Misalnya, ketika siswa belajar tentang sejarah, mereka juga dapat belajar tentang nilai-nilai keberanian, keberanian, dan kesetiaan orang-orang di masa lalu. Ketika mereka mempelajari sains, mereka dapat diminta untuk berbicara tentang tanggung jawab etis ketika menggunakan teknologi dan sains.
Di luar itu, sekolah harus bekerja sama dengan orang tua dan masyarakat untuk menciptakan ekosistem yang sehat. Kegiatan sekolah, seperti kegiatan pengabdian masyarakat, proyek kelompok, dan diskusi keluarga tentang nilai-nilai moral, dapat memperkuat apa yang dipelajari siswa di sekolah. Apabila pendidikan karakter didukung oleh lingkungan yang mendukung maka nilai-nilai tersebut mudah terinternalisasi dalam diri siswa.
Terakhir, kita perlu memahami bahwa pelatihan manusia tidak permanen. Dibutuhkan waktu, kesabaran dan persiapan untuk membangun karakter yang kuat. Proses ini harus dimulai sejak dini dan berlanjut sepanjang hidup.
Sekolah, keluarga, dan masyarakat harus bersinergi untuk menciptakan generasi yang tidak hanya kompeten secara intelektual, namun juga memiliki moral yang baik dan rasa integritas yang kuat. Tanpa pelatihan manusia yang efektif, kemajuan teknologi dan pengetahuan yang kita peroleh tidak akan ada gunanya jika tidak diimbangi dengan manusia di dunia nyata.
Kesimpulan:
Melatih masyarakat di sekolah merupakan langkah penting untuk menciptakan generasi yang handal. Namun hal tersebut tidak dapat berhasil dicapai tanpa dukungan orang tua dan masyarakat luas. Seiring dengan semakin beratnya tantangan era digital, pendidikan humaniora harus relevan, relevan dan terintegrasi ke dalam seluruh aspek kehidupan siswa untuk menciptakan generasi yang siap menghadapi masa depan serta berakhlak dan adat istiadat yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H