Mohon tunggu...
Amalia Mumtaz Nabila
Amalia Mumtaz Nabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pop-culture entusiast who loves to write what's on her mind.

obrolanku yang lainnya: kunciperak.wordpress.com ll email: amaliamtznbl@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Dinner is Served, Kritik Praktik Representasi Budaya dari Disney+

7 September 2021   06:00 Diperbarui: 7 September 2021   06:00 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu adegan pada film Dinner is Served | Disney+

Contoh lain yang terjadi baru-baru ini, adanya stereotip terhadap orang Asia sebagai penyebab pandemi Covid-19. Stereotip ini menghasilkan penyerangan kepada penduduk ras Asia di Amerika, yang padahal tidak bertanggung jawab terhadap terjadinya pandemi Covid-19. 

Oleh karena itu, representasi budaya dimaksudkan untuk melahirkan penilaian objektif terhadap suatu golongan. Masalahnya, dalam melaksanakan praktik representasi budaya yang sempurna tidak semudah itu. 

Selain dari faktor bahwa banyak publik yang belum siap, adapula faktor dari dalam. Iya, saya membicarakan orang-orang yang memanfaatkan representasi budaya hanya demi keuntungan. Rasanya bukan rahasia lagi bahwa saya bilang, ternyata ada loh perusahaan yang melakukan representasi budaya agar brand-nya mendapatkan image yang baik.

Ray Wise sebagai Kepala Sekolah Gustafson | Disney+
Ray Wise sebagai Kepala Sekolah Gustafson | Disney+

Xiayou yang ingin menunjukkan kemampuannya, harus dikecewakan fakta bahwa diterimanya ia sebagai Maître D' hanyalah karena Kepala Sekolah Gustafson ingin mendapatkan keuntungan dari makin banyaknya murid internasional yang mendaftar.

Padahal layak atau tidaknya Xiayou di posisi Maître D' harusnya berdasarkan penilaian objektif atas kemampuan Xiayou, bukan karena latar belakangnya yang memiliki darah China, apalagi mengambil keuntungan dari hal itu. Dinner is Served menyentil kecacatan pada praktik representasi budaya tersebut dengan sangat berani.

Salah satu adegan terakhir film Dinner is Served | Disney+
Salah satu adegan terakhir film Dinner is Served | Disney+

Di luar dari persoalan representasi budaya, saya harus akui bahwa saya kurang puas dengan penutup film ini. Speech dan nyanyian kebersamaan dari Xiayou dan dua sahabatnya memang mengharukan, tetapi saya tidak bisa bilang bahwa dua hal tersebut memuaskan.

Meskipun begitu, saya tetap merekomendasikan film ini untuk ditonton. Pesan kuat yang ingin disampaikan difilm ini rasanya sayang untuk dilewatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun