Selangor, Malaysia -- Dalam kegiatan pembalajaran para pengajar pasti mendapati beragam karakteristik yang berbeda pada siswa. Banyak siswa yang bisa menerima apa yang ia pelajari, tetapi tak sedikit juga yang mengalami kesulitan saat belajar. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi siswa dalam sulitnya belajar serta ciri-ciri yang ditampakkan. Maka dari itu perlu adanya upaya dalam mengatasi kesulitan belajar yang ada pada siswa.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Univesitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) melangsungkan program PLP II terintegrasi KKN-Dik sejak beberapa tahun yang lalu di berbagai destinasi, salah satunya berada di Malaysia. Program PLP II terintegrasi KKN-Dik dikoordinasikan oleh Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah dengan melibatkan 23 Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA) yang bekerja sama dengan Kedubes RI di Malaysia, Atdikbud RI di Malaysia, Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL), Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia, dan sejumlah sanggar belajar di Malaysia. Pada 25 Juli 2022 FKIP UMS memberangkatkan sebanyak 32 mahasiswa ke Malaysia melalui dalam program ini.
Kesulitan belajar adalah suatu kelainan yang mana membuat suatu individu merasa sulit dalam melangsungkan kegiatan belajar. Kesulitan belajar disebakan oleh faktor tertentu. Terdapat faktor internal yang mana berasal dari fisik dan psikisnya serta faktor eksternal yang berasal dari lingkungannya seperti dari lingkungan keluarga, sekolah, atau tempat tinggal. Ciri-ciri anak yang mengalami kesulitan belajar yaitu menunjukkan adanya hasil yang rendah, hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan, lambat melakukan tugas, menunjukkan sikap yang kurang wajar, menunjukkan perilaku yang berkelainan.
Peran guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa sangatlah penting. Cara guru dalam mengatasi kesulitan belajar membutuhkan kerjasama dari banyak pihak, yang mana guru mata pelajaran, orang tua atau wali siswa, guru BK. Guru harus memberikan penanganan khusus dan perhatian lebih dalam mengatasi siswa yang kesulitan dalam belajar. Metode yang diterapkan harus disesuaikan dengan kondisi siswa agar tidak salah penanganan. Hal ini dilakukan agar siswa bisa termotivasi dalam belajar.
Dalam kegiatan pembelajaran ditemukan kondisi bahwa beberapa siswa SB At Tanzil Kampung Lindungan didapati masih kesulitan belajar yang mana mereka masih kesulitan dalam membaca, menulis, berbicara, berhitung, dan memecahkan masalah yang ada di kehidupan sehari-hari.Â
Saat pembelajaran berlangsung, siswa cenderung asik sendiri dengan temannya dan tidak mendengarkan penjelasan guru. Siswa kesulitan dalam menjawab soal-soal yang diberikan. Faktor yang menyebabkan siswa SB At Tanzil Kampung Lindungan kesulitan belajar sangat beragam, contohnya yaitu siswa kurang mampu memahami keterangan yang diberikan oleh guru, siswa kurang memotivasi dirinya untuk belajar, sarana prasarana yang kurang memadai.
Dalam kegiatan PLP II Terintegrasi KKN-Dik upaya yang dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi kesulitan belajar pada siswa SB At Tanzil Kampung Lindungan, diterapkanlah pembelajaran dengan istilah belajar sambil bermain. Para siswa dibagi menjadi tiga kelas untuk memudahkan proses belajar mengajar.Â
Kelas yang pertama adalah kelas A yang terdiri dari siswa yang berusia 9 -- 12 tahun. Kelas kedua adalah kelas B yang terdiri dari siswa yang berusia 6 -- 8 tahun. Kelas yang ketiga adalah kelas C yang terdiri dari siswa yang berusia 5 dan 5 tahun. Pembagian kelas tersebut bertujuan agar guru dapat memantau siswa yang masih kesulitan dalam belajar serta memudahkan siswa dalam proses belajar mengajar sesuai dengan tingkatan dan kemampuan masing-masing siswa.Â
Guru memberi pendekatan kepada siswa yang masih kesulitan dalam belajar. Memberikan motivasi dan menjelaskan ulang materi bagi siswa yang masih belum memahami pembelajaran. Sisw juga saling membantu satu sama lain. Selain itu, guru memberikan bimbingan kepada para orang tua atau wali siswa SB At tanzil Kampung Lindungan agar lebih memperhatikan anak.
Mayoritas siswa di SB At Tanzil Kampung Lindungan adalah beragama Islam. Maka dalam mengatasi anak yang kesulitan belajar agama yaitu dengan melagukan huruf-huruf hijaiyah, memberikan visualisasi yang berwarna tentang huruf hijaiyah, belajar tentang sholawat. Hal tersebut ditujukan agar anak bisa lebih semangat dan aktif dalam pembelajaran.
Selama kegiatan PLP II Terintegrasi KKN-Dik diselenggarakan, para siswa di SB At Tanzil Kampung Lindungan sudah jauh lebih baik dari yang sebelumnya. Siswa yang mengalami kesulitan belajar sudah mulai termotivasi agar lebih berusaha. hanya beberapa siswa saja yang masih butuh pendampingan khusus.