Mohon tunggu...
Amalia Fatlikhah
Amalia Fatlikhah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030062 UIN Sunan Kalijaga

Hobi Traveling

Selanjutnya

Tutup

Trip

Kesegaran Sungai Kanoman dan Ketahui Asal Usulnya

8 Februari 2024   22:13 Diperbarui: 12 Februari 2024   19:42 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Indonesia memiliki banyak destinasi alam yang menyita mata masyarakatnya. Banyak destinasi alam yang terekspos di media massa dan menjadikan masyarakat ingin mengunjunginya. Masyarakat pencinta alam  akan senang apabila menemukan destinasi alam baru dan tentunya yang  terlihat menarik untuk di kunjungi. Penulis kali ini akan mengajak mengunjungi destinasi alam untuk menikmati kesegaran yang belum banyak masyarakat ketahui. Destinasi ini berada di kecamatan Candimulyo, kabupaten Magelang. Destinasi gratis yang masih kental alamnya tetapi memiliki ornamen yang modern. Destinasi ini mungkin tidak asing di telinga masyarakat sekitar kecamatan Candimulyo atau mereka sering menyebutnya dengan sebutan “Kali Kanoman”  yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia yaitu Sungai Kanoman. Suasana di Sungai Kanoman ini sangatlah sejuk karena area disekitar sungai masih berupa pepohonan dan persawahan. Pengunjung di sungai ini dapat melakukan keseruan seperti tubing, berenang, atau sekedar bermain air. Tetapi pengunjung yang ingin tubing harus membawa peralatan sendiri, karena masyarakat belum bisa menyediakan fasilitas tersebut. Sungai ini sudah ada sejak zaman kuno. Konon ceritannya,

“Pada jaman dahulu terdapat seorang wali yang ingin membuat gunung di tengah malam kira-kira jam 12. Wali tersebut membuat gunung dari sisi kanan dan setelah gunung disisi kanan jadi dilanjutkan pembuatan gunung disisi kiri setelah itu baru bagian tengah gunung. Tetapi, belum selesai mengerjakan gunung bagian tengah, wali tersebut mendengar suara ayam berkokok dan seorang perempuan yang bernyanyi tembang jawa. Sehingga wali tersebut hilang dan gunung belum terbentuk sempurna atau dalam Bahasa Jawa disebut Gunung Sepikul.Diatas gunung pada sisi kiri, ada orang yang sedang bertapa yang berasal dari Keraton Jogjakarta yang bernama kyai Panji Anom Billah. Kyai tersebut datang bersama teman-temanya dan bertapa di gunung tersebut selama 40 hari. Saat teman-temannya membangunkan kyai Panji Anom Billah ternyata sudah tidak bernyawa atau meninggal, dan teman-temanya menguburkan kyai Panji Anom Bilah di tempat kyai bertapa yaitu di atas gunung ini.Tidak lama kemudian kyai Panji Anom Billah yang sudah meninggal ini berubah menjadi kera bersamaan dengan munculnya sumber mata air di tengah gunung yang belum terbentuk sempurna. Setelah kejadian tersebut sungai ini dinamakan dengan kali kanoman, kali yang berarti sungai dan kanoman berasal dari kyai Panji Anom Billah yang berubah menjadi kera.Sampai saat ini sungai kanoman ramai pengunjung dan dijadikan sumber mata air untuk masyarakat. Dan kronologinya setiap malam jumat kera ini muncul di sungai dan jadi tempat persembahan serta tempat mencuci alat-alat pustaka.” Cerita dari salah satu sesepuh desa.

         Sumber mata air ini selalu mengalir tanpa henti setiap harinya. Jadi tidak heran jika air di sungai Kanoman selalu segar. Tidak hanya masyarakat lokal saja yang sering mandi di sungai ini, tetapi banyak masyarakat kota yang menyempatkan untuk mandi atau mencuci baju di sungai ini. Sungai kanoman ini memiliki 2 area pemandian yaitu, pemandian untuk laki-laki dan pemandian untuk perempuan.

          Masyarakat desa setempat mengelola tempat ini agar selalu nyaman untuk di kunjungi. Masyarakat bersama-sama membuat karya dengan menggambar dinding-dinding sungai agar sungai terlihat menarik dan tidak ada masyarakat luar yang akan mengotorinya. karena sebelumnya dinding sungai sangat kotor dan terdapat tulisan-tulisan yang tidak patut untuk dibaca. Masyarakat juga menempelkan larangan-larangan yang harus di patuhi oleh pengunjung yang datang. Di sungai ini juga terdapat bilik untuk berganti pakaian. Jadi pengunjung yang datang tidak kebingungan jika mau mengganti pakaiannya yang sudah basah. Satu hari sebelum ramadhan tiba biasanya sungai ini dijadikan untuk tempat “Padusan” tradisi jawa yang masih ada hingga sekaran. Padusan ini biasanya dilakukan oleh masyarakat jawa untuk membersihkan badan dan menyambut bulan ramadhan yang penuh berkah dan kesucian. Padusan ini dilakukan ditempat-tepat pemandian yang memiliki air yang bersih dan segar sehingga tidak sedikit masyarakat yang datang untuk melakukan padusan pada hari sebelum ramadhan. Sungai ini juga dipercayai oleh masyarakat kejawen atau masyarakat islam yang masih memiliki tradisi kejawen dengan mandi di malam-malam tertentu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun