi pilar ekonomi bangsa terutama di saat sulit muncul di benak kita. Mengutip dari buku Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia yang ditulis oleh Tulus Tambunan, berikut merupakan alasan mengapa peran UMKM sangat besar untuk menopang suatu negara di masa sulit, termasuk saat menghadapi dampak resesi 2023 yang akan datang:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun