Ide tulisan ini berawal dari kebingungan saya saat harus menyusun CV demi mengikuti magang di semester 7.
Saya termasuk ke dalam golongan mahasiswa tanggung, tidak bisa dibilang sebagai mahasiswa kupu-kupu, tetapi kegiatan yang saya ikuti di kampus kurang relevan dalam background studi yaitu Sastra Indonesia.
Setelah melewati era "learn-the-hard-way" itu, akhirnya saya bertekat untuk mulai menyusun portofolio yang proper bagi seorang mahasiswa Sastra Indonesia. Ya... apalagi kalau bukan menulis?
Sesuai dengan judul artikel, pada artikel ini saya akan memberikan 4 rekomendasi platform menulis yang bisa dijadikan sebagai portofolio mahasiswa jurusan bahasa yang belum memiliki banyak pengalaman kerja.
Disclaimer: Platform yang saya rekomendasikan hanyalah platform yang pernah saya coba gunakan. Mungkin ada platform lain yang bisa dijadikan sebagai portofolio mahasiswa bahasa tetapi tidak masuk ke dalam list, bisa jadi karena saya belum pernah coba.
Komentar terbuka bagi yang ingin merekomendasikan platform lain yang cocok tuntuk portofolio mahasiswa jurusan bahasa :)
Baca juga: "Golden Rules" untuk Portofolio Menggaet Rekruter
1. KBM App

KBM App merupakan platform buku baru yang diperuntukkan bagi penulis yang ingin tulisannya untuk dibaca serta mendapat bayaran dari hasil menulis.
Banyak jenis kategori yang bisa menjadi bahan topik tulisan kamu, tetapi fiksi merupakan kategori terlaris di KBM App. Jika kamu familiar dengan Wattpad, Storial, atau platform menulis buku lainnya, mungkin kamu tidak akan merasa asing dengan konsep KBM App.
Tapi kenapa harus KBM App? Kenapa bukan Wattpad atau Storial yang sudah lebih terkenal?
KBM App saya pertimbangkan dari segi metode pembayarannya yang terbilang mudah ketimbang platform lain.
Buku kamu dibayar berdasarkan banyaknya pembaca yang membuka bab terkunci menggunakan koin yang bisa didapatkan dari top up dan menyelesaikan misi harian. Selengkapnya baca di sini.
Selama saya menggunakan KBM App, pengalaman yang saya dapatkan adalah lingkungan platform yang aktif. Banyak pengguna lain yang memberikan komentar hangat dan positif.
Salah satu kekurangannya, anak muda bisa jadi akan merasa kurang cocok di KBM App karena mayoritas buku bercerita soal rumah tangga. Ini karena memang kebanyakan pengguna KBM App adalah orang-orang dewasa.
2. Goodreads / Letterboxd

Suka menulis dan punya hobi baca buku atau nonton film? Goodreads dan Letterboxd bisa jadi pilihan untuk kamu yang ingin menulis ulasan dari buku yang kamu baca atau film yang kamu tonton selain menulis ulasan di blog.
Berbeda dengan blog yang berbentuk artikel, saya lebih suka mengkategorikan Goodreads dan Letterboxd sebagai sosial medianya pecinta buku dan film sebagai wadah mereka untuk menampung opini terhadap buku atau film yang telah mereka konsumsi.

Dalam portofolio, saya melampirkan tautan link akun Goodreads pribadi ke dalam seksi 'Hobi' sebagai hobi mengulas buku. Selain sebagai hobi, akun bisa ditautkan ke dalam kategori media sosial.
Dengan begitu bisa menambah nilai plus bahwa kamu juga bisa memiliki media sosial yang menghasilkan sesuatu.
Baca juga: Contoh Portofolio Content-writing dan Copywriting untuk Mahasiswa
3. Blog Pribadi

Mungkin kamu sudah tidak asing lagi dengan yang namanya Wordpress atau Blogspot. Dua domain blog yang sudah sejak lama dipercaya atau bahkan paling populer bagi banyak orang. Sangking populernya sudah terhitung ada 75 juta blog Wordpress dan 617.000 blog Blogspot yang terdaftar di internet per tahun 2021.
Sepertinya sudah menjadi hal yang lumrah bahwa hampir setiap blogger pasti pernah merasakan yang namanya menulis di Wordpress atau Blogspot ya? Begitupun dengan saya.
Pengalaman pertama saya mencicipi blog pribadi ada pada Blogspot yang saya buka untuk coba-coba saat di bangku SD. Setelah bertahun-tahun tak terurus, pandemi 2020 membangkitkan niat saya kembali untuk aktif menulis blog. Kali ini, pilihan saya jatuh pada Wordpress.
Mencari tahu, memahami, serta menjajal sendiri merupakan kunci seorang blogger pemula dalam mengatur blognya.
Terkesan ribet, tapi bagi saya, mempelajari hal baru dan memahami istilah blog yang belum pernah saya dengar sebelumnya adalah hal menantang yang cukup mengasyikan. Jika tampilan blog sudah sesuai dengan keinginan kita, ada rasa bangga terhadap diri sendiri.
Meskipun begitu, pernah menjajal dua domain blog terpopuler memperkuat opini saya bahwa membuat blog dari awal memang tidak mudah.
Mulai dari harus belajar serta mengatur tampilan blog sendiri, Wordpress dan Blogspot bisa jadi kurang cocok bagi penulis yang ingin tulisannya untuk dibaca orang lain.
4. Kompasiana

Engga, saya ga di-endorse Kompasiana. Ini murni masuk ke rekomendasi setelah saya menulis di Kompasiana selama hampir 6 bulan. Tampilan yang mudah dan sudah punya nama, cocok bagi mahasiswa jurusan bahasa yang tidak hanya ingin menulis tetapi juga ingin artikelnya punya "penonton".
Sedikit informasi untuk pembaca non-pengguna Kompasiana, sebagai platform blog yang berada di atap Kompas Gramedia Group, Kompasiana punya beberapa aturan yang harus dipatuhi oleh para penulisnya (baca di sini).
Hal tersebut semata-mata untuk menjaga lingkungan Kompasiana tetap aman dan nyaman bagi setiap penggunanya.
Poin tambahan lagi, Kompasiana punya berbagai program yang bisa diikuti untuk menambah uang saku. Salah satunya program K-Rewards yang bisa diikuti oleh penulis yang akunnya minimal sudah terverifikasi (baca di sini).
Saya sendiri belum menemukan kekurangan selama menulis di Kompasiana. Hal ini sebenarnya karena dari Kompasiana sendiri yang terus berupaya meningkatkan tampilan platformnya untuk lebih user-friendly.
Salah satunya dengan adanya petunjuk pengisian di dashboard menulis, yang mempermudah penulis untuk mengoptimalkan performa tulisannya.
***
Jadi itulah 4 paltform yang bisa digunakan oleh mahasiswa jurusan bahasa sebagai portofolio. Dengan adanya artikel ini, saya harap mahasiswa jurusan bahasa untuk tidak bingung lagi kira-kira apa yang harus diisi di CV jika belum memiliki banyak pengalaman kerja.
Sebenarnya masih banyak platform serta cara lain yang bisa mahasiswa jurusan bahasa lakukan dalam hal menyusun portofolio, seperti mengolaborasikan tulisan serta fotografi dengan memanfaatkan media sosial Instagram.
Pada dasarnya, seni menyusun portofolio berada di tangan kita sendiri. Hal apa yang ingin ditonjolkan dari dirimu, kemampuan apa yang ingin kamu perlihatkan kepada perekrut. Yang terpenting, persiapkan serta perbanyak portofoliomu dari sekarang!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI