Mohon tunggu...
Amalia Haque
Amalia Haque Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB

Hallo Saya merupakan Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB University. Minat saya dalam dunia jurnalistik dan rancangan visual

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perjalanan Endud Badrudin Seorang Pemilik Farmer House Hidroponik Sukabumi

8 Desember 2023   16:35 Diperbarui: 8 Desember 2023   16:46 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sukabumi, 08 Desember 2023 - Kita saat ini sudah tidak asing lagi dengan urban farming sebagai konsep bertani . Banyak sekali penggiat urban farming salah satunya adalah Endud Badrudin seorang pemilik Farmer House Hidroponik Sukabumi. Beliau menjadi penggiat hidroponik berawal dari ketidaksengajaan karena menuruti ajakan temannya. Sehingga banyak sekali perjalanan dan pengalaman yang membuat beliau menjadi sosok yang terus berinovasi. Bagi beliau urban farming adalah solusi bagi ketahanan pangan ketika lahan tani semakin berkurang.

Latar belakang pendidikan beliau adalah sarjana hukum, tidak ada korelasinya pada pertanian. Beliau memang dari awal tidak memiliki minat pada pertanian dan sama sekali tidak pernah mencoba bertani. Satu-satunya kegiatan pertanian yang terakhir ia lakukan adalah saat Sekolah Dasar. Hidup didaerah perkampungan yang masih memiliki lahan sawah yang membentang sehingga tempat bermainnya adalah sawah dan kolam. Salah satu kegiatan bermain adalah ketika mamasuki musim hujan ikut membajak sawah di kampung halamannya.

Selama 11 tahun beliau tidak pernah berhubungan dengan pertanian karena mulai sibuk dengan pendidikannya. Setelah menyelesaikan masa studinya menjabatkan sebagai  Koordinator Wilayah Bordecisuka (Bogor Depok Cianjur Sukabumi) di Pengembangan Ekonomi Jawa Barat. Selain menjabat sebagai coordinator wilayah beliau tergabung dalam  Komunitas Indonesia Berkebun yang didirikan oleh Ridwan Kamil saat menjabat sebagai Komite Pengembangan Ekonomi Kreatif Jawa Barat. Hubungan antara Ridwan Kamil dengan beliau adalah sesama bagian dari organisasi tersebut. Setiap bulannya sering kali mengadakan rapat sehingga terbentuklah hubungan yang cukup akrab.

Komunitas Indonesia berkebun ini mengajak kota-kota di Indonesia untuk melakukan pergerakan urban farming, salah satunya Kota Sukabumi. Tahun 2012 Ridwan Kamil menunjuk langsung beliau sebagai Koordinator Cabang Sukabumi. Awalnya sempat menolak karena sudah lamanya tidak berkebun namun Bapak Ridwan Kamil mengharuskannya sehingga ia tidak ada penolakan kembali. Beliau dikirimkan benih oleh Indonesia Berkebun dan mencoba berkebun menggunakan tanah. Setalah dirawat dengan baik, rutin menyiram setiap pagi dan ore hari agar hasil maksimal sayuran dan kangkung yang ia tanam tersebut berhasil tumbuh dengan tinggi 60 cm.

Bergabungnya dengan komunitas Indonesia Berkebun menjadi awal perjalanan beliau  berkecimbung di dunia pertanian pada 2012. Sejak saat itu beliau terus bertani dengan tanah konvensional. Berkebun menggunakan tanah konvensional dibutuhkan waktu yang rutin untuk menyiram setiap pagi dan sore hari. Selain itu, diperlukan tenaga ekstra karena tanah konvensional lebih baik dicangkul terlebih dahulu agar tanah dapat ditanam. Beliau menyadari tidak dapat meluangkan waktu secara rutin karena sering kali pulang kerja pada malam hari dan tidak sempat menyiram pada sore hari.

Dirasa lelah dan tidak dapat meluangkan waktu untuk menyiram dengan teratur. Beliau berpikir bagaimana caranya dapat berkebun namun tidak harus menggunakan tanah konvensional. Informasi tentang urban farming terus digali dan ditemukannya metode hidroponik yaitu metode berkebun menggunakan air. Lewat menggali informasi di platfoam google dan  youtube beliau belajar otodidak karena saat itu tidak terlalu banyak rang mengaplikasikan hidroponik. Bermodalkan paralon yang mengendalikan peraliran air dengan rockwoll (busa khusus) serta nutrisi.

Selama menjabat menjadi Koordinator Wilayah Sukabumi Berkebun beliau merasa nyaman dengan komunitas serta kegiatan pertanian. Sukabumi Berkebun pun memiliki pergerakan pada edukasi dan lingkungan. Pada Tahun 2015 beliau mendirikan Farmer House Hidroponik sebagai pergerakan ekonomi. Farmer House ini dijadikan sebagai bisnis dengan menggunakan semua metode bertani namun lebih condong pada urban farming. Dikelola bersama istrinya dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah

Menurut beliau ketika memulai bisnis maka diperlukan perencanaan yang baik dan terciptalah pedoman. Perencanaan awal ini sangat penting karena akan menentukan usaha kedepannya, jika tidak dirancang dengan baik maka sama saja merencanakan kegagalan. Dalam bisnis naik turun income itu sudah biasa, namun yang menjadi keharusan pembisnis adalah sifat dan mau berkembang. Terbukti beliau dengan sigap dalam mengatur strategi dikala bisnis mulai redup.

Pada tahun 2016 Farmer House fokus pada produksi menjual hasil tanam kepada masayakat. Beliau mendistribusikan hasil panen ke berbagai tempat, seperti supermarket, restoran, warung sayur ataupun langsung kepada konsumen. Hasil dari tanam hidroponik berbeda dengan tanah konvensional tentunya berbeda karena tidak menggunakan bahan kimia dan rasa dari sayurnya lebih renyah dan segar. Dalam melakukan hidroponik pun dapat memanfaatkan bahan bekas seperti botol air mineral. Cara perawatannya pun terbilang mudah karena kita hanya perlu memesatikan air dan nutrisi dalam keadaan baik, tidak perlu di siram tetapi ada mesin untuk mengalirkan pada paralon.

Tahun 2017 beralih fokus menjadi sosiopreneur yaitu memberikan pelayanan berupa konsultasi dan tempat belajar. Fokus untuk memproduksi hasil tanam sebanyak-banyaknya dijadikan sebagai opsi kesekian. Orang yang berkunjung tidak sedikit penasaran untuk mengaplikasikan metode hidroponik sehingga yang awalnya hanya untuk bertanya-tanya saja akhirnya membeli peralatan tanpa dipromosikan secara langsung. Biasanya yang berkunjung untuk konsultasi adalah beumur 30-50 tahun. Pandemi covid 19 pun tidak bergitu berdampak bahkan semakin meningkat minat orang karena sebagai aktivitas dirumah saja.

Jeri payahnya terbayar pada tahun 2017-2019 Farmer House Hidroponik ramai dikunjungi orang yang ingin belajar. Banyak sekali orang dari luar sukabumi bahkan luar negri untuk berkunjung ke Farmer House. Tidak hanya itu, Farmer House Hidroponik sempat diliput oleh beberapa media salah satunya adalah Metro TV. Dengan lahan 100 meter persegi dapat meraih pendapatan untung sekitar 2 juta rupiah dengan memanam kangkong, selada, dan pakcoy. Memang mengguanakan metode hidroponik ini membutuhkan kurun waktu lebih cepat panen tergantung dari jenis tanamannya, biasanya sayuran daun akan lebih cepat.

Saat ini beliau tetap menjadi konsultan untuk mitra-mitranya dan memiliki kesibukan dibeberapa kegiatan salah satunya mengajar di Bumi Kreatif Insitute. Sehingga strategi memproduksi sebanyak-banyakanya tidaklah menjadi efektif karena banyaknya kesibukan. Meskipun memiliki serangkaian kesibukan beliau sangat disiplin pada waktu. Mengatur waktu itu penting bagi semua orang, cara ia mampu mengatur waktu adalah dengan menentukan tingat prioritas pada hari. Terbukti beliau dapat dikatakan sukses dalam membangun usaha dibidang pertanian dan kembali melanjutkan pendidikan sarjana agribisnis karena memang diperlukan ilmu pertanian untuk keberlangsungan bisnis ini,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun