Mohon tunggu...
Amalia Fajrin
Amalia Fajrin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi

yuk mampir

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Emosi dan Pengaruhnya terhadap Tingkah Laku

24 November 2021   15:55 Diperbarui: 24 November 2021   18:27 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

A. Konsep Emosi

Pengertian emosi

Menurut American Psychological Association (APA) emosi merupakan pola respons kompleks yang digunakan individu dengan memasukkan unsur pengalaman, perilaku, dan fisiologis untuk mengatasi masalah atau kejadian penting secara personal. Emosi dihasilkan dari persepsi terhadap situasi yang melibatkan kegiatan berpikir. 

Sedangkan Daniel Goleman memaknai emosi sebagai dorongan untuk bertindak. Emosi bermula dari kata "movere" yang berarti "bergerak, menggerakkan" dalam bahasa Latin. Kecondongan untuk bertindak adalah hal absolut dari emosi. 

Teori emosi

Adapun teori yang membahas mengenai emosi antara lain :

  1. Teori Schachter-Singer

Schachter-Singer menamai teori ini dengan teori emosi dua faktor. Menurut teori ini, emosi berpusat pada interaksi gairah fisik dan mengidentifikasi gairah itu secara kognitif. Prosesnya diawali dengan rangsangan, lalu diikuti gairah fisik, pengidentifikasian kognitif (mengaitkan respon fisik), lalu diikuti pengalaman sadar emosi.

  1. Teori James-Lange

Penggagas teori ini adalah William James dan Carl Lange yang berpendapat bahwa rangsangan fisik membuat saraf otonom bereaksi  yang menyebabkan seseorang merasakan emosi. 

  1. Teori Cannon-Bard

Walter Cannon dan Philip Bard yang mengemukakan teori ini menjelaskan bahwa emosi dan perubahan tubuh terjadi bersamaan, bukan satu per satu. Neurosains mendukung teori ini dengan mengatakan bahwa ketika fenomena rangsangan terdeteksi, informasi diteruskan ke otak bagian amygdala dan korteks pada saat bersamaan. 

Mekanisme otak dalam memproses emosi

Dalam mengkoordinasi tingkah laku emosi (senang, sedih, marah, takut), sistem limbik memegang peran penting, dengan amigdala menjadi pusatnya. Sistem limbik ini lah yang mengatur emosi, memori, dan tingkah laku individu. Letak sistem limbik ada di bagian lobus temporal. Sistem limbik memiliki struktur dan fungsinya masing-masing, yaitu :

  1. Hipotalamus

Mengontrol reaksi emosional, mengendalikan kadar gula dan garam, hormon, dan tekanan darah.

  1. Amigdala

Amigdala berperan dalam memproses emosi (ketakutan, agresi, marah, kecemasan, kesenangan, motivasi), nafsu makan, dan naluri seksual. Impuls elektrik pada amigdala mendorong tingkah laku agresif. Sementara jika amigdala dihilangkan, akan menimbulkan perilaku tenang. Apabila terjadi kerusakan akan mengakibatkan tidak dapat mengenali emosi.

  1. Hippokampus

Memiliki peran dalam memori jangka panjang dan aktivitas belajar.

  1. Korteks

Berfungsi mengendalikan emosi, ekspresi, suasana hati, dan motivasi. Korteks limbik terdiri dari 2 bagian, yaitu Gyrus cingulate yang berfungsi memproses emosi yang disadari dan Cingulate parahippocampal yang berfungsi sebagai penghubung dari sistem limbik. 


Bagaimana emosi mempengaruhi tubuh?

Respons fisiologis digerakkan oleh saraf otonom dan sistem limbik. Ketika kita merasakan takut atau cemas, sistem limbik akan aktif dan digerakkan. Dari emosi takut akan menghasilkan reaksi perilaku bersiap-siap dan melawan. Tubuh akan otomatis melawan jika merasakan hal yang mengancam. Reaksi melawan ini merupakan mekanisme fisiologis yang dimonitori lobus frontalis yang diteruskan ke hipotalamus (Huffman dkk, 1991). 

Hipotalamus akan memerintahkan kelenjar adrenal agar melepaskan epinefrin dalam darah. Epinefrin menyebabkan detak jantung lebih cepat, napas pendek, dan glukosa meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan rasa ingin berlari jika takut. Tidak heran jika seseorang sedang takut, mereka dapat berlari lebih kencang jika dibandingkan dalam kondisi normal.


B. Konsep tingkah laku

Pengertian tingkah laku

Tingkah laku sebagaimana dijelaskan oleh B.F Skinner merupakan respons individu dari suatu stimulus dari luar. Skinner menjuluki teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respons) dimulai dengan adanya stimulus atau rangsangan terhadap organisme, lalu diikuti dengan respon dari organisme tersebut (Notoatmodjo, 2003). 


Bentuk tingkah laku

Sebagaimana yang dijabarkan Robert Y. Kwick (1972), tingkah laku dapat diamati dan dipelajari. Namun, tingkah laku tidak hanya terbatas pada apa yang dapat diamati atau terlihat.  Tingkah laku dibedakan menjadi dua bentuk, yakni tingkah laku motorik dan kognitif. Tingkah laku motorik yaitu semua yang dilakukan individu dalam bentuk gerakan/tindakan yang dapat dilihat secara fisik. Tingkah laku motorik digolongkan menjadi dua, yaitu disadari dan yang tak disadari. 

Tingkah laku yang disadari meliputi tindakan yang dikendalikan oleh pusat kesadaran, yaitu otak dan saraf motorik. Sedangkan tingkah laku yang tak disadari meliputi tindakan yang tidak berada dalam jangkauan pusat kesadaran dan tidak melibatkan otak dalam memerintah. Selain itu, tingkah laku dapat juga bersifat potensial yang berwujud penginderaan, persepsi, memori, pengetahuan, imajinasi, dan motivasi atau disebut tingkah laku kognitif.

Pendekatan neurosains mengenai tingkah laku

Jika melalui pendekatan neurosains, tingkah laku yang dapat diamati memiliki hubungan dengan proses mental (emosi dan pikiran) dalam proses biologis. 

Dari penemuan penelitian terdahulu, ditemukan adanya keterkaitan yang erat antara kegiatan di otak dengan tingkah laku berdasarkan pengalaman. Pendekatan ini mencoba mengimplikasikan perilaku yang dapat dilihat dengan impuls kimia listrik dalam tubuh dan mempelajari proses biologis yang menjadi dasar bagi tingkah laku.


Tingkah laku dan proses biologis

Tingkah laku dipengaruhi oleh beberapa faktor biologis, yakni otak, sumsum tulang belakang dan saraf otonom, serta hormon. Di otak, tepatnya di lobus frontal, tingkah laku diatur. 

Tingkah laku meliputi pengendalian gerakan, ucapan, emosi, ingatan hingga fungsi intelektual, misalnya aktivitas berpikir, perencanaan, pengambilan keputusan, serta pemecahan masalah. Tingkah laku juga dikelola oleh lobus temporal, meliputi pengendalian pendengaran, memori serta emosi. 

Tingkah laku juga diatur oleh thalamus. Thalamus berperan dalam distribusi informasi antara otak dan sistem saraf. Thalamus bertanggung jawab atas evaluasi tindakan yang dilakukan seseorang. 

Misalnya ketika seseorang melakukan hal buruk karena emosi, setelah hal itu terjadi, bagian ini mengingatkan kembali peristiwa tadi dan secara psikologis akan membentuk proses berpikir dan mempertimbangkan untuk menentukan perilaku kedepannya sehingga timbul bermacam tingkah laku, entah tingkah laku yang direncanakan atau tingkah laku spontan sebagai refleks emosi. 

Hubungan emosi yang mempengaruhi tingkah laku

Dari penjabaran di atas, telah terlihat bahwa emosi mempengaruhi fisiologis tubuh, tentunya tubuh akan bergerak membentuk tingkah laku. Sudarsono (1993) memaparkan bahwa ketika sedang merasakan emosi akan berpengaruh pada terdorongnya perasaan bersama dengan perubahan fisiologis dalam tubuh. 

Perubahan fisiologis ini (denyut jantung, tekanan darah, pernapasan, tubuh gemetar) akan mendorong kuat untuk melakukan tindakan yang bervariasi dalam bentuk tingkah laku yang diungkapkan melalui tertawa, menangis, berlari, berteriak, dan sebagainya. 

Dijelaskan lebih mendalam oleh Darwis (2006) karena emosi ini gejala psiko-fisiologis yang memberikan efek kepada tingkah laku. Ketika merasakan emosi kebahagiaan yang sangat besar, secara psikologis akan membentuk kepuasan, namun secara fisiologis membuat jantung berdebar, tersenyum setiap saat, dan berteriak puas kegirangan. 

Namun hal tersebut tidak bisa dibagi rata ke semua orang. Ada kalanya seseorang bahagia namun meneteskan air mata atau emosi kesedihan yang tak berefek kedukaan setara.

 Terima kasih semoga bermanfaat ^^

Referensi :

Harimurti, A. (2021, Mei, 10). Pesan emosi dalam psikologi komunikasi. Pusaloka (Pusat Kajian Psikologi Komunikasi dan Budaya). https://www.usd.ac.id/pusat/puskaloka/detail.php?id=17

Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence. PT Gramedia Pustaka Utama.

Schachter, S. & Singer, J. E. Cognitive, social and physiological determinants of emotional states. Psychological Review. 1962; 69: 379-399

Suharyanto, A. 12 Dasar-Dasar Biologis Perilaku. Dosen Psikologi. https://dosenpsikologi.com/dasar-dasar-biologis-perilakuAdam, S. (2012).  Hubungan antara kematangan emosi dengan problem focused coping mahasiswa di ma'had putra sunan ampel al ali uin maliki malang (BAB II). http://etheses.uin-malang.ac.id/2609/6/06410028_Bab_2.pdf

http://repository.uin-suska.ac.id/13357/7/7.%20BAB%20II_2018681PIPS-E.pdf

Widjanarko, M. (2015). repository.uin-suska.ac.id/13357/7/7. BAB II_2018681PIPS-E.pdf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun