Contoh selanjutnya tentu apartemen, tempat dimana cerita berfokus. Apartemen merupakan bagian dari memori indah Kousuke, Natsume, dan Kakek.Â
Layaknya bangunan yang lain, apartemen, Pasaraya, dan bianglala terlihat berlumut, berantakan, dan tidak terurus. Hal ini karena bangunan-bangunan itu tidak pernah lagi dikunjungi oleh para tokoh. Mulai terbengkalai karena sekarang hanya sebagai memori.
Masih berhubungan dengan bangunan. Tiap bangunan yang terbengkalai memiliki "penghuninya" masing-masing. Berbeda dengan budaya Indonesia yang mana penghuni dari sebuah bangunan adalah hantu, di film Drifiting Home, penghuni dari sebuah bangunan adalah sebuah jiwa. Jiwa dari apartemen lama tempat tinggal Kousuke dan Natsume bernama Noppo.
Saya juga menginterpretasikan Noppo sebagai Kakek Yasuji. Alasannya karena Natsume memiliki keterikatan dengan Noppo sejak awal. Berbeda dengan teman-temannya, Natsume selalu menunjukkan simpatinya kepada Noppo. Dia yang pertama kali menerima Noppo, dia juga yang selalu kembali kepada Noppo.
People Shows Grief Differently
Salah satu aspek dari film ini yang menarik buat saya adalah bagaimana dua karakter utama menunjukkan duka yang berbeda atas kehilangan satu orang yang sama.
Kousuke berduka dengan menampis dan menghindari hal-hal yang menyebabkan kesedihannya. Kousuke menunjukkan rasa tidak sukanya tiap kali teman-temannya mengajaknya main di lingkungan sekitar apartemen. Tidak hanya itu, Kousuke tidak lagi berteman atau bahkan menghindari Natsume. Apartemen dan Natsume adalah dua hal yang mengingatkannya kepada Kakek.
Berbeda dengan Kousuke, apa yang dirasakan Natsume bisa dispesifikasikan sebagai denial. Ia tidak bisa menerima fakta bahwa tidak akan ada lagi Kakek yang bisa memberinya kasih sayang dan peluk hangat. Oleh karena itu dia terus datang ke apartemen sebagai coping mechanism, tempat memori indahnya bersama Kakek dan Kousuke banyak terbentuk.
Tapi, kenapa kok rasanya Natsume lebih sedih atas kematian Kakek ketimbang Kousuke? Padahal Kousuke kan cucunya?
Bagi Natsume, kehilangan Kakek sama dengan mengucapkan selamat tinggal sekali lagi sejak ia berpisah dengan ayahnya. Ingat kan bahwa Kakek merupakan obat dari luka setelah kedua orang tuanya bercerai? Kesedihan atas kematian Kakek membuatnya berpikir bahwa ia tidak akan pernah lagi bisa bahagia, merasakan kehangatan, dan tawa.Â