Mohon tunggu...
Amalia Amriadi
Amalia Amriadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyukai hal-hal berbau seni dan tertarik dengan dunia teknologi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Guru Berpengalaman Selalu Lebih Baik? Menjelajahi Variabilitias Kualitas Pengajaran

12 September 2023   08:55 Diperbarui: 20 September 2023   15:17 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah dunia di mana pendidikan menjadi landasan bagi perkembangan masyarakat, pertanyaan tentang apakah pengalaman bertahun-tahun seorang guru membuat perbedaan dalam kualitas pengajaran adalah hal yang sangat relevan. Dalam makalah berjudul "Do teachers’ years of experience make a difference in the quality of teaching? " yang diterbitkan dalam jurnal "Teaching and Teacher Education," penulis-penulis yang berpengalaman, Linda J. Graham, Sonia L.J. White, Kathy Cologon, dan Robert C. Pianta, melakukan penelitian mendalam untuk menjawab pertanyaan ini.

1. Peran Kualitas Pengajaran dalam Pendidikan

Makalah ini membuka dengan pandangan luas tentang peran kualitas pengajaran dalam pengaruhnya terhadap prestasi siswa. Peningkatan fokus pada faktor-faktor yang memengaruhi prestasi akademik telah menjadi pusat perhatian dalam dunia pendidikan. Para penulis menjelaskan bahwa banyaknya perbedaan dalam kinerja siswa dapat dikaitkan dengan peran guru. Ini adalah klaim yang sangat kuat dan relevan dalam konteks perdebatan pendidikan saat ini.

2. Apakah Pengalaman Guru Membuat Perbedaan?

Namun, apa yang membuat makalah ini lebih menarik adalah bahwa ia menggali lebih dalam untuk menjawab pertanyaan yang lebih spesifik: apakah pengalaman bertahun-tahun guru memiliki dampak signifikan dalam kualitas pengajaran? Dalam dunia pendidikan yang sering kali mencirikan pengalaman sebagai penentu utama kualitas guru, pertanyaan ini menjadi sangat penting. Mungkin kita telah menganggap bahwa guru pemula kurang kompeten daripada guru berpengalaman, terutama dalam hal manajemen perilaku. Namun, apakah ini benar?

Penelitian ini membawa kita ke dalam realitas kelas-kelas di sekitar kita, mengamati 80 guru dengan berbagai tingkat pengalaman, mulai dari 0-3 tahun, 4-5 tahun, hingga lebih dari 5 tahun pengalaman mengajar. Hasilnya, cukup mengejutkan. Ternyata, tidak ada bukti kompetensi yang kurang pada guru-guru dengan pengalaman 0-3 tahun dibandingkan dengan guru yang lebih berpengalaman. Ini adalah temuan yang bisa mengubah paradigma kita tentang kompetensi guru pemula.

3. Tantangan di Tengah Jalan: Penurunan Kualitas Pengajaran Guru Berpengalaman

Namun, makalah ini juga mengungkapkan sisi lain dari cerita tersebut. Terdapat bukti penurunan kualitas pengajaran di antara guru-guru dengan pengalaman 4-5 tahun. Ini adalah peringatan penting bahwa pengalaman bukanlah jaminan mutlak untuk kualitas pengajaran yang konsisten. Penurunan kualitas ini terutama tampak dalam aspek-aspek seperti organisasi kelas, iklim negatif, manajemen perilaku, dan format pembelajaran instruksional. Hasil ini memunculkan pertanyaan yang penting yaitu mengapa guru dengan pengalaman empat hingga lima tahun mengalami penurunan kualitas pengajaran?

4. Dukungan dan Pengembangan Profesional

Makalah ini menawarkan beberapa jawaban mungkin. Salah satunya adalah perlunya dukungan dan pembelajaran profesional yang berkelanjutan sepanjang karir guru. Ini adalah temuan yang memiliki implikasi praktis yang signifikan. Bukan hanya guru pemula yang membutuhkan dukungan, tetapi juga guru yang lebih berpengalaman. Mungkin saat guru mencapai pengalaman 4-5 tahun, mereka merasa bahwa mereka telah menguasai semua yang diperlukan dalam dunia pengajaran. Namun, penurunan kualitas pengajaran yang diamati menunjukkan bahwa dukungan dan pelatihan harus terus menerus.

Dalam konteks ini, pengembangan profesional harus lebih individual dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing guru. Ini bukan lagi tentang berapa lama seseorang telah mengajar, tetapi tentang bagaimana seseorang terus berkembang dalam perannya sebagai pendidik. Hal ini juga menyoroti pentingnya memperkuat masa transisi antara 0-3 tahun dan 4-5 tahun pengajaran. Dengan memberikan dukungan yang lebih besar selama masa-masa kritis ini, kita dapat meningkatkan kepuasan guru, retensi mereka dalam profesi, dan secara keseluruhan tingkat kualitas pengajaran.

5. Manajemen Perilaku dalam Pengajaran

Salah satu aspek menarik lainnya yang ditemukan dalam penelitian ini adalah bahwa manajemen perilaku diidentifikasi sebagai salah satu dimensi penilaian tertinggi untuk semua guru. Ini menggarisbawahi pentingnya guru dalam mengelola perilaku siswa mereka. Terlepas dari pengalaman mengajar, keterampilan ini terus menjadi aspek penting dalam kualitas pengajaran.

6. Kesimpulan: Membentuk Guru untuk Masa Depan

Namun, untuk membuat penilaian yang lebih mendalam, makalah ini juga membahas metode penelitian yang digunakan. Mereka menggunakan Classroom Assessment Scoring System (CLASS) sebagai alat observasi standar untuk mengevaluasi kualitas kelas dari Pra-TK hingga Kelas 12. Hasil pengamatan ini kemudian dianalisis secara statistik menggunakan SPSS, mencakup analisis kovarians univariat dan perbandingan berpasangan. Ini adalah pendekatan metodologis yang kokoh yang memberikan kekuatan tambahan pada temuan-temuan mereka.

Dari sudut pandang praktis, hasil dari penelitian ini memiliki implikasi yang signifikan. Mungkin saat ini, kita harus lebih berhati-hati dalam membuat asumsi tentang kompetensi guru berdasarkan tingkat pengalamannya. Guru pemula, yang seringkali mendapatkan perhatian lebih dalam hal dukungan dan pengembangan profesional, ternyata mampu mengajar dengan kualitas yang setara dengan guru berpengalaman.

Namun, kita juga harus mengakui bahwa kualitas pengajaran adalah hal yang dinamis. Guru yang telah mengajar selama beberapa tahun tidak boleh merasa bahwa mereka telah mencapai puncak keahlian mereka. Sebaliknya, mereka perlu mendapatkan dukungan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk terus meningkatkan kualitas pengajaran mereka.

Makalah ini, dalam semua kompleksitasnya, memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kualitas pengajaran dan pengaruh pengalaman guru. Ini tidak hanya berbicara tentang guru pemula yang berjuang untuk berdiri di kelas, tetapi juga tentang guru yang telah melalui beberapa tahun mengajar dan menghadapi tantangan baru.

Saat dunia pendidikan terus berubah dan beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang, makalah ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang apa yang diperlukan untuk menciptakan guru yang efektif dan berkualitas. Ini adalah sebuah tantangan bagi semua pemangku kepentingan dalam pendidikan, dari guru hingga pemimpin sekolah, untuk terus mendukung perkembangan profesional guru sepanjang karir mereka.

Mungkin saat ini adalah saat yang tepat untuk melihat guru dengan pandangan yang lebih holistik, tidak hanya berdasarkan pada pengalaman mereka, tetapi juga pada kemampuan mereka untuk terus belajar dan berkembang. Kualitas pengajaran bukanlah sesuatu yang dapat diperoleh dalam satu kali pembelajaran, tetapi merupakan perjalanan yang berkelanjutan. Dan makalah ini telah membawa kita lebih dekat untuk memahami kompleksitas perjalanan tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun