Zainab memiliki hobi menari. Bahkan, ia diceritakan tertarik pada klub menari di sekolah. Sayangnya, ia harus menjalani puasa Ramadan dan harus vakum menari sementara.
Karena tidak ingin mengatakan bahwa ia sedang berpuasa selama satu bulan, hal tersebut berpengaruh kepada keanggotaan Zainab di klub menari.
Sebagai seorang muslim di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, agak wajar bila kita tidak bisa memahami mengapa Zainab berbohong soal identitas keislamannya.
Hal tersebut dikarenakan sejak lahir kita diberi keleluasaan untuk menjalankan ibadah di negara ini. Meskipun begitu, keuntungan tersebut tidak terjadi pada seluruh muslim di dunia, khususnya muslim sebagai komunitas minoritas.
Jika dipikirkan lebih jauh lagi, bisa jadi menyembunyikan identitas kepercayaan di dalam diri seseorang hanya agar bisa diterima di masyarakat pernah dilakukan atau dialami oleh teman-teman sebangsa kita yang memiliki kepercayaan di luar dari agama-agama yang diakui di Indonesia. Film pendek ini membuka pikiran saya terhadap kemungkinan menyedihkan dari kondisi sosial tersebut.
Performa Akting yang "Meh", tapi Masih Bisa Dimaafkan
Meskipun tadi saya menyebutkan bahwa tokoh Ameena adalah tokoh yang menggemaskan karena kepolosannya, harus saya akui bahwa saya tidak begitu puas dengan akting yang dibawakan oleh sang aktor. Mimik wajah dan intonasi suara dalam berdialog kurang ekspresif di beberapa bagian.
Saya justru lebih kagum dengan akting pada aktor yang memerankan Zainab. Mungkin karena karakter Zainab pun sedikit lebih kompleks daripada Ameena.
Meskipun begitu, seperti halnya maklum saya pada aktor cilik di film lain, masih panjang jalan karir perlakonan dari Aayat Wadsaria (Ameena) dan Jenna Qureshi (Zainab).
Kekurangan dari segi akting pun dapat ditutupi dari jalan topik cerita yang kuat, alur cerita yang pas, dan sinematografi yang indah.
Jadi, film pendek ini masih sangat worth untuk ditonton sendiri ataupun bersama keluarga.